PROGRAM AHAD DHUHA PEDULI

PROGRAM AHAD DHUHA PEDULI adalah Sebuah program kepedulian dalam pengembangan wirausaha dan kemandirian dari jama’ah untuk jama’ah ,

BERJAMAAH KITA HEBAT

“Bukan karena hebat kita berjamaah, tapi karena berjamaah kita menjadi HEBAT” Karena yang sedikit (sendirian) tidak berdampak, tapi bila dihimpun (berjama’ah) maka akan menjadi kekuatan besar.

MENGHIDUPKAN SUNNAH DENGAN BERNIAGA

Rasulullah SAW bersabda : Dari Abu Sa'id ra, dari Nabi Muhammad SAW bersabda, Seorang pebisnis yang jujur lagi amanah, maka ia akan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada. (HR. Turmudzi)

MENGHIMPUN DONATUR

Setiap kita bisa menjadi donatur, bukan besaran infaqnya yang terpenting, tapi banyaknya orang yang menjadi donatur menjadikan yang sedikit menjadi berlimpah. Faktor kali, bukan faktor besaran. Rp. 5000 per orang dikali 10.000 orang, maka nilainya menjadi besar.

BERBUAT MELALUI PENGAJIAN AHAD DHUHA

Berjamaah membangun umat, untuk melakukan perubahan secara perlahan, menuju kejayaan Islam. Membekali ruhiyah dengan terus memperdalam pengetahuan untuk memberikan kemanfaatan.

BERBUAT MELALUI PENGAJIAN AHAD DHUHA

Berjamaah membangun umat, untuk melakukan perubahan secara perlahan, menuju kejayaan Islam. Membekali ruhiyah dengan terus memperdalam pengetahuan untuk memberikan kemanfaatan.

BERBUAT MELALUI PENGAJIAN AHAD DHUHA

Berjamaah membangun umat, untuk melakukan perubahan secara perlahan, menuju kejayaan Islam. Membekali ruhiyah dengan terus memperdalam pengetahuan untuk memberikan kemanfaatan.

BERBUAT MELALUI PENGAJIAN AHAD DHUHA

Berjamaah membangun umat, untuk melakukan perubahan secara perlahan, menuju kejayaan Islam. Membekali ruhiyah dengan terus memperdalam pengetahuan untuk memberikan kemanfaatan.

AHAD DHUHA PEDULI

Photobucket

Senin, 22 September 2008

KEHIDUPAN YANG BAIK

Setiap orang yang hidup, baik laki-laki maupun perempuan menginginkan kehidupan yang baik. Tiada seorang pun yang menginginkan sebaliknya. Orang yang mencari ilmu sejak kecil sampai dewasa bahkan sampai tua; orang yang bekerja siang malam membanting tulang dan bermandikan keringat; Pegawai negeri/kerajaan, karyawan swasta, petani, enterpreneur dn sebagainya tidak lepas dari harapan untuk mendapatkan kehidupan yang baik.

Begitu pun negara-negara dan bangsa-bangsa di dunia yang tengah giat melaksanakan pembangunan disegala bidang, pada hakikatnya tiada lain guna mendapatkan kehidupan yang baik bagi seluruh rakyatnya.

Masing-masing orang, mempunyai pandangan tersendiri terhadap hakekat kehidupan yang baik itu. Ada yang memandang bahwa kehidupan yang baik itu terletak pada harta kekayaan; ada pula yang memandang bahwa kehidupan yang baik itu terletak pada pangkat, kedudukan/status sosial, pada ilmu, keturunan dan sebagianya, sesuai dengan kecenderungan masing-masing.

Pada lazimnya, kehidupan yang baik itu ialah kehidupan yang sejahtera, aman damai, sehat jasmani, sehat rohani dan senantiasa terhindar dari bencana atau malapetaka. Demikianlah idaman kebanyakan orang.

Adapun bagi orang yang beriman, idaman itu tidak hanya sampai disitu saja, melainkan diteruskan pula dengan kebaikan di akhirat yang ingin dicapainya.

Ulama terkenal al-Asfahani, dalam kitabnya Al-Mufradatu fi Gharibil Quran, dan al-Qurtubi dalam tafsirnya Al-Jami'u li Ahkamil Quran, menjelaskan, nahwa kehidupan yang baik itu mempunyai lima unsur, yaitu:

1. Dilimpahi rizki yang halal disertai sifat Qana'ah.
2. Dihiasi ilmu pengetahuan.
3. Dihiasi budi dan amal baik.
4. Diberi hidayah iman dan taufiq.
5. Dikaruniai investasi (tabungan) untuk akhirat.

Rizki yang halal, kiranya tidak dapat disangkal, bahwa ia merupakan unsur yang utama dalam kehidupan yang baik. Kekayaan yang melimpah tetapi cara memperolehnya tidak halal, walaupun pada dhahirnya seperti senang, namun di dalam jiwanya selalu resah-gelisah, risau dan penuh kekhawatiran. Kadangkala menghilangkan selera, walaupun dihadapannya terhidang makanan yang serba lezat.

Berbeda halnya dengan orang yang hidupnya dari rizki yang halal, meskipun tidak seberapa banyak namun menimbulkan ketenangan dan merasa aman. Apalagi jika hal itu di ikuti pula dengan sifat Qana'ah (menerima dengan rela atas rizki yang ada). Sebab itu, sifat Qana'ah perlu dimiliki oleh setiap orang.

Orang yang tidak memiliki sifat Qana'ah, betapapun banyak kurnia yang diberikan Allah kepadanya, niscaya akan tetap merasa kurang dan selalu tidak puas, bahkan menjadi ingkar dan tidak mau bersyukur.

Orang yang selalu merasa kurang puas atas rizki yang dikaruniakan Allah kepadanya, dilukiskan oleh Rasulullah saw. dalam sabdanya sebagai berikut: "Seperti orang yang telah memiliki dua bukit emas, tetapi ia meminta tiga bukit emas, dan bila telah memiliki tiga bukit emas, ia menginginkan empat bukit emas. Dan mereka tidak akan puas kecuali dengan tanah (dikubur, mati)".

Sebab itu berbahagialah orang-orang yang beriman dan diberi rizki yang halal serta berhati qana'ah, sebagaimana sabda Rasulullah saw: "Berbahagialah orang yang mendapat petunjuk (untuk beragama) Islam. Kehidupannya cukup dan menerima".

Unsur yang kedua adalah hiasan ilmu pengetahuan. Ilmu adalah sifat dan tanda kemulian manusia atas makhluk lainnya. Kemuliaan Nabi Adam a.s atas Malaikat dan Iblis adalah karena ilmunya; dan karena ilmu, ia berhak dita'ati dan di hormati. Orang yang berhasil hidupnya dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan sebagainya adalah karena dibekali ilmu pengetahuan yang cemerlang. Hidup tanpa ilmu pengetahuan akan gelap sedangkan amal tanpa ilmu tidaklah merupakan amal yang sempurna. Tidak saja urusan duniawi, namun urusan ukhrawi pun harus dilakukan dengan ilmu. Sabda Rasulullah saw: "Barangsiapa yang menghendaki dunia (kekayaan), hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menghendaki akhirat, hendaklah dengan ilmu, dan barangsiapa menghendaki keduanya, maka hendaklah dengan ilmu". (al-Hadist).

Mengingat betapa pentingnya kedudukan ilmu pengetahuan bagi manusia dalam menempuh perjalanan hidupnya, maka gama mewajibkan kepada umatnya agar senantiasa menuntut ilmu, sebagaimana Sabda Nabi saw: "Jadilah engkau orang yang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mendengarkannya, atau orang yang mencintainya. Janganlah engkau menjadi yang kelimanya" (Al-Hadist).

Unsur yang ketiga adalah budi dan amal yang baik, seperti rendah hati, pemurah, pemaaf, suka menolong dan sifat-sifat terpuji lainnya. Apabila budi baik itu dimiliki seseorang, niscaya akan bertambah mulia orang itu. Demikian pula sebaliknya, kekayaan yang melimpah, kedudukan yang tinggi, ilmu yang luas dan sebagainya, apabila tidak disertai budi pekerti yang baik, niscaya akan menjatuhkan wibawanya. Paling tidak, mereka hanya akan menghormat ketika berhadapan saja, sedangkan dibelakang mereka menyerapah.

Sabda Nabi saw: "Shadaqah itu tidak akan mengurangi harta kekayaan sedikitpun. Allah takkan menambah bagi hambaNya yang pemaaf kecuali menambah kemuliannya.Dan seseorang yang tawadlu (rendah hati) karena Allah semata, niscaya Allah akan meninggikan derajatnya". (H.R Bukhari)
Berbahagialah orang-orang yang beriman serta memiliki sifat-sifat utama. Firman Allah: "Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, lelaki maupun perempuan, sedang ia beriman kepada Allah, niscaya akan diberi kehidupan yang baik ... (Q.S. 16 n-Nahl:97)

Unsur yang keempat adalah Hidayah Iman dan Taufiq. Seorang pelajar atau mahasiswa yang bertahun-thun menekuni pelajarannya, ingin menjadi sarjana dan mempunyai kedudukan, kemudian ia berhasil mencapainya, ini namanya mendapat taufiq dari Allah. Seorang pegawai atau pekerja, yang ingin memiliki rumah, kemudian ia menabung sedikit demi sedikit dan akhirnya berhasil membangun rumah, maka ini namanya mendapat taufiq, demikianlah seterusnya.

Dengan demikian, taufiq sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Banyak orang yang mempunyai keinginan dan cita-cita, tapi keinginan dan cita-citanya selalu kandas karena tidak sejalan dengan kehendak Dzat yang Maha kuasa. Andai pun cita-citanya tercapai, itu tidak dinamakan taufiq, karena tidak mendapatkan restu dari Allah SWT.

Demikianlah, Allah swt. memberi bimbingan, agar orang hidup selalu mengharapkan taufiq dari Allah swt: "Dan tiadalah taufiq bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawwakal dan hanya kepada-Nya pula aku kembali." (QS. 11 Hud:88)

Hidup tanpa taufiq dan iman, tidak akan mendatangkan ketenangan. Kehidupan tanpa dasar iman, akan selalu ragu-ragu dan selalu cemas atas sesuatu yang terjadi. Orang yang kehilangan iman, akan mudah putus asa dan sempit jalan hidupnya.

Berbahagialah orang-orang yang beriman dan senantiasa teguh memegang aqidahnya. Firman Allah swt: "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Rab-kami adalah Allah", kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan):"Janganlah kalian merasa takut dan janganlah kalian merasa sedih dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian." (QS.41 Fushshilat:30).

Di antara tanda-tanda yang membedakan antara orang-orang yang beriman (mukminin/mukminat) dengan lainnya, ialah mempercayai adanya hidup sesudah mati. Dan yaqin bahwa kehidupan akhirat itulah kehidupan yang kekal, sebagaimana firman Allah: "....serta mereka yaqin akan adanya kehidupan akhirat." (QS.al-Baqarah : 4)

Agama Islam memberikan petunjuk bahwa kehidupan di dunia haruslah dijadikan ladang untuk menanam sebanyak mungkin amal sholeh agar dapat dijadikan bekal untuk menjangkau kehidupan akhirat yang baik, atau mencapai sorga Allah dan terhindar dari segala adzab-Nya.

Berbahagialah orang-orang yang telah mendapatkan kehidupan yang baik di dunia, serta mempunyai INVESTASI (tabungan) untuk akhirat yang kekal. Dan alangkah akan menyesalnya orang-orang yang mendapatkan kebaikan dunia, namun ia tidak mempunyai tabungan untuk akhiratnya. Sebagaimana dilukiskan Allah swt dalam firman-Nya: "Sebagian diantara manusia, ada yang berdo'a: "Rabbana berilah kami kebaikan di dunia", dan tiadalah baginya kebaikan di akhirat." (Q.S.2 Al-Baqarah: 200)

Sebab itu wahai saudaraku, sepanjang kita masih kuat, masih sehat wal'afiat dan mumpung kita masih diberi waktu, marilah kita berlomba-lomba beramal sholeh untuk mengisi tabungan akhirat, marilah kita menanam kebaikan dengan penuh keikhlasan semata-mata karena mengharapkan ridhla Allah. Ketahuilah bahwa bekal akhirat itu tidak hanya: Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang saleh saja, tetapi lebih luas dari itu!

Marilah kita renungkan peringatan Allah dalam al-Qur'an: "Apakah kalian akan mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum datang kepada kalian cobaan atau ujian sebagaimana yang telah menimpa umat sebelum kalian. Mereka telah ditimpa bencana dan penderitaan yang amat besar, dan mereka digoncangkan imannya dengan hebat, sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS.2 Al-Baqarah: 214).

Kemudian firman-Nya: "Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang yang berjihad di antara kalian, dan belum nyata di antara kalian orang-orang yang sabar." (QS.3 Ali Imran:142).

Apabila kita renungkan ayat-ayat diatas, kiranya segala kebaikan yang telah kita perbuat, masih belum seberapa, sebab masih banyak lagi hal-hal yang harus diperbuat. Manusia sebagai makhluk sosial, dituntut untuk memandang kehidupan ini dari segala segi. Sudahkah kita hidup bertetangga dengan memenuhi segala hak mereka? Sebagai makhluq Allah, sudahkah kita mematuhi perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya dengan kaffah dan istiqomah? Sebagai khalifah-Nya dimuka bumi, sudahkah kita memelihara, menjaga dan memanfaatkan anugrah-Nya berupa hutan, sumberdaya alam sebagaimana mestinya? Sebagai warga negara, sudahkah kita memenuhi panggilan tanah air? Dan masih banyak hal-hal lainnya!

Demikianlah lima unsur bagi kehidupan yang baik menurut pandangan Islam. Mudah-mudahan kita semua diberi petunjuk untuk memperoleh lima unsur tersebut, dan tergolong orang yang bahagia di dunia dan akhirat.

Amin....

Akhirulkalam, marilah kita renungkan bersama firman Allah swt: "Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah daripada perbuatan yang munkar. Dan hanya kepada Allah-lah kembalinya segala urusan." (QS.22 al-Hajj: 41).

Oleh: Hariswan - Blog As Sunnah

Kamis, 11 September 2008

KUMPULAN HADITS QUDSI

Dari: Hariswan
“Hai Manusia! Tidak ada persiapan (paling baik) sebagaimana halnya susunan peraturan (perencanaan), tidak ada sifat Wara’ seperti mencegah gangguan, tidak ada derajad yang lebih tinggi daripada Sopan santun, tidak ada Syafa’at sebagaimana Taubat, tidak ada Ibadah sebagaimana Ilmu, tidak ada Shalat sebagaimana (disertai rasa) Takut (Khauf), tidak ada kebahagiaan sebagaimana Taufiq dan tidak ada perhiasan paling baik sebagaimana Akal.

“Hai anak Adam! Kosongkanlah dirimu guna ber-Ibadah kepadaKu niscaya hatimu akan AKU penuhi kekayaan, rumahmu AKU isi rezeki, dan badanmu AKU istirahatkan serta Aku penuhi dengan Kesehatan. Janganlah kamu lalai dari menyebut namaKu (berdzikir) ,sebab bila demikian, niscaya hatimu Aku penuhi dengan hidup serba kekurangan, badanmu Aku letih-payahkan dan dadamu Aku beri kesusahan-kedukaan, serta badanmu akan Aku beri penyakit, kelelahan.

“Hai anak Adam! Ketahuilah bahwa barang halal itu datang kepadamu secara setetes demi setetes, sedangkan barang haram mendatangimu bagaikan air bah. Siapa yang kehidupannya jernih, maka jernih pulalah agamanya.

“Hai anak Adam! Janganlah kamu gembira dengan kekayaan duniawi karena bukankah kamu tidak kekal? Bersabarlah dalam ber-Tha’at kepada Allah, sesungguhnya ALLah SWT akan menolongmu atas segala kesempitan. Jangan engkau gelisah sebab mengalami kefakiran, karena hal itu bukankah sudah ditentukan untukmu? Janganlah berputus asa dari Rahmat Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Tinggalkanlah perbuatan dosa, karena hal itu adalah bekal bagi orang-orang berbuat dosa untuk ke neraka. Janganlah mabuk kesenangan pada kekayaan!. Memang orang kaya itu terhormat di dunia, namun di akhirat ia amat terhina. Memang orang fakir miskin di dunia amat terhina, namun di akhirat ia terhormat. Sesungguhnya kemuliaan akhirat itu lebih agung dan lebih kekal.

“Hai anak Adam! Rezeki, adalah Rezeki-KU, Puji, syukur hanya untuk diriKU, sedangkan manfa’atnya kembali kepadamu. Mengapa kamu tidak mau bersyukur kepada-KU atas segala ni’mat yang AKU berikan padamu?

“Hai anak Adam! Sampai kapan kamu mengumpulkan harta dunia, padahal ia bakal Fana’. Dan kamu hancurkan akhirat, padahal ia adalah Kekal.

“Hai anak Adam! Andaikan seluruh penghuni langit, bumi sama-sama meminta ampun kepada-KU untuk kesalahan-kesalahanmu, tentunya layak kalaulah kamu menangis atas semua dosa-dosamu; Karena kamu tidak tahu bahwa dalam keadaan bagaimana kamu nanti menemui AKU?

“Barang siapa sudi menerima bagian yang telah AKU berikan untuknya (Qonaah & bersyukur) maka, Rezekinya AKU beri ke “Berkahan” dan harta benda duniawi-pun memaksa diri untuk mendatanginya walaupun ia tidak menginginkannya.

“Hai anak Adam! Luangkan waktu guna mengingat, berDzikir kepada-KU, niscaya AKU menyebutmu di hadapan malaikat-malaikat-KU.

“Hai anak Adam! Berbekallah (untuk akhiratmu), sebagaimana bekalnya musafir yang cemas, takut kehabisan bekal. Dan Murnikanlah amal perbuatanmu dari ”Riya’”(beramal agar dipuji, disanjung orang).

“Barang siapa berbuat dosa maksiyat dalam keadaan tertawa, niscaya AKU akan memasukkannya ke neraka dalam keadaan menangis. Barang siapa yang duduk bersimpuh sambil menangis karena takut dan gentar kepadaKU niscaya AKU akan memasukkannya ke Syorga dalam keadaan tertawa.

“Hai anak Adam! Dari tanah AKU menciptakan kamu, ke tanah lagi AKU kembalikan dirimu dan dari tanah pula AKU membangkitkan kamu. Tinggalkan keduniawian, bersiaplah untuk mati. Ketahuilah!, bahwa jika AKU telah cinta, ridla pada hamba-KU, maka aku jauhkan dia dari Duniawi, AKU permudah dunianya untuk kepentingan akhiratnya dan AKU perlihatkan ke aibab-keaiban Duniawi padanya sehingga ia waspada terhadapnya lalu ia mengerjakan kebajikan ahli syorga kemudian AKU masukkan dia ke syorga dengan rahmat-KU. Namun jika AKU telah murka pada seorang hamba, maka AKU sibukkan dirinya dengan duniawi, tidak sempat ber”Tha’at” kepada-KU, Aku biarkan dia dengan kesibukan dunianya, sehingga jadilah perbuatannya termasuk golongan penghuni neraka , maka AKU pun memasukkannya ke Neraka.

“Hai anak Adam! Siapa yang sadar bahwa akhir perjalanannya adalah menuju kematian, bagaimana ia akan suka cita dengan Dunia, dan siapa yang (menyadari) rumahnya kelak ada di liang Kubur bagaimana mungkin ia akan senang dengan bangunan rumahnya yang ada didunia?

“Hai anak Adam! Silahkan Tha’atilah AKU sekedar kebutuhan kalian kepadaKU, sebenarnya kesabaran kalian atas (siksa) neraka cuma sedikit. Berpakaianlah di dunia sekedar kalian bertempat tinggal dialam kubur karena kubur itulah tempat tinggalnya amal perbuatan kalian.

“Hai anak Adam! Sabarlah, rendahkan dirimu, niscaya AKU akan mengangkat derajatmu. Bersyukurlah kepada-KU tentu akan AKU tambah ni’matKU untukmu. Mohon ampunlah kepada-KU, niscaya (dosamu) AKU ampuni. Hubungilah tali persaudaraan (rahmi) sanak familimu, niscaya AKU tambah tempo masa hidupmu. Mintalah sehat wal’afiat kepadaKU dengan senatiasa berdiam (tafakkur-dzikir). Ketahuilah!.. Bahwa keselamatan itu adanya dalam kesendirian (uzlah). Ikhlas ada didalam sifat Wara’, Zuhud (berpaling dari duniawi untuk kenikmatan akhirat-pen) adanya didalam Taubat, Ibadah ada dalam Ilmu dan Kekayaan ada didalam Qana’ah (ridla dengan pemberian-Nya).

“Hai anak Adam! Berapa banyak orang yang AKU beri ni’mat namun akibatnya menjerumuskan dirinya ke neraka, karena dipergunakan untuk ma’siyat pada-KU. Berapa banyak orang yang ucapannya baik sedang ia berbuat aniaya atas diri sendiri. Berapa banyak orang membuka aib, berbuat ma’siyat dengan terang-terangan namun AKU masih menutupinya. Berapa banyak orang yang tertipu dengan tubuhnya yang sehat terus menerus padahal ia senantiasa berbuat dosa. : Sesungguhnya orang-orang yang mengerjakan dosa kelak akan diberi pembalasan (pada hari Qiamat) di sebabkan apa yang telah mereka kerjakan”.(Sesuai QS. al-An’am:120)

“Hai anak Adam! Tidak akan memasuki syorga-KU kecuali orang-orang yang tunduk dengan Keagungan-KU dan hari-harinya ia lalui untuk Mengingat, ber Dzikir kepada-KU, serta yang dapat mencegah dirinya dari hawa nafsu semata-mata hanya karena AKU.

“Hai anak Adam! Jika kamu menginginkan Rahmat-KU hendaknya kamu senantiasa “Tha’at” kepada-KU, dan jika kamu takut akan siksa-KU, waspadalah dari berbuat “Ma’siyat” kepada-KU.

“Hai anak Adam, AKU tidak menciptakan neraka-neraka itu kecuali untuk siapa-siapa yang durhaka terhadap kedua orang tuanya. Orang yang meninggalkan shalat fardlu, Orang yang kikir, pengadu domba, orang yang ingin senantiasa disanjung orang lain, orang yang mencegah dari kewajiban menunaikan zakat harta bendanya, dan orang yang berzina, para pemakan riba, peminum minuman keras, buruh yang khianat, yang meratapi orang mati, penumpuk-numpuk harta benda haram, yang melupakan Al-Qur’an, yang cenderung kepada kebathilan, dan pengganggu para tetangga. Kecuali, siapa yang mau bertobat, beriman, serta mengerjakan amal shalih; maka mereka itu kejahatannya diganti ALLAH dengan kebajikan dan adalah ALLAH Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(3) Maka dari itu berhati-hatilah dan jagalah diri kalian. (3) Sesuai dengan QS al-Furqaan:70)

“Hai anak Adam! Jika “para penguasa” akan masuk neraka karena sombong, suka memaksakan kehendak kepada makhluk-KU, sedangkan “orang-orang awam” dikarenakan ber-ma’shiyat padaKu, “orang-orang Alim (ulama)” karena Iri & dengki, “para fakir” karena lalai, para “Pedagang” karena Khianat (curang), “para Tukang” karena memalsu-menipu, dan orang-orang “Ahli Ibadah” karena ingin disanjung,” orang-orang Kaya” karena merasa pongah serta enggan mengeluarkan zakat dan orang-orang “miskin” karena berbohong. Maka …,Siapa lagi yang akan mencari Syorga-(KU)?.

“Allah telah menurunkan wahyu kepada Nabi Dawud A.S.: “Sesungguhnya orang yang sangat AKU kasih kepadanya ialah yang beribadat bukan karena upah pemberian, tetapi semata-mata karena AKU “berhak” untuk disembah”. Dan siapakah yang lebih kejam dari orang yang menyembah-Ku semata-mata karena inginkan sorga atau takutkan neraka.. apakah andaikan AKU tidak menciptakan sorga dan neraka, AKU tidak berhak untuk disembah?!

“Hai anak Adam! Lidahmu bagaikan singa, jika kamu lepas semaumu ia akan memakan, membinasakan kamu.

“Sesungguhnya AKU adalah ALLAH, Tuhan yang siapa saja tiada yang serupa dengan-KU, tidak ada yang membandingi AKU, tidak ada kekuasaan bagi siapapun yang seperti kekuasaan-KU, barang siapa di malam harinya senantiasa ia lewati dalam keadaan bersembahyang, maka ia terpandang disisi-KU, dan derajat apapun yang ia minta pasti AKU beri.

“Siapa yang menundukkan pandangannya dari larangan, apa yang AKU cegah, maka ia AKU amankan dari panasnya Api Neraka-KU. AKU lah TUHAN, kenalilah AKU. AKU Maha Pemberi Ni’mat, bersyukurlah kepada-KU. AKU Maha Pelindung, mintalah perlindungan kepada-KU. AKU Maha Penolong, mintalah pertolongan kepada-KU. AKU lah yang harus dituju, menujulah (kalian) kepada-KU. AKUlah yang harus disembah, maka sembahlah AKU. AKU Maha Tahu dengan segala Rahasia, maka waspadalah kepada-KU.

“Hai anak Adam, AKU tidak menciptakan neraka-neraka itu kecuali untuk siapa-siapayang durhaka terhadap kedua orang tuanya. Orang yang meninggalkan shalat fardlu, Orang yang kikir, pengadu domba, orang yang ingin senantiasa disanjung orang lain,orang yang mencegah dari kewajiban menunaikan zakat harta bendanya, dan orang yang berzina, para pemakan riba, peminum minuman keras, buruh yang khianat, yang meratapi orang mati, penumpuk-numpuk harta benda haram, yang melupakanAl-Qur’an, yang cenderung kepada kebathilan, dan pengganggu para tetangga. Kecuali, siapa yang mau bertobat, beriman, serta mengerjakan amal shalih; maka mereka itu kejahatannya diganti ALLAH dengan kebajikan dan adalah ALLAH Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(3) Maka dari itu berhati-hatilah dan jagalah diri kalian.

Rabu, 10 September 2008

FADHILAH RAMADHAN

Dari: Hariswan
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) "Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannyadan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur". (QS Al-Baqarah[2]:185)

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
"Celakalah orang yang tidak bershalawat kepadaku tatkala namaku diucapkan (orang kedua) di sisinya, dan celakalah orang yang menyia-nyiakan peluang emas, berbakti memenuhi hak kedua orang tuanya faktor penyebab masuk sorga, padahal ayah ibu atau salah satu dari mereka hidup disisinya, namun ia tidak melakukannya, dan celakalah orang yang tidak mau memohon rahmat dan ampunan Allah selama bulan ramadhan, padahal ia berkesempatan hidup sejak awal hingga akhir ramadhan, maka tertipulah ia.."

Rasulullah saw, bersabda: "Orang yang bershalawat kepadaku 100x dihari/malam Jum'at, maka ia datang di hari qiamat kelak bersinar (dengan cahaya benderang), dan sinar tersebut apabila disorotkan kepada seluruh makhluk, pasti memadai" (Zubdatul wa'idhin).

Rasulullah saw bersabda: "Pada malam pertama bulan Ramadhan, Allah berfirman" "Siapa mencintaiKu, pasti Akupun mencintainya, siapa mencari rahmatKu, pasti rahmatKu pun mencarinya, dan siapa beristighfar kepadaKu, pasti Aku mengampuninya,berkat hormat bulan Ramadhan, lalu Allah menyuruh malaikat mulia pencatat amal, khusus dalam bulan Ramadhan supaya menulis amal kebaikan semata, tidak mencatat laku kejahatan mereka (umat Muhammad), dan Allah menghapus dosa-dosa terdahulu mereka".

Rasullulah saw bersabda: " Sorga sangat rindu terhadap 4 golongan manusia, yaitu: Pembaca Al-Qur'an, pemelihara lesan dari ucapan keji dan munkar, dan pemberi makan orang yang lapar, serta mereka yang ahli puasa di bulan Ramadhan". (Raunaqul majalis).

Dari Anas bin Malik ra, Rasulullah Saw. bersabda: " Di bulan Ramadhan, bagi orang yang mau mengikuti majlis ilmu untuk mendengarkan pengajian, maka Allah mencatat baginya setiap langkah menjadi ibadah penuh setahun, dan ia bakal menyertaiku dibawah naungan 'Arasy, siapa aktif berjamaah shalat selama Ramadhan, maka Allah memberinya setiap raka'at menjadi suatu kota penuh kenikmatan, dan siapa berbakti kepada kedua ibu-bapaknya selama Ramadhan, maka ia diberi pandangan penuh rahmat Allah Swt, dan aku (Nabi Muhammad) memberi jaminan penuh di sorga padanya. Kemudian tiada seorang wanita (istri) berbakti kepada suaminya selama Ramadhan, kecuali pahalanya seimbang dengan pahala yang diperoleh oleh Siti Maryam ibunda nabi "Isa a.s dan Siti Asiah istri raja Fir'aun, yang teguh beriman sekalipun dihadapkan pada hidup dan kehidupan penuh ujian, dan siapa membantu saudara sesama muslim dalam rangka memenuhi hajat hidupnya selama Ramadhan, maka Allah menggantinya dengan memenuhi 1000 hajatnya di hari kiamat".

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: "Siapa memberi lampu penerang di Masjid Allah mana saja di bulan Ramadhan, maka Allah mengganti lampu penerang baginya di alam kubur, dan Allah memberi pahala padanya sebesar pahala para jamaah yang shalat di masjid tersebut, ditambah dengan shalawat sekalian para malaikat kepadanya dan para malaikat pemikul 'Arasy memohonkan ampun baginya, sepanjang lampu penerang tersebut dimanfaatkan didalam masjid".

Dari Zabir ra. Rasulullah saw bersabda: "Adalah pada malam Ramadhan berakhir, segenap makhluk-makhluk besar, sekalian langit, bumi dan para malaikat menangis, merasa duka, akibat bencana yang menimpa umat Muhammad saw. Para sahabat bertanya: "Bencana apakah gerangan ya Rasulullah? Beliau menjawab: " Yaitu bencana kepergian bulan Ramadhan, sebab di dalam bulan Ramadhan segala do'a pasti di kabulkan, semua sedekah diterima, dan amal-amal baik dilipat gandakan pahalanya, tetapi penyiksaan sementara dihapuskan" (Hayatul qulub)

Kajian lebih lanjut, sila klik di sini.

Wassalam,
HI



Sabtu, 06 September 2008

RAHASIA DI BALIK SILATURAHMI

Silaturahmi adalah kunci terbukanya rahmat dan pertolongan Allah SWT. Dengan terhubungnya silaturahmi, maka ukhuwah Islamiyah akan terjalin dengan baik. Bagaimana pun besarnya umat Islam secara kuantitatif, sama sekali tidak ada artinya bila di dalamnya tidak ada persatuan dan kerja sama untuk taat kepada Allah.

Tahukah kalian tentang sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan ataupun keburukan? "Sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan adalah pahala orang yang berbuat kebaikan dan menghubungkan tali silaturahmi, sedangkan yang paling cepat mendatangkan keburukan ialah siksaan bagi orang yang berbuat jahat dan yang memutuskan tali persaudaraan" (HR. Ibnu Majah).

Silaturahmi tidak sekedar bersentuhan tangan atau memohon maaf belaka. Ada sesuatu yang lebih hakiki dari itu semua, yaitu aspek mental dan keluasan hati. Hal ini sesuai dengan asal kata dari silaturahmi itu sendiri, yaitu shilat atau washl, yang berarti menyambungkan atau menghimpun, dan ar-rahiim yang berarti kasih sayang. Makna menyambungkan menunjukkan sebuah proses aktif dari sesuatu yang asalnya tidak tersambung. Menghimpun biasanya mengandung makna sesuatu yang tercerai-berai dan berantakan, menjadi sesuatu yang bersatu dan utuh kembali. Tentang hal ini Rasulullah SAW bersabda, "Yang disebut bersilaturahmi itu bukanlah seseorang yang membalas kunjungan atau pemberian, melainkan bersilaturahmi itu ialah menyambungkan apa yang telah putus" (HR. Bukhari).

Kalau orang lain mengunjungi kita dan kita balas mengunjunginya, ini tidak memerlukan kekuatan mental yang tinggi. Boleh jadi kita melakukannya karena merasa malu atau berhutang budi kepada orang tersebut. Namun, bila ada orang yang tidak pernah bersilaturahmi kepada kita, lalu dengan sengaja kita mengunjunginya walau harus menempuh jarak yang jauh dan melelahkan, maka inilah yang disebut silaturahmi. Apalagi kalau kita bersilaturahmi kepada orang yang membenci kita, seseorang yang sangat menghindari pertemuan dengan kita, lalu kita mengupayakan diri untuk bertemu dengannya. Inilah silaturahmi yang sebenarnya.

Rasulullah SAW pernah memberikan nasihat kepada para sahabat, "Hendaklah kalian mengharapkan kemuliaan dari Allah". Para sahabat pun bertanya, "Apakah yang dimaksud itu, ya Rasulullah?" Beliau kemudian bersabda lagi, "Hendaklah kalian suka menghubungkan tali silaturahmi kepada orang yang telah memutuskannya, memberi sesuatu (hadiah) kepada orang yang tidak pernah memberi sesuatu kepada kalian, dan hendaklah kalian bersabar (jangan lekas marah) kepada orang yang menganggap kalian bodoh" (HR. Hakim).

Dalam hadis lain dikisahkan pula, "Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada shalat dan shaum?" tanya Rasulullah SAW kepada para sahabat. "Tentu saja," jawab mereka. Beliau kemudian menjelaskan, "Engkau damaikan yang bertengkar, menyembungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan tali persaudaraan di antara mereka adalah amal shalih yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali silaturahmi" (HR. Bukhari Muslim).

Sahabat, bagaimana mungkin hidup kita akan tenang kalau di dalam hati masih tersimpan kebenciaan dan rasa permusuhan kepada sesama muslim. Perhatikan keluarga kita, kaum yang paling kecil di masyarakat. Bila di dalamnya ada beberapa orang saja yang sudah tidak saling tegur sapa, saling menjauhi, apalagi kalau di belakang sudah saling menohok, menggunjing, dan memfitnah, maka rahmat Allah akan dijauhkan dari rumah tersebut. Dalam skala yang lebih luas, dalam lingkup sebuah negara, bila di dalamnya sudah ada kelompok yang saling jegal, saling fitnah, atau saling menjatuhkan, maka dikhawatirkan bahwa bangsa dan negara tersebut akan terputus dari rahmat dan pertolongan Allah SWT.

Silaturahmi adalah kunci terbukanya rahmat dan pertolongan Allah SWT. Dengan terhubungnya silaturahmi, maka ukhuwah Islamiyah akan terjalin dengan baik. Bagaimana pun besarnya umat Islam secara kuantitatif, sama sekali tidak ada artinya bila di dalamnya tidak ada persatuan dan kerja sama untuk taat kepada Allah. Sebagai umat yang besar, kaum muslim memang diwajibkan ada yang terjun di bidang politik, ekonomi, hukum, dsb, karena tanpa itu kita akan dipermainkan dan kepentingan kita tidak ternaungi secara legal di dalam kehidupan bermasyarakat. Namun demikian, berbagai kelompok yang ada harus dijadikan sarana berkompetisi untuk mencapai satu tujuan mulia, tidak saling menghancurkan dan berperang, bahkan lebih senang berkoalisi dengan pihak lain. Sebagai umat yang taat, kita berkewajiban untuk mendukung segala kegiatan yang menyatukan langkah berbagai kelompok kaum muslimin dan mempererat tali persaudaraan diantara kita semua.
Wallahu'alam.

Dari: Abu Faiz
Sumber:
Tausiah Aa Gym - www.republika.co.id

KELEBIHAN BULAN RAJAB

Bulan yang suci telah tiba.Bulan penuh rachmat bagi orang-orang yang beriman sebagaimana diajarkan oleh Islam. Mari kita simak beberapa di antara petikannya sebagai berikut:

Sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam: Hendaklah kamu memuliakan bulan Rejab, nescaya Allah muliakan kamu dengan seribu kemuliaan di hari kiamat.

Sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam:
"Bulan Rejab Bulan Allah, Bulan Sya'aban bulanku dan bulan Ramadhan bulan umatku."

Kemuliaan Rejab dengan malam ISRAK MIKRAJnya,
Sya'aban dengan malam NISFUnya
Ramadhan dengan LAILATUL-QADARnya.
Malam awal Rejab mustajab do'anya (Dalam Kitab Raudhoh Imam Nawawi).
  • Puasa sehari pada bulan Rejab mendapat syurga tertinggi (Firdaus).
  • Puasa dua hari dilipatgandakan pahalanya.
  • Puasa tiga hari pada bulan Rejab dijadikan parit yang panjang, yang menghalangkan dia ke neraka (panjangnya setahun perjalanan).
  • Puasa empat hari pada bulan Rejab diafiatkan daripada bala dan daripada penyakit yang besar-besar dan daripada fitnah Dajal di hari kiamat.
  • Puasa lima hari pada bulan Rejab, aman daripada azab kubur.
  • Puasa enam hari pada bulan Rejab, keluar kubur bercahaya muka.
  • Puasa tujuh hari pada bulan Rejab, ditutup daripada tujuh pintu neraka.
  • Puasa lapan hari pada bulan Rejab, dibuka baginya lapan pintu syurga.
  • Puasa sembilan hari pada bulan Rejab keluar dari kuburnya lalu, MENGUCAP DUA KALIMAH SHAHADAH tidak ditolak dia masuk syurga.
  • Puasa 10 hari pada bulan Rejab Allah jadikan baginya hamparan perhentian di Titi Sirotolmustaqim pada tiap-tiap satu batu di hari kiamat.
  • Puasa 16 belas hari pada bulan Rejab akan dapat melihat wajah Allah di dalam syurga dan orang yang pertama menziarahi Allah di dalam syurga.
  • Puasa 19 belas hari pada bulan Rejab, dibina baginya sebuah mahligai di hadapan mahligai Nabi Allah Ibrahim a.s dan Nabi Allah Adam a.s.
  • Puasa 20 hari pada bulan Rejab, diampunkan segala dosanya yang telah lalu. Maka mulailah beramal barang yang tinggi daripada umurnya (pembaharuan umur).
Berkata Saidina Ali:
  • Puasa Rejab 13 hari seperti puasa tiga ribu tahun.
  • Puasa Rejab 14 hari seperti puasa sepuluh ribu tahun.
  • Puasa Rejab 15 hari seperti puasa seratus ribu tahun.
Kelebihan bulan Rejab dari segala bulan seperti kelebihan Qur'an atas segala Qalam.

Puasa sehari pada bulan Rejab seperti puasa empat puluh tahun dan diberi minum air dari Syurga.

Puasa 10 hari pada bulan Rejab dijadikan dua sayap, terbang seperti kilat di atas Titian Sirotalmustaqim di hari kiamat.

Puasa sehari pada bulan Rejab seperti mengerjakan ibadat seumurnya.

Puasa pada awal Rejab, pertengahannya dan akhirnya seperti puasa sebulan pahalanya.

Bulan Rejab Syahrullah (Bulan Allah), diampunkan dosa orang-orang yang meminta ampun dan bertaubat kepada Allah. Puasa Bulan Rejab wajib baginya:
  • Diampunkan dosanya yang lalu.
  • Dipeliharakan Allah umurnya yang tinggal.
  • Terlepas dari dahaga di hari kiamat.
Orang yang lemah dari berpuasa pada bulan Rejab hendaklah bersedekah tiap-tiap hari sekurang-kurangnya sebiji roti.

Sasiapa bersedekah pada bulan Rejab seperti sedekah seribu dinar, dituliskan kepadanya tiap sehelai bulu ruma jasadnya seribu kebajikan, diangkat seribu darjat, dihapus seribu kejahatan.

Tiap sehari puasanya pada bulan Rejab dan sedekahnya pada bulan Rejab seperti ibadat seribu Haji dan Umrah. Dibina mahligai seribu bilik dan seribu bidadari, lebih cantik daripada matahari seribu kali. Bulan Rejab bulan Allah.

Bersedekah pada bulan Rejab dijauhkan Allah daripada api neraka kerana kemuliaan bulan Rejab, Bulan Allah. Allah jadikan di belakang bukit Jabal Qar bumi, yang putih yang penuh dengan Malaikat dengan panji-panji berhimpun pada tiap malam Rejab meminta ampun oleh mereka kepada Umat Muhammad. Allah menjawap: Telah aku ampunkan mereka!

Barangsiapa meminta ampun (bersitighfar) kepada Allah pagi dan petang 70 kali atau 100 kali, pada bulan Rejab di haramkan tubuhnya daripada api neraka.

Sesiapa berpuasa sebulan pada bulan Rejab, Allah berseru kepadanya:

"Telah wajib hakmu atasKu, maka mintalah olehmu kepadaKu. Demi ketinggian Ku dan kebesaranKu, tidak Aku tolakkan hajatmu. Engkau adalah jiranKu dibawah `arasyKu, engkau kekasihKu daripada segala makhlukKu, engkau terlebih mulia atasKu. Sukakanlah kamu, tiada dinding antaraKu dan antarakau".(dari kitabRaudatul Ifkar)

Puasa pada 27 bulan Rejab seperti berpuasa enam puluh bulan pahalanya. Jika disertai dengan sedekah seperti puasa seribu tahun, kerana kebesaran hari ISRAK-MIKRAJ.

Siapa melapangkan kekeruhan, kesusahan, kesempitan orang mukmin pada bulan Rejab dikurniakan Allah kepadanya Mahligai yang besar di dalam syurga Firdaus.

Siapa berpuasa tiga hari pada bulan Rejab dan beribadat pada malamnya (berjaga), seperti dia berpuasa tiga ribu tahun.Diampunkan baginya 70 dosa-dosa besar tiap-tiap hari, ditunaikan 70 hajat ketika keluar nyawanya daripada jasadnya, 70 hajatnya di dalam kuburnya, 70 hajat ketika terbang suhuf (ketika Qur'an dinaik ketika berlalu di Titian Sirotalmustaqim.)

Rejab ertinya ta'zim (kebesaran, keagungan, kemuliaan). (Rahmat, pemurah, kebajikan). Kerana kebesaran, keagungan dan kemulia! an bulan Rejab itu maka Allah limpahkan rahmatNya, kemurahanNya dan terhadap hamba-hambaNya yang beriman dan beramal solih pada bulan Rejab, dengan berpuasa pada siangnya dan beribadat pada malamnya. Demikianlah peri keistimewaannya keagungan bulan Rejab itu yang dinamakan dengan BULAN ALLAH.

REJAB bulan menabur benih.
SYA'ABAN bulan menyiram tanaman.
RAMADHAN bulan menuai.

REJAB menyucikan badannya.
SYA'ABAN menyucikan hatinya.
RAMADHAN menyucikan rohnya.

REJAB bulan taubat.
SYA'ABAN bulan muhibbah.
RAMADHAN dilimpahi pahala amalan.


PERHATIAN
Beramallah menurut kemampuan masing-masing, jika tidak dapat melaksanakannya janganlah sampai ditinggalkan semuanya.


Dari: Agus Suhairy
Sumber: Nursyifa Blogspot