PROGRAM AHAD DHUHA PEDULI

PROGRAM AHAD DHUHA PEDULI adalah Sebuah program kepedulian dalam pengembangan wirausaha dan kemandirian dari jama’ah untuk jama’ah ,

BERJAMAAH KITA HEBAT

“Bukan karena hebat kita berjamaah, tapi karena berjamaah kita menjadi HEBAT” Karena yang sedikit (sendirian) tidak berdampak, tapi bila dihimpun (berjama’ah) maka akan menjadi kekuatan besar.

MENGHIDUPKAN SUNNAH DENGAN BERNIAGA

Rasulullah SAW bersabda : Dari Abu Sa'id ra, dari Nabi Muhammad SAW bersabda, Seorang pebisnis yang jujur lagi amanah, maka ia akan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada. (HR. Turmudzi)

MENGHIMPUN DONATUR

Setiap kita bisa menjadi donatur, bukan besaran infaqnya yang terpenting, tapi banyaknya orang yang menjadi donatur menjadikan yang sedikit menjadi berlimpah. Faktor kali, bukan faktor besaran. Rp. 5000 per orang dikali 10.000 orang, maka nilainya menjadi besar.

BERBUAT MELALUI PENGAJIAN AHAD DHUHA

Berjamaah membangun umat, untuk melakukan perubahan secara perlahan, menuju kejayaan Islam. Membekali ruhiyah dengan terus memperdalam pengetahuan untuk memberikan kemanfaatan.

BERBUAT MELALUI PENGAJIAN AHAD DHUHA

Berjamaah membangun umat, untuk melakukan perubahan secara perlahan, menuju kejayaan Islam. Membekali ruhiyah dengan terus memperdalam pengetahuan untuk memberikan kemanfaatan.

BERBUAT MELALUI PENGAJIAN AHAD DHUHA

Berjamaah membangun umat, untuk melakukan perubahan secara perlahan, menuju kejayaan Islam. Membekali ruhiyah dengan terus memperdalam pengetahuan untuk memberikan kemanfaatan.

BERBUAT MELALUI PENGAJIAN AHAD DHUHA

Berjamaah membangun umat, untuk melakukan perubahan secara perlahan, menuju kejayaan Islam. Membekali ruhiyah dengan terus memperdalam pengetahuan untuk memberikan kemanfaatan.

AHAD DHUHA PEDULI

Photobucket

Kamis, 29 April 2010

KEMATIAN, MENURUT AL QUR'AN DAN HADITS

1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian.

"Katakanlah: Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati
. (QS Ali Imran, 3:154)

2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.

"Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun?" (QS An-Nisa 4:78)

3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
"Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS al-Jumu’ah, 62:8)

4. Kematian datang secara tiba-tiba.
"Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS, Luqman 31:34)

5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat
"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS, Al-Munafiqun, 63:11)

DAHSYATNYA RASA SAKIT SAAT SAKARATUL MAUT

Sabda Rasulullah SAW: “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)

Sabda Rasulullah SAW: “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)

Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW;

Ka’b al-Ahbar berpendapat: “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”.

Imam Ghozali berpendapat: “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki”.

Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah satu kuburan. “Wahai manusia,” kata pria tersebut. “Apa yang kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang dariku!”

Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik terakhir kematian seseorang. Mustafa Kemal Attaturk, bapak modernisasi (sekularisasi) Turki, yang mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi negara sekular, dikabarkan mengalami proses sakaratul maut selama 6 bulan (walau tampak dunianya hanya beberapa detik), seperti dilaporkan oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi.

Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kedzaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana Allah.
Wallahu a’lam bis shawab.

SAKARATUL MAUT ORANG-ORANG DZALIM

Imam Ghozali mengutip sebuah riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang dzalim. Allah SWT pun memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pingsan tak sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari itu.

Kisah ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah menakutkan apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik paksa roh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut baja yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras.

Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita.

"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya." (QS Al-An’am 6:93)

"(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat lalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); “Kami sekali-kali tidak mengerjakan sesuatu kejahatan pun”. (Malaikat menjawab): “Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan”. Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu." (QS, An-Nahl, 16 : 28-29)

Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang dzalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir di tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik!“ Ketika itulah orang yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu.

Ketika sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tak seorangpun diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau di neraka”.

Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang dzalim di neraka, “Wahai musuh Allah, itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka”. Naudzu bila min dzalik!

SAKARATUL MAUT ORANG-ORANGYANG BERTAQWA

Sebaliknya Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikatul Maut sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi yang sangat harum.

Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab: “(Allah telah menurunkan) kebaikan”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Assalamu alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”. (QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32)

Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun akan menunjukkan surga yang akan menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata padanya, “Bergembiaralah, wahai sahabat Allah, itulah rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.
Wallahu a’lam bish-shawab.

Semoga kita yang masih hidup dapat selalu dikaruniai hidayah-Nya, berada dalam jalan yang benar, selalu istiqomah dalam keimanan, dan termasuk umat yang dimudahkan-Nya, selama hidup di dunia, di akhir hidup, ketika sakaratul maut, di alam barzakh, di Padang Mahsyar, di jembatan jembatan Sirath-al mustaqim, dan seterusnya.
Allahumma Amin.

KITA AKAN MENGALAMI 2 KEMATIAN DAN 2 KEHIDUPAN

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Sangat bagus sekali jika kita merenungkan sebuah ayat dalam Al Qur'an tepatnya dalam surat Al Mu'min (disebut pula surat Ghofir). Ayat tersebut menyebutkan bahwa masing-masing kita akan menjalani kematian sebanyak dua kali dan kehidupan sebanyak dua kali. Apa yang dimaksud dengan hal tersebut? Simak tulisan berikut.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنَادَوْنَ لَمَقْتُ اللَّهِ أَكْبَرُ مِنْ مَقْتِكُمْ أَنْفُسَكُمْ إِذْ تُدْعَوْنَ إِلَى الْإِيمَانِ فَتَكْفُرُونَ, قَالُوا رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ مِنْ سَبِيلٍ

Sesungguhnya orang-orang yang kafir diserukan kepada mereka (pada hari kiamat): "Sesungguhnya kebencian Allah (kepadamu) lebih besar daripada kebencianmu kepada dirimu sendiri karena kamu diseru untuk beriman lalu kamu kafir". Mereka menjawab: "Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?" (QS. Al Mu’min [40]: 11)

APA YANG DIMAKSUD DENGAN MATI DUA KALI DAN HIDUP DUA KALI?

Perlu diketahui bahwa ayat ini serupa dengan ayat,

كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?” (QS. Al Baqarah [2]: 28)

Penjelasan Ulama
Yang dimaksud dengan ayat ini ada beberapa pendapat di kalangan ulama. Penafsiran yang dianggap kuat oleh Ibnul Jauzi sebagai berikut:

Kematian pertama adalah ketika dalam bentuk nuthfah (air mani), ‘alaqoh (segumpal darah) dan mudgoh (sekerat daging). Selanjutnya adalah dihidupkan dalam rahim. Lalu dimatikan lagi setelah hidup di dunia. Lalu akan dihidupkan lagi ketika dibangkitkan pada hari kiamat.

Penafsiran semacam ini dipilih oleh Ibnu ‘Abbas, Qotadah, Muqotil, Al Faro’, Tsa’lab, Az Zujaj, Ibnu Qutaibah, dan Ibnul ‘Ambari. (Lihat Zaadul Masiir, 1/39, Mawqi’ At Tafasir)

Asy Syaukani memberikan penjelasan sedikit berbeda. Beliau rahimahullah mengatakan;
Yang dimaksud dulu kalian dalam keadaan mati adalah waktu sebelum dicipta (belum ada). Karena boleh saja kita mengatakan mati pada sesuatu yang belum ada karena sama-sama tidak memiliki indera.

Kemudian yang dimaksud kalian lalu dihidupkan adalah ketika diciptakan menjadi makhluk. Selanjutnya yang dimaksud kalian dimatikan kedua kalinya adalah ketika ajal kalian itu datang (dan dimasukkan dalam kubur).

Lalu yang dimaksudkan kalian dihidupkan kedua kalianya adalah ketika hari kiamat saat dibangkitkan.

Yang menafsirkan seperti ini adalah mayoritas sahabat dan ulama setelahnya. Ibnu ‘Athiyah mengatakan bahwa penjelasan ini adalah penafsiran yang dimaksudkan dalam ayat. (Fathul Qodir, 1/62, Mawqi’ Al Islam)

Adh Dhohak menyebutkan perkataan Ibnu ‘Abbas mengenai surat Al Mu’min ayat 11, Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Dulu kalian berasal dari tanah sebelum diciptakan. Inilah kematian pertama. Lalu kalian dihidupkan dan diciptakan. Inilah kehidupan pertama. Kemudian kalian dimatikan kembali dan masuk ke alam kubur. Inilah kematian kedua. Kemudian nanti kalian akan dibangkitkan pada hari kiamat. Inilah kehidupan kedua. Itulah dua kematian dan dua kehidupan.” Hal ini sama maknanya dengan surat Al Baqarah ayat 28.

Penafsiran semacam ini diriwayatkan dari As Sudi dengan sanadnya, dari Abu Malik, dari Abu Sholih, dari Ibnu ‘Abbas; juga diriwayatkan dari Murroh, dari Ibnu Mas’ud dan dari beberapa sahabat. Begitu pula diriwayatkan dari Abul ‘Aliyah, Al Hasan Al Bashri, Mujahid, Qotadah, Abu Sholihk, Adh Dhohak, ‘Atho’ Al Khurasani semacam ini pula. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 1/331-332, Muassasah Al Qurthubah)

Renungan
Penjelasan ini menunjukkan bahwa kita akan mengalami kematian kedua yang entah kapan datangnya dan di mana datangnya. Kita pun dengan yakin akan menghadapi kehidupan kedua saat dibangkitkan. Sedangkan kematian pertama sudah kita lalui. Adapun kehidupan pertama sedang kita jalani saat ini.

Sungguh ayat-ayat berikut bisa sebagai renungan berharga. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".” (QS. Al Jumu’ah [62] : 8)

Kematian akan tetap menghampiri seseorang, walaupun dia berusaha bersembunyi di dalam benteng yang kokoh. Allah Ta’ala berfirman,

أَيْنَمَا تَكُونُواْ يُدْرِككُّمُ الموت وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An Nisa’ [4] : 78)
Jadi, kematian (maut) adalah benar adanya.

وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ

Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” (QS. Qaaf [50] : 19)

Manfaatkanlah umur yang Allah berikan dengan sebaik-baiknya, janganlah sia-siakan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

Ambillah lima perkara sebelum lima perkara: [1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, [2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, [3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, [4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, [5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shogir)

Al Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan,

كَفَى بِالمَوْتِ وَاعِظًا

Cukuplah kematian sebagai peringatan (berharga).” (Diriwayatakan oleh Al Baihaqi dalam Az Zuhd)

Dengan ingat akan mati, seseorang akan bersegera beramal dan tidak panjang angan-angan. Semoga risalah singkat ini bisa sebagai pengingat yang berharga.


Dari: Muhammad Abduh Tuasikal
Panggang-GK, sore hari, 4 Jumadil Awwal 1431 H

Rabu, 21 April 2010

FIQH SUNNAH, BUKU TERBAIK ABAD INI

Hampir ratusan ribu buku fikih ditulis oleh para ulama muslim. Salah satu buku fikih paling fenomenal dan menjadi best seller hampir di seluruh negara, terutama negara muslim dan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, adalah kitab Fiqih Sunnah, karya Sayyid Sabiq.
Kitab Fikih Sunnah pada mulanya adalah materi-materi fikih yang diajarkan Sayyid Sabiq untuk anggota Ikhwanul Muslimin. Atas anjuran Imam Hasan al-Banna, pendiri dan mursyid am (ketua umum) pertama Ikhwanul Muslimin, materi-materi tersebut akhirnya dibukukan. Tidak langsung utuh menjadi empat jilid seperti sekarang, tapi berupa buklet berseri.

Jilid pertama dari kitab Fiqih Sunnah diterbitkan pada tahun 1940-an. Isinya mengupas berbagai masalah mengenai fikih, seperti thaharah dengan berbagai macamnya, shalat wajib dan sunnah, hingga sebagian masalah zakat.

Jilid kedua mengupas sebagian masalah zakat, puasa, jenazah dan hal-hal yang berkaitan dengannya, haji, hingga sebagian masalah pernikahan.
Jilid ketiga mengupas hikmah poligami, berbagai hal tentang perkawinan (wali dan kedudukannya, hak dan kewajiban suami-istri, nafkah, akad nikah, walimah, dan sebagainya), serta berbagai hal yang berkaitan dengan hukuman. Dan jilid terakhir mengupas mulai dari jihad, perang, jizyah, ghanimah, kafarat sumpah, hukum jual-beli, riba, pinjaman, gadai, mudharabah, utang, dan sebagainya.
Buku Fiqih Sunnah ini adalah karya monumental. Fiqih Sunnah mengupas masalah-masalah fiqih Islam berdasarkan dalil-dalil yang bersumber dari Al-Qur`an, sunnah yang sahih, dan ijma' ulama kaum muslimin. Fiqih Sunnah dianggap memberikan bentuk yang sebenarnya tentang fiqih Islam. Sehingga, dengan membacanya banyak kalangan optimistis akan sebuah pencerahan; umat Islam dapat berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah serta melenyapkan pertikaian pendapat, fanatik mazhab, dan menghapus takhayul yang mengatakan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Untuk itu pada 1994, berkat buku ini Sayyid Sabiq memperoleh penghargaan King Faisal Prize dalam bidang kajian Islam.***
Rujukan Ulama Seluruh Dunia
Kitab yang mendapat sambutan luar biasa dari seluruh ummat Islam di penjuru dunia ini memuat sekitar tiga ribu hadis dan ditulis selama kurang lebih 20 tahun. Bahkan, karenanya buku ini juga mendapat pengakuan dari seluruh ulama dunia sebagai kitab fikih terbaik dalam zaman modern ini.
Menurut Imam Hasan al-Banna dalam pengantarnya, salah satu kelebihan Fiqih Sunnah ialah pemaparannya yang mudah dan praktis, disertai dengan kupasan panjang lebar sehingga sangat sesuai dengan kebutuhan umat saat ini. Karena itulah, tidak mengherankan jika Fiqih Sunnah menjadi salah satu rujukan utama dalam masalah fikih di hampir semua penjuru dunia Islam.
Banyak ulama memuji buku ini. Menurut sebagian besar mereka, buku ini dinilai telah memenuhi hajat perpustakaan Islam akan fikih sunah yang dikaitkan dengan mazhab fikih. Karena itu, mayoritas kalangan intelektual yang belum memiliki komitmen pada mazhab tertentu atau fanatik terhadapnya begitu antusias untuk membacanya. Hal itu, tak lain karena sebagai buku rujukan, buku ini sangat memudahkan mereka untuk merujuknya setiap mengalami kebuntuan dalam beberapa permasalahan fikih.
Dan kini, kitab fikih Sunnah ini telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa dan dibaca orang di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

TENTANG FIQH

PENGERTIAN FIQH
Secara harfiah fiqh (fikih) berarti pengetahuan atau pemahaman yang mendalam tentang sesuatu, semisal maksud dari perkataan seseorang. Tetapi istilah ini selanjutnya berkembang menjadi nama khusus bagi ilmu tentang hukum agama Islam yang bersifat praktis (terkait dengan perbuatan manusia).

العلم يالأحكام الشرعية العملية المستفادة من أدلتها التفصيلية

Dalam khazanah keislaman, terdapat dua istilah yang dipergunakan untuk menunjuk pada hukum Islam, yaitu: (1) Syari'at Islam (Islamic Law) dan (2) Fikih Islam (Islamic Jurisprudence).

Syariah dalam pengertian etimologisnya berarti sumber air minum (mawrid al-ma' alladzi yuqsad li al-Shurb). Kata ini kemudian dipakai bangsa Arab dengan makna jalan yang lurus (al-sirat al-mustaqim). Yakni sebagaimana sumber air merupakan jalan kehidupan dan keselamatan bagi tubuh, maka demikian pula halnya dengan jalan lurus yang padanya terdapat kualitas yang menghidupkan jiwa dan akal serta membimbing manusia kepada kebajikan. Istilah ini belakangan dipinjam sebagai jalan ketuhanan, sehingga syariat Islam lantas dipahami sebagai sesuatu yang khas datang langsung dari Allah yang disampaikan melalui para rasul-Nya kepada manusia. Dengan pengertian ini tentu terdapat perbedaan cukup substansial dengan apa yang dimaksud sebagai fikih.

شرع لكم من الدين ما وصى به نوحا والذي أوحينا إليك وما وصينا به إبراهيم وموسى وعيسى أن أقيموا الدين ولا تتفرقوا فيه ثم جعلناك على شريعة من الأمر فاتبعها

Secara sederhana, hukum syariat berarti semua ketetapan hukum yang ditentukan langsung oleh Allah yang kini terdapat di dalam al-Qur'an dan penjelasan Nabi Muhammad dalam kedudukannya sebagai Rasulullah yang kini dapat dibaca dalam kitab-kitab hadis. Sedangkan hukum fikih adalah ketentuan-ketentuan hukum yang dihasilkan oleh ijtihad para ahli hukum Islam. Maka dari itu, pemakaian istilah hukum Islam tanpa menjelaskan apa yang dimaksud seringkali menimbulkan salah pengertian terutama jika dihubungkan dengan aspek perubahan dan pengembangan di bidang hukum.

Sejauh ini, sistem hukum Islam mengenal adanya lima kategori hukum (al-ahkam al-khamsah) yang dipergunakan sebagai patokan atau pedoman untuk mengukur tingkah laku manusia baik di bidang ibadah maupun muamalah, yaitu: (1) ja'iz atau mubah atau ibahah, (2) sunnah, (3) makruh, (4) wajib dan (5) haram. Ibadah dalam konteks ini berarti cara dan tata cara manusia berhubungan langsung dengan Tuhan. Kaidah asal ibadah adalah larangan (haram). Maksudnya, semua perbuatan ibadah pada dasarnya dilarang untuk dilakukan kecuali secara tegas memang disuruh untuk melakukannya. Hal ini berbeda dengan muamalah yang berhubungan dengan kehidupan sosial manusia yang sifatnya terbuka. Kaidah asalnya adalah kebolehan (ibahah). Maksudnya, semua perbuatan pada asalnya boleh dilakukan kecuali terdapat larangannya dalam al-Qur'an dan al-Sunnah. Pembaharuan dalam bidang muamalah ini dapat dilakukan sejauh tidak bertentangan dengan jiwa Islam pada umumnya.

Adapun tujuan hakiki dari adanya perintah dan larangan dalam hukum Islam (maqasid al-syari'ah) adalah realisasi dan pemeliharaan kemaslahatan manusia. Kemaslahatan ini dapat dipetakan menjadi tiga macam kepentingan:
(1) Daruriyah, bersifat primer dan niscaya bagi kehidupan manusia. Meliputi kebutuhan atas pemeliharaan agama (hifd al-din), jiwa (hifd al-nafs), akal (hifd al-'aql), keturunan (hifd al-nasl) dan harta (hifd al-mal);
(2) Hajiyah, yakni hal-hal yang dibutuhkan untuk mengatasi atau mengurangi beban, kesempitan dan kesusahan. Misalnya dalam hal ibadah terdapat konsep rukhsah yang memperkenankan orang sakit tidak berpuasa Ramadhan dengan kewajiban menggantinya ketika sudah sehat. Dalam mu'amalah juga dikenal konsep pengecualian dari kaidah umum (istithna' min al-qawa'id al-'amah) serta keringanan (takhfif) dalam hal pemberian hukuman karena alasan-alasan tertentu;
(3) Tahsiniyah atau maslahah yang berkaitan dengan aspek keutamaan akhlak. Contohnya seperti perintah menutup aurat, larangan menjual barang yang haram, etika makan dan minum, larangan mutilasi dalam peperangan dan lainnya.
Maslahah yang bersifat tahsiniyah dapat dianggap sebagai pelengkap atau penyempurna (mukammil) dari kepentingan yang bersifat hajiyah. Demikian pula halnya maslahah yang bersifat hajiyah menjadi pelengkap dari kepentingan daruriyah.

AKAR SEJARAH FIQH
Membaca sejarah perkembangan fikih perlu dirunut mulai dari sejak masa kenabian dimana wahyu itu turun dan syariat Islam terbentuk. Bagaimanapun juga, fikih dalam pengertian luasnya tidak lain adalah ikhtiar serius untuk menjelaskan dan menjabarkan secara praksis pesan-pesan syariah yang kemudian terkodifikasikan dalam al-Qur'an dan al-Sunnah. Sepanjang kesejarahan umat Islam yang kian hari semakin kompleks pasca meninggalnya Nabi Muhammad, syariah senantiasa menjadi referensi utama bagi umat Islam untuk menemukan petunjuk dan bimbingan dalam menghadapi dinamika kehidupannya. Pada konteks ini, syariah kemudian menjadi wilayah ijtihad yang bersifat open ended, yakni membuka ruang bagi adanya keragaman pemahaman dan tafsir. Yang menarik, ijtihad ternyata telah menjadi instrumentasi keagamaan yang penting selain al-Qur'an dan al-Sunnah bahkan sejak masa kenabian.

Hal ini dibuktikan misalnya dengan pembenaran prosedur Mu'az bin Jabal dalam memutuskan perkara yang akan dihadapinya selama bertugas di Yaman. Mu'az menjelaskan kepada Nabi bahwa apabila dalam suatu perkara tidak dijumpai jawaban praktisnya dalam al-Qur'an dan al-Sunnah, ia akan berusaha mencari pemecahannya dengan pertimbangan akal. Penerapan prosedur pengambilan kebijakan serupa juga telah ditempuh oleh Abu Bakar dan Umar bin al-Khattab semasa menjabat sebagai khalifah. Riwayat dari Maymun bin Mahran mendeskripsikannya berikut ini:

قضى فيه بقضاء؟ فربما قام إليه القوم فيقولون قضى فيه بكذا أو كذا فإن لم تجد سنة سنها النبي صلى الله عليه وسلم جمع رؤساء الناس فاستشارهم فإذا اجتمع رأيهم على شيئ قضى به وكان عمر يفعل ذلك فإذا أعياه أن يجد ذلك في الكتاب و السنة سأل هل كان أبو بكر قضى فيه بقضاء فإذا كان لأبي بكر قضاء فضى به وإلا جمع علماء الناس واستشارهم فإذا اجتمع رأيهم على شيئ قضى به كان أيو بكر الصديق إذا ورد عليه حكم نظر في كتاب الله تعالى فإن وجد فيه ما يقضى به قضى به وإن لم يجد في كتاب الله نظر في سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم فإن وجد فيها ما يقضى به قضى به فإن أعياه ذلك سأل الناس هل علمتم أن رسول الله صلى الله عليه وسلم

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sumber-sumber hukum Islam pada masa permulaan Islam adalah: (1) al-Qur'an; (2) al-Sunnah; dan (3) akal pikiran (ra'yu) manusia yang memiliki kompetensi ijtihad termasuk penguasaan metodologi hukum seperti ijma', qiyas dan lainnya.

Berbagai perbedaan pendapat (ijtihad) memang tercatat telah muncul sejak masa kenabian, tetapi sekalipun demikian ikhtilaf yang ada tidak sampai menyebabkan terjadinya sengketa yang berakhir pada perpecahan umat. Konflik secara terbuka baru menguat pasca kekhalifahan Uthman bin 'Affan dimana puncaknya terjadi pada peristiwa perang Jamal antara kubu Ali dan Aisyah serta perang Siffin antara kubu Ali dan Muawiyah. Perseteruan baru mulai mereda sepeninggal Ali dan naiknya Mu'awiyah ke tampuk kekuasaan. Tetapi inipun tidak serta-merta menyebabkan polarisasi internal umat Islam menjadi berakhir. Sejak saat itu, umat Islam secara umum dapat dipetakan kedalam tiga kelompok berikut: (1) Mayoritas umat Islam yang menerima kepemimpinan Muawiyah, (2) Shiah yang masih loyal kepada figur Ali, dan (3) Khawarij.

Masing-masing kelompok tersebut memiliki corak pemahaman keagamaan yang khas, termasuk dalam aspek fikih. Misalnya aliran Khawarij yang berpendapat bahwa hak menjadi khalifah tidak hanya terbatas menjadi milik keturunan suku Quraysh, tetapi harus dikembalikan kepada pilihan merdeka kaum muslimin. Pandangan ini tentu berbeda dengan pandangan umum kelompok Ahl al-Sunnah maupun pandangan kelompok Syiah ketika itu. Khawarij juga berpendapat bahwa perbuatan ibadah merupakan bagian dari iman sehingga siapapun yang berbuat dosa besar (kabair) akan menjadi kafir. Bahkan kesalahan pemikiran atau pendapat juga masuk dalam kategori perbuatan dosa yang dapat menyebabkan kekafiran. Karena itulah mereka mengkafirkan Ali, Muawiyah dan sahabat lainnya yang menerima keabsahan tahkim. Dalam persoalan taharah, mereka memandang bahwa kesucian tidak cukup hanya dengan bersihnya badan tetapi juga bersihnya lisan dari dusta dan perkataan batil lainnya. Atas dasar ini mereka menjadikan perkataan kotor dan sejenisnya sebagai hal-hal yang membatalkan wudhu. Khawarij juga percaya bahwa sumber hakiki satu-satunya dari syariat Islam hanyalah al-Qur'an dan bukan yang lainnya. Dari sini mereka banyak sekali menolak rumusan sunnah yang dinilai menyelisihi al-Qur'an. Misalnya hadith berikut:

لا وصية لوارس

Menurut mereka riwayat ini tidak dapat diterima karena bertentangan dengan firman Allah yang menyatakan bolehnya ahli waris memperoleh wasiat.


كتب عليكم إذا حضر أحدكم الموت إن ترك خيرا الوصية للوالدين والأقربين

PEKEMBANGAN FIQH
Sejak persebaran Islam ke berbagai penjuru bumi pada masa al-khulafa' al-rashidin, muncul pusat-pusat perkembangan ilmiah di negeri-negeri yang dikuasai oleh Islam seperti Mekah, Madinah, Kufah, Basrah, Syam, Mesir dan Yaman. Perkembangan ini terjadi seiring dengan menyebarnya para sahabat Nabi ke berbagai penjuru negeri tersebut sebagai pemimpin maupun guru agama bagi rakyat setempat. Dari pusat-pusat keilmuan Islam yang ada, menguat dua aliran metodologi yang belakangan dikenal sebagai aliran Kufah atau Ahl al-Ra'yi dengan pusatnya di Irak dan aliran Madinah atau Ahl al-Hadith dengan pusatnya di Hijaz. Ahl al-Ra'yi dikenal sebagai aliran yang memiliki persyaratan ketat bagi penerimaan riwayat dan cenderung mempergunakan pendekatan rasional dalam memecahkan berbagai persoalan yang mengemuka. Sementara Ahl al-Hadith dikenal sebagai aliran yang sangat mengedepankan dalil-dalil dari teks suci baik al-Qur'an maupun al-Sunnah dalam menjawab persoalan yang ada. Adapun jika dari riwayat tidak diketemukan petunjuk, mereka cenderung bersikap tawaqquf atau memilih tidak memberi keputusan definitif terhadapnya. Dalam sejarahnya, antara kedua aliran ini terjadi perdebatan sengit yang berusaha saling mengunggulkan metodologi keilmuannya masing-masing.

Salah satu tokoh besar dari aliran Kufah yang belakangan dikenal sebagai peletak dasar mazhab fikih Hanafiyah adalah Abu Hanifah yang bernama asli al-Nu'man bin Thabit bin Zuta (700-767 M). Ia termasuk dalam generasi tabi'ut tabi'in yang menimba ilmu dari banyak tokoh seperti Hammad bin Abi Sulayman, 'Ata' bin Abi Rabbah, 'Ikrimah, Nafi', Zayd bin 'Ali, dan Ja'far al-Sadiq. Dasar-dasar mazhab pemikiran tokoh yang semasa hidupnya pernah dihukum cambuk dan dipenjara oleh penguasa dinasti Umayyah dan Abbasiyah karena menolak menerima jabatan ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut: (1) Al-Qur'an; (2) Sunnah; (3) Ra'yu, dengan metode menemukan hukum: Ijma', Qiyas, Istihsan, dan Urf atau adat kebiasaan baik dari masyarakat setempat.

Mazhab ini sekarang banyak dianut oleh umat Islam di Turki, Syria, Irak, Afghanistan, Pakistan, India, Cina dan bekas wilayah Uni Soviet. Di Syria, Libanon dan Mesir, mazhab ini bahkan menjadi mazhab hukum resmi. Besarnya pengaruh pemikiran Abu Hanifah dalam bidang hukum Islam dapat terekam melalui komentar Imam Syafi'i berikut ini:

إن الناس كلهم عيال عليه في الفقه

"Dalam persoalan fikih, semua orang sebenarnya masih kerabat dekatnya (Abu Hanifah)"

Selanjutnya tokoh terkemuka dari aliran Madinah yang dikenal sebagai peletak dasar mazhab Malikiyah adalah Malik bin Anas bin Malik bin Abi 'Amir al-Asbahi (713-795 M). Lelaki berdarah Arab ini belajar dari beberapa tokoh terkenal seperti 'Abd al-Rahman bin Hurmuz, Ibn Shihab al-Zuhri, Rabi'ah bin 'Abd al-Rahman, dan Yahya bin Sa'id al-Ansari. Mufti besar masjid Nabawi yang pernah dihukum cambuk oleh penguasa karena bersikeras meriwayatkan sebuah hadith yang sebelumnya telah dilarang oleh al-Mansur untuk mempublikasikannya itu, mazhabnya kini banyak dianut oleh umat Islam yang berdiam di Maroko, Aljazair, Libya, Mesir Selatan, Sudan, Bahrain dan Kuwait.

Adapun dasar-dasar referensial-metodologis dari mazhab pengarang kitab al-Muwatta' itu adalah: (1) Al-Qur'an; (2) Al-Sunnah. Di sini Malik menerima hadith mursal sejauh perawinya terpercaya (tsiqat). Ia juga mendahulukan khabar ahad daripada qiyas; (3) Praktek penduduk Madinah. Menurutnya, tradisi keberagamaan mereka telah berakar sejak zaman Nabi sehingga layak menjadi hujjah (dasar hukum) melebihi qiyas; (4) Perkataan shahabat. Malik berasumsi bahwa para sahabat merupakan orang yang paling mengetahui wahyu dan sabda Nabi. Berdasar hal itu, maka perkataan atau pendapat para sahabat dapat dijadikan sebagai dalil; (5) Al-Masalih al-Mursalah, yakni mengambil manfaat atau mencegah kerugian. Asumsinya bahwa kewajiban-kewajiban agama sebenarnya dimaksudkan tidak lain kecuali untuk memelihara tujuan-tujuannya baik yang daruriyah, hajiyah maupun tahsiniyah; (6) Al-Qiyas atau analogi hukum; dan (7) Sad al-Zarai' , atau mencegah hal-hal yang pada dasarnya boleh tetapi dinilai dapat mengantar kepada hal-hal yang tidak diperbolehkan oleh syariah.

Pada masa berikutnya muncul pemikir lainnya yang sangat berpengaruh di dunia Islam yaitu Muhammad bin Idris bin al-'Abbas bin 'Uthman bin Shafi' bin al-Saib bin 'Ubayd b'Abd Yazid bin Hashim bin al-Muttalib bin 'Abd Manaf (767-820 M). Peletak dasar mazhab Syafi'iyah ini memulai pendidikannya melalui ulama yang ada di kampung kelahirannya Mekah, kemudian berguru kepada Imam Malik hingga wafatnya di Madinah. Selanjutnya ia juga sempat menimba ilmu kepada Muhammad bin al-Hasan di Baghdad sehingga ia memiliki pengetahuan dari dua aliran fikih yang terkenal di dunia Islam kala itu yakni fikih Hijaz (ahl al-hadith) dan fikih Irak (ahl al-ra'yi). Pokok-pokok mazhabnya dapat diikhtisarkan sebagai berikut: (1) al-Qur'an dan al-Sunnah; (2) Ijma'; (3) Atsar Sahabat; dan (4) Qiyas.

Semasa hidupnya, Imam Syafi'i dikenal melewati tiga fase kehidupan intelektual yang penting sebagai berikut: (1) Fase Mekah, yakni sepulang studi di Baghdad sejak tahun 184 H kepada Muhammad bin al-Hasan. Seraya mengajar di Masjid al-Haram, ia menyempatkan diri untuk menulis karyanya yang dikenal sebagai al-Risalah; (2) Fase Baghdad, yakni kedatangannya untuk yang kedua kalinya pada tahun 195 H guna menyebarkan dan mematangkan pelajaran usul fikihnya; (3) Fase Mesir, yakni sejak kepindahannya ke negeri ini tahun 199 H. Fase ini dapat dikatakan sebagai masa kematangan intelektualnya. Menghadapi berbagai situasi dan kondisi kultural yang sangat berbeda di Mesir, Imam Syafii merevisi beberapa pemikiran usul maupun furu'-nya yang terdahulu, sehingga dikenal adanya qawl qadim (pendapat lama) dan qawl jadid (pendapat baru) dari Syafii. Pada masa inilah karya besar beliau al-Umm dituliskan. Revisi dari karya awalnya juga selesai pula di tempat ini, sehingga muncul pula istilah al-Risalah al-Qadimah (yakni yang ditulis di Mekah) dan al-Risalah al-Jadidah (edisi revisi setelah ia menetap hingga wafatnya di Mesir).

Tokoh terkemuka lainnya dalam bidang hukum Islam adalah Ahmad bin Hanbal (781-855 M). Beliau lahir di Irak dan sudah menjadi yatim sejak masih kanak-kanak. Pada masa perkembangannya, dia mendapati adanya dua metode studi ilmu syariah, yakni metode fikih dan metode hadith. Ia mengawalinya dengan studi fikih dari aliran ahl al-ra'yi melalui al-Qadi Abu Yusuf, sahabat Abu Hanifah. Kemudian beranjak mengkaji hadith kepada ulama-ulama di penjuru negeri seperti Irak, Syam, dan Hijaz. Ia juga sempat mulazamah kepada ahli hadith terkemuka di Baghdad, yakni Abu Hazim Hashim bin Bashir al-Wasiti. Pasca kematian gurunya tersebut, kembali ia berkelana ke berbagai negeri untuk mengumpulkan hadith. Ahmad bin Hanbal pertama kali bertemu Imam Syafi'i di Hijaz tahun 187 H. Sesudahnya, ia bertemu kembali di Baghdad dimana Ahmad belajar fikih dan usul darinya. Dia juga belajar dari ulama-ulama lain seperti 'Abd al-Razzaq bin Hamam, Sufyan bin 'Uyaynah, Yahya al-Qattan, al-Qalid bin Muslim, dan 'Abd al-Rahman bin Mahdi.

Ahmad bin Hanbal sempat mengalami cobaan dan hukuman yang berat dari para penguasa mulai dari masa al-Ma'mun, al-Mu'tasim dan al-Wathiq karena menolak menerima akidah kemakhlukan al-Qur'an sebagaimana diyakini aliran Mu'tazilah yang berkuasa ketika itu. Adapun mazhabnya yang kini banyak dianut oleh penduduk Arab Saudi ini berdiri di atas fikih-sunnah dengan dasar-dasar utama berikut ini: (1) Al-Nusus. Dalam pandangan Ahmad, nash Kitab dan Sunnah berada dalam tingkatan yang satu tetapi dengan tingkat kehujjahan yang berbeda dimana sunnah berada sesudah Kitab. Bandingkan dengan pandangan al-Syafi'i sebelumnya; (2) Fatwa sahabat; (3) Hadith mursal dan dha'if adil. Beliau menerima mursal baik sahabi maupun bukan. Demikian pula halnya hadith dhaif diterima sebagai dalil jika memang tidak ada riwayat lain dalam hal tersebut termasuk fatwa para sahabat. Tetapi dhaif disini tidak dalam pengertian batil atau munkar atau dalam riwayatnya ada perawi yang muttaham (tertuduh sebagai pendusta). Jadi dalam tipologi Ahmad, hadith hanya ada 2, yakni sahih dan dhaif. Dhaif dalam tipologinya sejajar dengan hasan. Menurutnya:

الحديث الضعيف أحب إلي من الرأي

(4) Al-Qiyas. Metode ini dipakai dalam keadaan terpaksa jika sumber-sumber hukum sebelumnya tidak membicarakan persoalan tersebut.

Pada pertengahan abad ketiga hijriyah atau akhir abad ke-9 M, dimana fenomena mazhab dan aliran fikih telah terbentuk dan berkembang dalam komunitas umat Islam, pergerakan ilmiah tampaknya mengarah kepada usaha kritik dan kodifikasi hadits nabi. Hal ini terlihat melalui karya-karya besar yang belakangan dikenal dengan istilah al-kutub al-sittah (enam kitab hadits) karya para tokoh dari periode tersebut, yaitu: Bukhari (w. 870 M), Muslim (w. 875 M), Ibn Majah (w. 877 M), Abu Daud (w. 889 M), al-Turmuzi (w. 892 M), dan al-Nasa'i (w. 915 M). Sayangnya, memasuki abad ke-10 atau 11 Masehi, dinamika ilmu hukum Islam itu tampaknya mulai mengalami stagnasi. Ini terjadi di penghujung kekuasaan dinasti Abbasiyah dimana para ulama lebih asyik membatasi diri mempelajari pikiran-pikiran ulama sebelumnya dalam lingkaran mazhabiyah dengan pembahasan hal-hal yang bersifat furu'iyah. Sejak itulah gejala taqlid atau mengikuti saja pendapat ahli sebelumnya mulai menguat. Pemikiran yang muncul relatif terbatas pada bentuk komentar atau sekedar catatan-catatan atas pemikiran yang ada dalam mazhabnya sendiri. Jadi, orientasi studinya bukan lagi pada upaya memahami prinsip-prinsip atau nash-nash hukum dalam al-Qur'an dan al-Sunnah, melainkan ditumpukan pada pemahaman perkataan dan pemikiran para imam mazhabnya saja. Sementara dinamika masyarakat terus berkembang, pemikiran hukum justru berhenti berjalan dan berujung pada kemunduran. Faktor-faktor yang mendorong keadaan ini antara lain: retaknya kesatuan territorial Islam, ketidakstabilan politik, melemahnya kewibawaan pemerintah, dan lesunya kegairahan untuk berfikir merdeka. Faktor-faktor ini menjadikan jiwa dan ruh ijtihad yang begitu menyala di abad-abad sebelumnya menjadi tampak memudar bahkan padam dengan praktek taqlid mazhabiyah.

Kebangkitan gerakan pemikiran Islam mulai muncul kembali pada pertengahan kedua abad ke-19 M dengan seruan untuk al-ruju' ila al-kitab wa al-sunnah (kembali kepada al-Qur'an dan al-Sunnah). Gerakan ini mencoba menyegarkan iklim kebebasan berfikir di kalangan umat Islam dengan memurnikan pemahaman yang bersandar pada sumber otoritatif Islam yakni al-Qur'an dan al-Sunnah. Para tokoh gerakan ini, khususnya Muhammad Abduh di Mesir, sangat mengecam taqlid dan fanatisme mazhab yang telah membungkam dinamika intelektual di dunia Islam selama beberapa abad lamanya. Gerakan pembaharuan atau reformasi hukum Islam dalam perkembangan mutakhir kini semakin memperoleh tempat dalam wacana keislaman kontemporer dalam berbagai corak reinterpretasi, kontekstualisasi dan dekonstruksi.

Baca juga: Sejarah dan pemahaman Fiqh

Sumber: peziarah.wordpress.com


Senin, 05 April 2010

UCAPAN NABI ISA YANG SESUAI DENGAN AJARAN ISLAM

Tahun 1999 Profesor Klaus Berger, guru besar teologi di Universitas Heidelberg Jerman, mengeluarkan sebuah buku berjudul “Das Neue Testament und frühchristliche Schriften” {The New Testament and Early Christian Writings). Di dalamnya termuat naskah-naskah Perjanjian Baru dan naskah-naskah tua lain yang tidak termasuk ke dalamnya, seperti Surat Gembala Hermas, Surat Barnabas, Surat-surat Igantius, dsb.

Yang menarik bagi umat Islam: Prof. Klaus Berger juga memasukkan lebih dari 100 ucapan Yesus yang selama ini (hampir hanya) beredar di kalangan umat Islam. Ini mengejutkan paling tidak karena dua hal:

Pertama,
Klaus Berger hanya memasukkan naskah-naskah yang diyakini paling telat berasal dari akhir abad ke-2 Masehi; ini sebuah pengakuan akan kemungkinan originalitas dari ucapan-ucapan tsb.

Kedua,
Prof. Klaus Berger sebenarnya tergolong teolog yang hati-hati dan konservatif; pemasukan naskah-naskah dari milieu umat Islam ini adalah suatu langkah dia yang mencengangkan. Sebenarnya ucapan-ucapan Yesus dalam bahasa Arab ini sudah dikenal lama oleh dunia teologi Kristen sejak lama. Tahun 1896 David Margolioth, seorang orientalis Inggris, mengumpulkan 77 ucapan ini dari sebuah sumber. Langkah yang lebih besar dilakukan orientalis Spanyol, Asín y Palacios, yang menyelidiki 56 sumber dan mengumpulkan 225 ucapan-ucapan Yesus ini serta menterjemahkannya ke dalam bahasa Latin dengan judul “Logia et agrapha domini Jesu apud moslemicos scriptore, asceticos praesertum, usitata”.

Edisi Palacios inilah yang menjadi sandaran buku Klaus Berger. Meski demikian perhatian dunia Kristen akan ucapan ini relatif kecil. Salah satu penyebabnya adalah karena adanya penolakan dari awal atau paling tidak pengelasduaan atas naskah-naskah tentang agama Kristen yang berasal dari dunia Islam. Keadaan berubah sejak tahun 1947, ketika di Naj Hammadi, Mesir, ditemukan naskah-naskah kuno yang sama sekali tidak dikenal oleh dunia Kristen Barat. Naskah-naskah ini, terutama Injil Thomas, memperlihatkan bahwa dunia (Kristen) Timur masih memiliki naskah-naskah sangat tua yang tersimpan dan sampai kini belum terselidiki.

Penemuan naskah tua lain, yaitu “Unbekanntes Berliner Evangelium” (Unknown Berlin Gospel) yang baru dipublikasikan beberapa tahun lalu, juga ikut meruntuhkan asumsi bahwa dunia teologi Kristen telah mengetahui, menyelidiki, dan mengkatalogisir hampir semua naskah-naskah tua agama Kristen, baik yang masuk kanon Perjanjian Baru maupun yang apokrif. Langkah Klaus Berger mempublikasikan terjemahan Palacios adalah langkah logis dari perkembangan ini. Meski demikian, buku Klaus Berger terutama ditujukan pada para teolog, tidak begitu untuk umum. Kekosongan inilah yang dicoba oleh seorang guru besar bahasa Arab di Sir Thomas Adam’s, yaitu Profesor Tarif Khalidi, yang di bulan Mei 2001 mengeluarkan buku dengan judul “The Muslim Jesus; Sayings and Stories in Islamic Literature” (Harvard University Press). Di dalamnya dimuat 303 ucapan dan kisah tentang Yesus dari berbagai sumber dari dunia Islam.

Kesan bahwa buku ini belum 100% ditulis dalam “bahasa orang awam” masih terasa; meski demikian ini adalah langkah maju dalam memperkaya diskusi dunia Islam-Kristen. Ini yang mendorong saya untuk sedikit-sedikit menampilkan isi buku ini di mailing list ini. Semoga ada manfaatnya. Wassalamu ‘alaikum wr. wb

PS: Saya sendiri memakai buku Tarif Khalidi dalam terjemahan bahasa Jermannya “Der Muslimische Jesus; Aussprüche Jesu in der arabischen Literatur”. Kalau ada rekan yang mempunyai originalnya, silakan bergabung untuk saling cek silang.

Jesus’ Sayings and Stories in Islamic Literatures
1/303: Isa melihat seorang manusia yang melakukan pencurian. Isa bertanya padanya: “Apakah kau melakukan pencurian?” Lelaki itu menjawab: “Tidak pernah. Aku bersumpah pada yang lebih patut disembah daripada yang lain.” Isa berkata: “Aku beriman pada Allah dan menghukumi mataku karena kebohongan.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan dari Hammam ibn Munabbih (… - 131 H/748 M) sebagaimana termuat dalam “Sahifat Hammam ibn Munabbih”. Kemungkinan besar ini adalah kisah tertua tentang Isa yang beredar di kalangan umat Islam, dan membuktikan bahwa di abad pertama Hijriah sudah beredar kisah tentang Isa.

Referensi silang tentang kisah ini:

  • Shahih Muslim, 7:97
  • (Muhammad bin al-Walid bin Abi Randaqa) Al-Turtusyi (… - 520 H), Siraj al-Muluk
  • (Abu ‘Amr ‘Utsman bin ‘Abd ar-Rahman) Ibn al-Salah (… - 643 H), Fatawa wa Masa’il Ibn al-Salah 1:18
  • (Mulla Muhammad Baqir) Majlisi (… - 1110 H), Bihal an-Anwar 14:702
2/303: Isa berkata: “Diberkatilah orang yang menahan lidahnya, yang puas dengan rumahnya, dan yang menangis karena dosanya.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits ‘Abdallah ibn al-Mubarak (… - 181 H/797 M) dalam “Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq”.)

Referensi silang tentang ucapan ini:

  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn Abi al-Dunya (… - 281 H), Kitab al-Samt wa Adab al-Lisan, 15
  • (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syahbani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab az-Zuhd, 229 [di sini yang mengucapkan adalah 'Abdallaj bin 'Umar alih-alih Isa]
  • (Abu al-Qasim) Al-Qusyairi, Al-Risala a–Qusyairiyya fi ‘Ilm al-Taswwuf (… - 465 H) [di sini yang mengucapkan adalah Muhammad saw. alih-alih Isa]
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… -571 H), Sirat al-Sayid al-Masih, 158
  • (Muhammad Murtadha bin Muhammad al-Husaini) Al-Zabidi (… - 1205 H),
  • Ithaf al-Sada al-Muttaqin bin Syarh Asrar Ihya’ ‘Ulum ad-Din, 7:456 [dengan urutan ucapan yang sedikit berbeda]
3/303: Isa berkata kepada kaumnya: “Jangan berbicara banyak tanpa mengingat Allah, kalau tidak maka mengeraslah hati kalian; dan hati yang keras akan jauh dari Allah, tetapi kalian tidak mengetahuinya. Jangan menyelidiki dosa orang lain seolah-olah kalian itu tuan, tetapi selidikilah seolah-olah kalian itu hamba. Ada dua macam manusia: yang sakit dan yang sehat. Bersikap baiklah kepada yang sakit, dan berterimakasihlah pada Allah atas kesehatan.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits ‘Abdallah al-Mawarzi ibn al-Mubarak (… - 181 H) dalam “Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq”.

Referensi silang atas ucapan ini:

  • (’Umara bin Wathima al-Farisi) Abu Rifa’a al-Fasawi (… - 289 H), Kitab Bad’al-Khalaq
  • (Ahman bin Muhammad al-Qurthubi) Ibn ‘Abd Rabbihi (… - 328 H), Al-’Iqd al-Farid, 3:313
  • (Abu al-Laits Nashr bin Muhammad) Al-Samarqandi (… -373 H), Tanbih al-Ghafilin
  • (Ahmad bin ‘Abdallah) Abu Nu’aim al-Isbahani (… - 430 H), Hilyat al-Auliya’ wa Tabaqat al-Asfiya’
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… -571 H), Sirat al-Sayid al-Masih, 178ff
4/303: Isa berkata: “Kalau salah seorang di antara kalian berpuasa, maka minyakilah kepala dan janggut serta basahi bibir agar orang-orang tidak menyadari bahwa dia berpuasa. Jika dia memberi dengan tangan kanan, maka sembunyikan tangan kirinya. Jika dia berdoa, tutupkanlah tirai di pintunya; karena Allah memberikan pujian sebagaimana dia memberikan rezeki.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits ‘Abdallah al-Mawarzi ibn al-Mubarak (… - 181 H) dalam “Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq”.

Referensi silang atas ucapan ini:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:287
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… -571 H), Sirat al-Sayid al-Masih, 201
5/303: Jibril bertemu Isa dan berkata kepadanya: “Assalamu ‘alaika ya Ruhullah!” “Wa ‘alaikas-salam ya Ruhullah!” jawab Isa. Kemudian Isa bertanya: “Ya Jibril, kapan datangnya saat kiamat?” Jibril berdesir dan menjawab: “Yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya. Kiamat amat berat bagi langit dan bumi; dia akan datang kepada kalian secara tiba-tiba.” Dan selain itu dia berkata: “Tentang hal ini hanya Allah yang tahu.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits ‘Abdallah al-Mawarzi ibn al-Mubarak (… - 181 H) dalam “Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq”. Bandingkan juga:
  • QS Al-’Araf 187
  • Markus 13: 32 dan Matius 24: 36 di mana Yesus menyatakan bahwa dia dan para malaikat tidak tahu tentang hari dan jam kiamat; hanya Tuhan yang mengetahuinya.
6/303: Setiap kali di depan Isa disebutkan tentang saat hari kiamat, dia berduka cita dan berkata: “Ibnu Mayam tidak akan tenang apabila saat hari kiamat dibicarakan di hadapannya.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits ‘Abdallah al-Mawarzi ibn al-Mubarak (… - 181 H) dalam “Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq”, 229

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 100
7/303: Isa berkata kepada para muridnya: “Jangan meminta upah dari kaum yang kalian beri pelajaran, selain upah yang kalian berikan kepadaku.[1] Garam dunia [2], janganlah membusuk. Semua yang membusuk bisa ditangani dengan garam; tetapi jika garamnya membusuk, maka tak ada lagi obatnya. Ketahuilah bahwa kalian mempunyai dua ciri kebodohan: tertawa tanpa sebab, dan tidur hingga melewati pagi.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits ‘Abdallah al-Mawarzi ibn al-Mubarak (… - 181 H) dalam “Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq”; 284.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd; 478, 491
  • (Abu al-Laits Nashr bin Muhammad) Al-Samarqandi (… - 373 H), Tanbih al-Ghafilin; dengan urutan yang terbalik
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 231
  • (Abu ‘Umar Yusuf) Ibn ‘Abd al-Barr al-Qurthubi (… - 463 H), Jami’ Bayan al-’Ilm wa Fadlihi; 1:185; di sini tidak diatasnamakan Isa

Catatan kaki:

[1] Beberapa ayat Al-Quran juga menyebutkan bahwa Muhammad tidak meminta upah atas dakwahnya, misalnya Al-An’am 90, Yusuf 104, Al-Mu’minun 72, Furqan 57, Saba’ 47, Shad 86, Ath Thur 40, dan Al Qalam 46; begitu juga para nabi lain seperti Nabi Nuh (Yunus 72, Hud 29, Asy-Syuara 109), Nabi Hud (Hud 29, Asy-Syuara 127), Nabi Shalih (Asy-Syuara 145), Nabi Luth (Asy-Syuara 164), dan Nabi Syuaib (Asy-Syuara 180)
[2] Yesus menggunakan istilah “garam dunia” untuk para muridnya/pengikutnya; lihat Matius 5:13.
8/303: Isa berkata kepada para muridnya: “Para raja menyerahkan masalah hikmah kepada kalian, maka serahkanlah masalah dunia pada mereka.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits ‘Abdallah al-Mawarzi ibn al-Mubarak (… - 181 H) dalam “Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq”; 284.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd; 475
  • (Abu al-Laits Nashr bin Muhammad) Al-Samarqandi (… - 373 H), Tanbih al-Ghafilin; 190
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 123
Bandingkan juga Matius 22:21, Markus 12:17, Lukas 20:25.
9/303: Isa berkata: “Bani Adam, kalau kamu melakukan perbuatan baik, cobalah untuk melupakannya; karena perbuatan ini akan terus ada pada yang tidak akan melupakannya.” Kemudian dia membacakan ayat Al-Quran[1]: “Sesungguhnya Allah tidak akan menyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” [dan meneruskan:] “Kalau kamu melakukan perbuatan buruk, maka pandanglah terus ia di depan mata.” Ibn al-Warraq berkata[2]: “Di dekat mata.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits ‘Abdallah al-Mawarzi ibn al-Mubarak (… - 181 H) dalam “Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq”; 301.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 190.

Catatan kaki:

[1] At-Taubah 120
[2] Ini adalah variasi/koreksi dari Ibn al-Warraq [... - 378 H] atas “… di depan mata.”
10/303: Isa berkata: “Para sahabatku, carilah kasih Allah dengan menghindari kaum yang berdosa; dekatilah Dia dengan melakukan apa yang menjauhkan kalian dari mereka; carilah kemurahanNya dengan melawan mereka.” [Berikut ini adalah komentar dari Malik ibn Mighwal (... - 159 H)] Dia [Malik] berkata: “Aku tidak tahu dengan perintah yang mana Isa memulainya.” [Akhir dari komentar Malik] Para sahabat Isa bertanya: “Ya Ruhullah, kalau begitu kami harus mendekati kaum mana?” Isa menjawab: “Dekatilah kaum yang tatapannya mengingatkan kalian pada Allah, yang ucapannya menambah ilmu, yang amalannya membuat kehidupan sesudah mati sangat berharga.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits ‘Abdallah al-Mawarzi ibn al-Mubarak (… - 181 H) dalam “Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq”; 355.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu ‘Utsman ‘Amr bin Barr) Al-Jahiz (… - 255 H), Al-Bayan wa al-Tabyin, 1:399 dan 3:175.
  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 25 (sebagian, dan diatasnamakan Muhammad saw.)
  • (Ahmad bin Muhammad al-Qurthubi) Ibn ‘Abd Rabbihi (… - 328 H), Al-’Iqd al-Farid, 3:143 (hanya bagian akhir).
  • (Abu ‘Umar Yusuf) Ibn ‘Abd al-Barr al-Qurthubi (… - 463 H), Jami’ Bayan al-’Ilm wa Fadlihi, 1:126.
  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 2:157.
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 208.
11/303: Isa senantiasa berkata kepada para pengikutnya: “Anggaplah mesjid sebagai tempat tinggalmu, dan rumah [hanya] sebagai tempat persinggahan sementara. Makanlah dari tumbuh-tumbuhan alam bebas, dan larilah dari dunia ini dengan damai.” Syarik [1] berkata: “Aku menyebut ini kepada Sulaiman [2], dan dia menambahkan: ‘Dan minumlah air yang bersih.’

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits ‘Abdallah al-Mawarzi ibn al-Mubarak (… - 181 H) dalam “Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq”; 563.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Ahmad bin Muhammad al-Qurthubi) Ibn ‘Abd Rabbihi (… - 328 H), Al-’Iqd al-Farid, 3:143;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 128.

Catatan kaki:

[1] Syarik (… - 177) adalah seorang qadi dan perawi hadits.
[2] Sulaiman ibn al-Mughira (… - 165 H) adalah perawi hadits dari Basra.
12/303: Isa berkata: “Pada seorang yang sabar, kemalangan membawa kesenangan; pada seorang yang berdosa, kesenangan membawa kemalangan.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits ‘Abdallah al-Mawarzi ibn al-Mubarak (… - 181 H) dalam “Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq”; 627.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 241.
13/303: Isa berkata: “Empat [sifat] lah, yang apabila berada di diri seseorang, membuat kagum: diam yang merupakan awal ibadah, berendah diri di hadapan Allah, berpantang dari dunia, miskin.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits ‘Abdallah al-Mawarzi ibn al-Mubarak (… - 181 H) dalam “Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq”; 222.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Kitab al-Samt wa Adab al-Lisan, 647;
  • (Abu al-Laits Nashr bin Muhammad) Al-Samarqandi (… - 373 H), Tanbih al-Ghafilin [dengan sedikirt variasi];
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 139.
14/303: Isa melewati sebuah reruntuhan dan bekata: “Reruntuhan dari reruntuhan!” Selain itu dia berkata: “Reruntuhan, di manakah orang-orangmu?” Sesuatu dari reruntuhan itu menjawab: “Ruhullah, mereka telah mati, karena itu berusahalah sendiri demi Tuhanmu!” Selain itu suara ini juga berkata: “Keputusan Allah sudah [ditetapkan dengan] pasti, karenanya carilah Allah juga dengan kepastian.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar hadits ‘Abdallah al-Mawarzi ibn al-Mubarak (… - 181 H) dalam “Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq”; 640.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 1057 [di sini Abdallah bin Umar alih-alih Isa as.]
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 215.
15/303: Isa berkata: “Carilah keridhaan Allah, dan bukan keridhaan perut. Lihatlah burung-burung bagaimana mereka datang dan pergi; mereka tidak menanam maupun membajak, tetapi Allah mengurusi mereka. Kalau kalian berkata: ‘Perut kami lebih besar daripada perut burung,’ maka lihatlah binatang-binatang yang besar, buas maupun tidak, bagaimana mereka datang dan pergi, yang tidak menanam dan membajak, tetapi Allah juga mengurusi mereka. Berhati-hatilah atas pemborosan dunia, karena pemborosan dunia adalah aib di sisi Allah.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar hadits ‘Abdallah al-Mawarzi ibn al-Mubarak (… - 181 H) dalam “Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq”, 848.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Kitab al-Qana’a (dalam “Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya”), 1:71, 173
  • (Abu al-Laits Nashr bin Muhammad) Al-Samarqandi (… - 373 H), Tanbih al-Ghafilin [variasinya]
  • (Ali bin Muhammad al-Baghdadi) Abu Hayyan al-Tauhidi (… - 400 H), Al-Imta’ wa al-Mu’anasa, 2:217
  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4:260 [bervariasi sedikit]
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 187.
Bandingkan juga: Matius 6:26
16/303: Di malam ketika Isa diangkat ke langit, Isa bertemu para pengikutnya dan berkata: “Janganlah mencari penghasilan dengan menggunakan kitabullah. Kalau kamu tidak melakukan ini, maka Allah akan mendudukkan kamu [nanti] di tempat yang di mana sebuah batu lebih baik daripada dunia dan seluruh isinya.” –’Abd al-Jabbar [1] berkata: “Inilah tempat-tempat duduk yang Allah sebut di dalam Al-Quran: ‘Di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa.’[2]“– Setelah itu Isa diangkat ke langit.

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar hadits ‘Abdallah al-Mawarzi ibn al-Mubarak (… - 181 H) dalam “Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq”, 1147.

Catatan kaki:

[1] ‘Abd al-Jabbar ibn Salman (… - 112 H) adalah seorang perawi hadits, kemungkinan dulunya Nasrani.
[2] QS Al-Qamar 55.
17/303: Orang bertanya kepada Isa: “Ruhullah dan Kalamullah, siapakah yang paling menyesatkan manusia?” Dia menjawab: “Seorang ulama yang sesat. Kalau seorang ulama sesat, maka tersesatlah karenanya banyak orang.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits ‘Abdallah al-Mawarzi ibn al-Mubarak (… - 181 H) dalam “Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq”, 1474.

Rujukan silang atas ucapan ini:

  • (Abu al-Hasan Muhammad bin Yusuf al-Naisaburi) Al-’Amiri (… - 381 H), Al-Sa’ada wa al-Is’ad;
  • (Muhammad bin ‘Ali) Abu Thalib al-Makki (… - 386 H), Qut al-Qulub fi Mu’alamat al-Mahbub, 1:174;
  • (Abu al-Hasan ‘Ali bin Muhammad al-Basri) Al-Mawardi (… - 450 H), Adab al-Dunya wa al-Din;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 232 [dengan sedikit variasi].
18/303: Yahya bin Zakaria bertemu Isa dan berkata: “Katakanlah kepadaku, apa yang mendekatkan manusia kepada kasih Allah dan menjauhkannya dari murkaNya?” Isa berkata: “Hindarilah marah.” Yahya bertanya: “Apa yang menimbulkan marah dan membuatnya muncul kembali?” Isa menjawab: “Sombong, taklid buta, keangkuhan, dan kemubaziran.” Yahya berkata: “Izinkan saya bertanya sekali lagi.” “Bertanyalah apa yang kau mau,” jawab Isa. “Zina: apa penyebabnya, dan apa yang membuatnya muncul kembali?” “Sebuah tatapan,” jawab Isa, “yang membuat hati mendekati kesenangan dan ketaksusilaan yang berlebihan, sehingga keteledoran dan dosa menguat. Janganlah membelalaki mata pada sesuatu yang bukan milikmu, karena apa yang tidak pernah kau lihat tidak akan membuatmu tambah arif, dan apa yang tidak kamu dengar tidak akan merisaukanmu.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits ‘Abdallah al-Mawarzi ibn al-Mubarak (… - 181 H) dalam “Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq”, 44.

Rujukan silang atas ucapan ini:

  • (Muhammad bin al-Walid bin Abi Randaqa) Al-Turtusyi (… - 520 H), Siraj al-Muluk;
  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:168 [versi yang lebih pendek].
19/303: Di zaman Isa pernah terjadi musim kemarau panjang. Segumpal awan melayang di langit. Isa memandang ke atas dan melihat malaikat yang melayang di atas awan. Isa berteriak kepadanya: “Ke mana?” “Ke lahan yang dipunyai si Fulan,” jawab sang malaikat. Isa berjalan terus hingga sampai ke orang yang dimaksud; orang itu sedang membenahi lubang-lubang di tanah. Isa bertanya: “Kau ingin lebih banyak?” –maksudnya: lebih banyak hujan. “Tidak,” jawab orang itu. “Kau ingin lebih sedikit?” “Tidak,” jawab orang itu. “Apa yang kau lakukan dengan hasil panenmu tahun ini?” “Panen yang mana?” tanya orang itu, “serangan hama telah memusnahkannya.” “Apa yang kau lakukan di tahun lalu?” tanya Isa. “Aku telah membagikan lahanku menjadi 3 bagian: sepertiga untuk pertanian, peternakan, dan keluarga; sepertiga untuk kaum miskin, kaum fakir, dan para musafir; sepertiga lagi untuk kebutuhanku.” Isa berkata: “Aku tidak tahu, yang mana dari 3 bagian ini yang lebih besar pahalanya.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar hadits ‘Abdallah al-Mawarzi ibn al-Mubarak (… - 181 H) dalam “Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq”, 126.

Rujukan silang atas ucapan ini:

  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), “Kitab Islah al-Mal” dalam “Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya” [variasi].
20/303: Kaum hawariyun bertanya kepada Isa: “Katakalah kepada kami, siapakah yang paling patuh pada Allah?” “Orang yang berusaha memenuhi kehendak Allah tanpa mencari pujian manusia,” jawab Isa. “Siapakah yang memberikan nasihat bijak demi Allah?” tanya mereka. “Orang yang pertama-tama memenuhi kewajibannya pada Allah, sebelum dia memenuhi kewajibannya pada manusia, [dan] yang mengutamakan kewajiban pada Allah daripada kewajiban pada manusia. Jika dia harus memilih antara 2 hal: hal duniawi atau kehidupan sesudah mati, dia memulai hal yang berkenaan dengan kehidupan sesudah mati, dan baru kemudian mengalihkan perhatian kepada dunia ini.”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits ‘Abdallah al-Mawarzi ibn al-Mubarak (… - 181 H) dalam “Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq”, 134.

Rujukan silang atas percakapan ini:

  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 95.
21/303: Al-Masih dan sekelompok pengikutnya sedang berada di [dekat] sungai yang deras dan sebuah bangkai ular ketika seekor burung berwarna-warni yang mengkilap laksana emas terbang ke arah mereka dan turun di dekat mereka. Ketika burung itu mengibaskan badannya, dia merontokkan bulu-bulunya dan memperlihatkan pemandangan yang paling jelek: botak berwarna merah. Sang burung lantas pergi ke sebuah telaga, berkubang di lumpur, dan muncul kembali dalam keadaan hitam dan jelek. Kemudian dia melihat air yang mengalir, mandi di sana, kembali ke bulu-bulunya yang lepas, mengambilnya kembali, dan kembali ke keelokkannya. Begitulah yang dilakukan orang yang berdosa, manakala dia menolak keimanan dan menjatuhkan diri dalam dosa; dan taubat mirip dengan mandi membersihkan kotoran di air tenang yang mengalir. Orang yang berdosa kembali ke keimanannya, apabila dia mengambil kembali kulit dan bulu-bulu yang telah dilepaskan. Dan ini adalah perumpamaan.

Keterangan:

Kisah di atas –tidak lengkap– diriwayatkan oleh pakar hadits ‘Abdallah al-Mawarzi ibn al-Mubarak (… - 181 H) dalam “Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq”, 171. Kisah ini direkonstruksi kembali berdasarkan “Sirat al-Sayyid al-Masih”-nya (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H).
22/303: Isa senantiasa berkata: “Kecintaan pada surga dan ketakutan pada neraka menimbulkan kesabaran dalam keadaan yang sulit dan menjauhkan hamba [Allah] dari kepuasan pada dunia.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits ‘Abdallah al-Mawarzi ibn al-Mubarak (… - 181 H) dalam “Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq”, 175.

Rujukan silang atas ucapan ini:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4:180 [lebih luas];
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 125.
23/303: Kaum hawariyun mendatangi Isa dan berkata: “Ruhullah dan Kalamullah, perlihatkan pada kami nenek moyang kami Sem bin Nuh, mudah-mudahan Allah [dengan demikian] menguatkan keimanan kami.” Maka Isa pergi bersama-sama para hawariyun ke kuburan Sem dan berkata: “Jawablah dengan izin Allah ya Sem bin Nuh!” Sem bangkit dari kuburnya dengan izin Allah dan berdiri tegak laksana pohon palem yang tinggi. Isa berkata kepadanya: “Berapa lama kau hidup, ya Sem?” Dia menjawab: “Aku hidup empat ribu tahun lamanya. Pada umur dua ribu aku [diangkat menjadi] seorang nabi, dan kemudian aku masih hidup dua ribu tahun lagi.” Isa bertanya kepadanya: “Apa pendapatmu tentang dunia?” Sem menjawab: “Dunia itu seperti sebuah rumah dengan dua pintu. Aku memasukinya melalui satu pintu, dan keluar melalui pintu yang lain.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh “Kitab al-Tijam fi Muluk Himyar” karya (’Abd al-Malik) Ibn Hisyam (… - 218 H) yang juga mengarang “Sira al-Nabawiya”, biografi tertua Rasulullah saw.

Rujukan silang atas kisah ini:

  • (Muhammad bin ‘Umar) Al-Waqidi (… - 207 H), Al-Maghazi, 1:121;
  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 2:110-111.
24/303: Melalui lidah Isa: “Terkutuklah sebuah negeri yang penguasanya anak-anak kecil.”

Keterangan:

Kalimat di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Muhammad) Ibn Sa’d (… - 230 H), Al-Tabaqat al-Kubra, 6:29.

Catatan:

Tarif Khalidi sendiri melontarkan kemungkinan munculnya kalimat di atas dalam hubungannya dengan naiknya Mu’awiya II (cucu Mu’awiya) menjadi khalifah, yang ketika itu masih sangat muda dan sakit-sakitan. Mu’awiya II sendiri tak lama kemudian meninggal dunia. Kemungkinan lain adalah pengaitannya dengan Ecclesiastes 10:16 yang menyebut “Unhappy is the land whose king is a boy,”.
25/303: Allah berfirman kepada Isa: “Ya Isa, peringatkanlah dirimu sendiri. Bila dirimu telah diperingatkan, peringatkanlah orang lain. Tetaplah bersahaja di hadapanku.”

Keterangan:

Hadits qudsi ini diriwayatkan oleh Imam Hanbali dalam Kitab al-Zuhd, 300.

Referensi silang atas hadits qudsi ini:

  • (Abu al-Qasim) Al-Qusyairi (… - 465 H), Al-Risala al-Qusyairiyya fil ‘Ilm al-Tasawwuf;
  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 1:68; dan Ayyuha al-Walad.
26/303: Isa berdiri bersama murid-muridnya –atau menurut dia: orang-orang yang mengikutinya– di dekat sebuah kuburan, yang di dalamnya satu jenazah sudah terkubur. Mereka [murid-murid Isa] bercakap-cakap tentang kegelapan, kesendirian, dan kesempitan kubur. Isa berkata: “Kalian pernah berada di tempat yang lebih sempit daripada ini: di rahim ibu kalian. Apabila Allah berkehendak memperluas [rahmatNya], Ia melakukannya.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 301.

Referensi silang atas kisah ini:

  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 250.
27/303: Al-Masih berkata: “Seringlah berdzikir pada Allah Yang Maha Pengasih, Maha Terpuji, dan Maha Agung, serta patuhilah Dia. Bila kalia berdoa cukuplah bila kalian mengatakan –dan Allah benar-benar akan puas dengan kalian: ‘Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku, ubahlah tingkah lakuku, dan jauhkanlah aku dari hal-hal yang buruk ya Allah.’”

Keterangan:

Doa Isa di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 302.
28/303: Isa berkata: “Berbahagialah orang yang beriman, dan sekali lagi berbahagialah, karena Allah mengawasi keturunannya setelah dia meninggal.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 304.

Referensi silang atas ucapan ini:

  • (Muhammad Murtadha bin Muhammad al-Husaini) Al-Zabidi (… - 1205 H), Ihtaf al-Sada al-Muttaqin bi Syarh Asrar Ihya’ ‘Ulum al-Din, 8:440.
29/303: Isa senantiasa berkata: “Jika salah seorang dari kalian memberi sedekah dengan tangan kanan, sembunyikanlah ia dari tangan kiri. Kalau dia berdoa, tutupkanlah tirai pintunya, karena Allah mengasihinya sebagaimana dia memberikannya rezeki.

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 307.
Catatan: lihat pula ucapan nr. 4.
30/303: Orang bertanya kepada Isa: “Nabiyullah, mengapa engkau tidak mengambil keledai yang bisa kau tunggangi bila dibutuhkan?” Isa menjawab: “Aku dalam pandangan Allah terlalu tulus, sehingga dia tidak memberikanku sesuatu yang bisa mengalihkan perhatianku dariNya.

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 313.

Referensi silang atas percakapan ini:

  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 2:69;
  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4:320;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 114, 115;
  • (Abu al-Faraj ‘Abd ar-Rahman bin ‘Ali) Ibn al-Jauzi (… - 597 H), Damm al-Hawa;
  • (Kamal al-Din Muhammad bin Musa) Al-Damiri (… - 808 H), Hayat al-Hayawan al-Kubra, 1:229.
31/303: Isa berkata kepada kaum hawariyun: “Sesungguhnya, aku katakan kepada kalian, kalian tidak mengejar dunia kini maupun dunia nanti.” Mereka berkata: “Nabiyullah, terangkanlah itu kepada kami, karena kami selama ini yakin bahwa kami menginginkan salah satu dari dunia itu.” Isa berkata: “Seandainya kalian mengejar dunia kini, maka kalian patuh pada Allah Tuhan semesta alam yang memiliki kunci dari semua kekayaannya. Seandainya kalian mengejar dunia nanti, maka kalian patuh pada Allah Penguasa dan Pemiliknya, dan Dia akan memberikannya kepada kalian. Tetapi kalian tidak menginginkan salah satu dari dunia ini.”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 310.
32/303: Isa berkata [kepada kaum Hawariyun?]: “Mengapa aku tidak melihat ibadah paling utama pada kalian?” Mereka bertanya: “Apakah ibadah yang paling utama itu, ya Ruhullah?” Isa menjawab: “Berendah diri di hadapan Allah.”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 312.
33/303: Isa berkata: “Kumpulkanlah kekayaan [untuk] di surga, karena hati manusia berada di tempat dimana kekayaannya berada.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 313.

Rujukan silang atas ucapan ini:

  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 2:25;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 218;
  • (Abu ‘Abdallah Muhyi al-Din Muhammad bin ‘Ali) Ibn ‘Arabi (… - 638 H), Al-Futuhat al-Makiyya, 2:812.
34/303: [Seorang biarawan Nasrani bercerita] Setan berkata kepada Isa, ketika dia membawanya ke Yerusalem: “Kau menyatakan bahwa kau bisa menghidupkan orang mati. Kalau kau memang bisa, mintalah kepada Allah untuk mengubah gunung ini menjadi roti.” Isa berkata: “Apakah manusia hidup dari roti [saja]?” Setan berkata: “Kalau kau memang benar seseorang yang engkau katakan, jatuhkan dirimu dari tempat ini, karena para malaikat akan menyelamatkanmu.” Isa berkata: “Allah tidak menyuruhku untuk menjalankan ujian ini, karena aku tidak tahu apakah Dia akan menolongku atau tidak.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 314.

Rujukan silang atas kisah ini:

  • (Abu al-Faraj ‘Abd ar-Rahman bin ‘Ali) Ibn al-Jauzi (… - 597 H), Al-Adkiya [variasi].

Catatan:

Bandingkan pula kisah “Yesus dicoba di padang gurun” menurut Matius 4:1-11, Lukas 4:1-13.
35/303: Kaum Hawariyun tidak bisa menemukan nabi mereka, karena itu mereka mencarinya, dan menemukannya sedang berjalan di atas air. Seorang dari mereka berkata: “Nabiyullah, haruskah kami menghampirimu?” “Ya,” jawabnya. Ketika orang itu melangkahkan satu kakinya ke depan, dan kemudian satu kakinya lagi, dia tercebur. Isa berkata: “Ulurkanlah tanganmu hai orang yang beriman sedikit. Seandainya Bani Adam mempunyai sebulir saja keyakinan, dia pasti bisa berjalan di atas air.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 315.

Rujukan silang atas kisah ini:

  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 1:22-23;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 94.

Catatan:

Bandingkan pula kisah “Yesus berjalan di atas air” menurut Matius 14:22-33.
36/303: Isa senantiasa berkata: “Kasih terhadap sesama bukanlah berbuat baik kepada yang berbuat baik kepadamu, karena ini artinya membalas kebaikan dengan kebaikan. Kasih terhadap sesama berarti bahwa kamu harus berbuat baik kepada orang yang menjahatimu.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 317.

Rujukan silang atas ucapan ini:

  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 166.

Catatan:

Bandingkan pula Matius 5:43-48, Lukas 6:32-35.
37/303: Allah mewahyukan kepada Isa: “Ya Isa, Aku berikan kepadamu kecintaan dan kasih sayang atas kaum miskin. Kamu mencintai mereka, dan mereka mencintaimu, dan mereka menjadikanmu imam, kamu menjadikan mereka sahabat dan pengikut. Inilah dua sifat khas [1]. Ketahuilah, barang siapa yang di akhirat nanti menghadapKu dengan dua sifat khas ini, dia berdiri di depanKu dengan amal yang paling suci dan yang paling Aku suka.”

Keterangan:

Hadits qudsi di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 320.

Catatan kaki:

[1] Maksudnya: cinta dan kasih sayang atas kaum miskin.
38/303: Setiap kali masalah hari kiamat disinggung, Isa senantiasa resah ketakutan seperti seorang wanita.

Keterangan:

Pernyataan ini diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 323.

Catatan:

Bandingkan juga kisah/ucapan nomer 6.
39/303: Isa bertemu dengan Yahya, dan berkata: “Nasehatilah aku!” Yahya berkata: “Hindarilah perasaan marah.” Isa menjawab: “Itu aku tidak bisa.” Yahya meneruskan: “Jangan memiliki kekayaan.” Isa menjawab: “Itu bisa [kulakukan].”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 322.

Referensi silang atas percakapan ini:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:161 [dengan sedikit variasi].
40/303: Isa pergi menyendiri dan berseru kepada Allah dengan tunduk: “Inilah aku hambaMu, anak Maryam, anak dari hambaMu.” Kemudian lewatlah 70 nabi yang mengendarai unta sambil mengenakan rompi dari serabut, sebelum mereka shalat di mesjid Khaif.

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 324.
Catatan: Mesjid Khaif terletak di Mina.
41/303: Isa berkata: “Ya kaum hawariyyun, siapakah di antara kalian yang bisa membangun rumah di atas gelombang lautan?” Mereka berkata: “Ruhullah, siapa yang bisa melakukan ini?” Dia berkata: “Berhati-hatilah pada dunia, dan jangan jadikan dia rumahmu.”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 325.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 2:156;
  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:201.
42/303: Isa senantiasa berkata: “Sesungguhnya memakan roti tawar, meminum air putih, dan tidur bersama anjing di atas tumpukan sampah, benar-benar sudah cukup bagi orang yang ingin mewarisi surga.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 326.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu Muhammad ‘Abdallah bin Muslim) Ibn Qutaiba (… - 271 H), Kitab ‘Uyun al-Akhbar, 2:363;
  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 2:75;
  • Ikhwan al-Safa’ (… - &~~SPECIAL_REMOVE!#~~gt;300 H), Rasa’il Ikhwan al-Safa’ wa Khillan al-Wafa’, 3:34;
  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4:180.

Catatan:

Menurut Tarif Khalidi ini adalah ucapan Isa yang paling populer di kalangan kaum terpelajar Muslim saat ini.
43/303: Isa berkata: “Buat kalian tidak ada gunanya mendapat ilmu yang belum kalian ketahui, selama kalian tidak beramal dengan ilmu yang telah kalian ketahui. Terlalu banyak ilmu hanya menumbuhkan kesombongan kalau kalian tidak beramal sesuai dengannya.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 327.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 1:69-70.
44/303: Isa berkata: “Waktu berputar di sekitar tiga hari:
  • hari kemarin yang telah lewat, yang di dalamnya kamu diberi peringatan,
  • hari ini yang mencukupi kebutuhanmu,
  • dan hari esok yang kamu tidak tahu apa yang menantimu di sana. Semua persoalan berputar di sekitar tiga hal:
  • sesuatu yang kebenarannya telah ditunjukkan kepadamu, dan kamu harus berorientasi kepadanya,
  • sesuatu yang kebatilannya telah diperlihatkan dengan jelas kepadamu, dan kamu harus menjauhinya,
  • dan sesuatu yang tampak meragukan bagimu, dan ini kamu harus serahkan kepada Allah.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 328.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu ‘Utsman ‘Amr bin Barr) Al-Jahiz (… - 255 H), Al-Bayan wa al-Tabyin, 2:35;
  • (Abu al-Hasan ‘Ali bin Muhammad al-Basri) Al-Mawardi (… - 450 H), Adab al-Dunya wa al-Din;
  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4:389;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 171.

Catatan:

Untuk kalimat kedua bandingkan juga misalnya QS Ali ‘Imran 7.
45/303: Isa berkata: “Hiburlah aku, karena hatiku lunak, dan aku memandang diriku rendah.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 329.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 60.
46/303: Al-Masih berkata: “Barangsiapa memperoleh ilmu, kemudian beramal sesuai dengannya, dan mengajarkannya, akan diperagung di kerajaan surga.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 330.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu ‘Umar Yusuf) Ibn ‘Abd al-Barr al-Qurthubi (… - 463 H), Jami’ Bayan al-’Ilm wa Fadlihi, 1:124;
  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 1:17;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 221;
  • (Baha’ al-Din Muhammad bin Ahmad) Al-Absyihi (… - 892 H), Al-Mustatraf fi kulli Fannin Mustazraf, 1:19
47/303: Orang bertanya kepada Isa: “Mengapa engkau bisa berjalan di atas air?” Isa menjawab: “Karena keteguhan iman.” Mereka melanjutkan: “Kami juga mempunyai iman yang teguh.” Isa bertanya: “Apakah bagi kalian batu, lumpur, dan emas sama?” “Tidak,” jawab mereka. Isa berkata: “Di mataku semua itu sama.”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 331.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Muhammad bin ‘Ali) Abu Thalib al-Makki (… - 386 H), Qut al-Qulub fi Mu’alamat al-Mahbub, 1:263 [variasi yang lebih panjang];
  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 1:37;
  • (Abu al-Qasim) Al-Qusyairi (… - 465 H), Al-Risala al-Qusyairiyya fil ‘Ilm al-Tasawwuf [sebagian; disebutkan sebagai ucapan Nabi saw.].
48/303: Seorang laki-laki datang ke Isa dan berkata: “Guru Kebaikan, ajarilah aku sesuatu yang kau tahu dan aku tidak tahu, yang berguna bagiku dan tidak mencelakakanmu.” Isa bertanya: “Apa itu [yang engkau ingin tahu]?” Orang itu berkata: “Bagaimana seorang hamba bisa benar-benar bertakwa?” Isa menjawab: “Persoalannya mudah. Engkau harus benar-benar mencintai Allah dengan segenap hatimu, dan menempatkan hidupmu dengan segenap kekuatanmu di dalam penghambaan padaNya, dan kamu harus mengasihi manusia sepertimu, sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri.” Orang itu bertanya: “Guru Kebaikan, siapakah manusia sepertiku?” “Semua Bani Adam. Dan apa yang kau tidak inginkan dilakukan padamu, jangan lakukan pada orang lain. Dengan seperti ini kau akan benar-benar bertakwa.”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 332.

Catatan:

Bandingkan juga Matius 22:34-40, kemudian Matius 7:12 dan Lukas 6:31.
49/303: Isa senantiasa menyiapkan makanan untuk para pengikutnya, kemudian memanggil mereka untuk makan, menunggu mereka di meja, dan berkata: “Itulah apa yang harus kalian lakukan pada kaum miskin.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 333.
50/303: Apabila Isa mengirimkan para utusannya untuk menghidupkan kembali orang mati, dia senantiasa berkata: “Ucapkanlah ini dan ini, dan bila kalian merasakan adanya gemetar atau linangan air mata, mulailah berdoa.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 334.
51/303: Isa berkata kepada kaum hawariyyun: “Sesungguhnya, kukatakan kepada kalian,” –dan dia sering berkata “Sesungguhnya, kukatakan kepada kalian,”– “di antara kalian yang paling mengeluh bila terjadi kemalangan adalah yang paling sering menghadapkan diri kepada dunia.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 338.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Ahmad bin ‘Abdallah) Abu Nu’aim al-Isbahani (… - 430 H), Hilyat al-Auliya’ wa Tabaqat al-Asfiya, 4:67.
52/303: Kaum hawariyyun berkata: “Ya Isa, siapakah ‘para wali Allah, yang tidak akan mengenal rasa khawatir dan sedih hati’[1]?” Isa menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang menatap hati dunia ini, sementara manusia lain melihat permukaannya [saja]; [mereka adalah] orang-orang yang menyongsong datangnya akhir dunia ini, sementara manusia lain [hanya] melihat saat sekarang yang akan menghilang.
Mereka membunuh dari dunia apa-apa yang yang mereka takutkan bisa membunuh mereka, dan meninggalkan apa-apa yang mereka yakini akan meninggalkan mereka. Karenanya mereka mengenyampingkan apa-apa yang dulunya mereka percayai penting bagi kehidupan duniawi. Jika mereka menyinggungnya, mereka lakukan ini hanya sambil lalu saja, dan kegembiraan mereka dari yang mereka dapatkan dari itu, adalah kesedihan.
Mereka menolak semua kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dunia, dan menolak semua kemungkinan kemasyhuran duniawi tanpa sebab-sebab yang adil.
Di mata mereka dunia ini tua dan keropos, dan mereka tidak memperbaruinya. Dunia ini di sekeliling mereka sudah runtuh, dan mereka tidak membangunnya kembali. Dunia ini sudah mati di hati mereka, dan mereka tidak membiarkannya bangkit kembali.
Mereka merusak dunia untuk bersamanya membangun kembali kehidupan mereka setelah mati. Mereka menjual dunia untuk menukarkannya dengan yang kekal. Mereka menolak dunia dan karenanya menjadi kaum sesungguhnya yang beruntung di atas dunia.
Mereka melihat kerabat mereka yang sudah mati dan rusak tenggelam ke dalam bumi, dan memperbarui pikiran akan kematian serta mematikan pikiran akan kehidupan.
Mereka mencintai Allah dan selalu mengingatNya,
mereka mencari nur-Nya dan bercahaya melalui nur-Nya.
Keajaiban dikabarkan keluar dari mereka,
dan mereka mengabarkan hal-hal yang ajaib.
Kitabullah diperkenalkan melalui mereka, dan mereka beramal sesuai dengan kitab ini. Mereka memuji kitabullah sebagaimana kitabullah memuji mereka. Ilmu kitabullah disebarkan melalui mereka, sebagaimana halnya mereka memperoleh ilmu melalui kitabullah.
Mereka tidak mengharapkan pahala yang lebih besar daripada yang mereka bisa dapatkan; mereka tidak mengharapkan keselamatan selain dari yang mereka nantikan; mereka tidak mengharapkan ketakutan selain dari yang mereka hindarkan.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 339.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu ‘Utsman ‘Amr bin Barr) Al-Jahiz (… - 255 H), Al-Bayan wa al-Tabyin, 3:140;
  • (Ahmad bin Muhammad al-Qurthubi) Ibn ‘Abd Rabbihi (… - 328 H), Al-’Iqd al-Farid, 3:144;
  • (Ahmad bin ‘Abdallah) Abu Nu’aim al-Isbahani (… - 430 H), Hilyat al-Auliya’ wa Tabaqat al-Asfiya, 1:10;
  • (Abu al-Hasan ‘Ali bin Muhammad al-Basri) Al-Mawardi (… - 450 H), Adab al-Dunya wa al-Din;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 245.

Catatan kaki:

[1] Lihat QS Yunus 62.
53/303: Yahya dan Isa bertemu; Yahya berkata: “Mintakanlah ampunan untukku dari Allah, karena kamu lebih baik daripada aku.” Isa menjawab: “Kamu lebih baik daripada aku. Aku mengabarkan keselamatan atasku [1], Allah mengabarkan keselamatan atasmu [2].” Allah mengakui pengabdian keduanya.

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 392.

Catatan kaki:

[1] Lihat QS Maryam 15.
[1] Lihat QS Maryam 33.
54/303: Seorang lelaki yang telah berzina dibawa kepada Isa, yang kemudian memerintahkan perajamannya. Isa berkata: “Tetapi yang pernah melakukan perbuatan yang sama jangan melemparkan batu kepadanya!” Maka semuanya menjatuhkan kembali batu-batunya, kecuali Yahya bin Zakaria.

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 394.

Catatan:

Bandingkan juga kisah “Wanita penzina” di Yohanes 8:2-11. Menarik untuk dicatat bahwa di kisah di atas
  • penzinanya adalah seorang lelaki, bukan wanita,
  • Isa memerintahkan perajamannya,
  • Yahya berada di sana, dan tidak termasuk yang menjatuhkan kembali batu,
  • akhir kisahnya tampak terbuka.
55/303: Isa berkata: “Allah mencintai terutama orang asing [gharib].” Orang bertanya: “Siapakah orang asing itu?” Isa menjawab: “Mereka yang demi keimanan melepaskan dunia ini. Mereka akan dipilih bersama-sama Isa di hari akhir nanti.”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 402.

Rujukan silang atas percakapan ini [yang menyebutkan ini sebagai ucapanMuhammad saw. alih-alih Isa]:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:271;
  • (Syihab al-Din ‘Umar) Al-Suhrawardi (… - 632 H), Awarif al-Ma’arif, 1:265.
56/303: Isa berkata: “Hai hamba dunia ini, daripada membagi-bagikan sedekah lebih baik kalian bersikap baik pada orang-orang yang kalian perlakukan tidak adil!”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 466.
57/303: Isa berkata: “Biarkanlah manusia hidup dalam perdamaian. Urusilah para manusia, dan jangan mengurusi diri sendiri. Jangan berusaha mendapatkan pujian atau celaan mereka. Amalkanlah apa yang telah diperintahkan untuk diamalkan.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 467.

Rujukan silang atas ucapan ini:

  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Kitab al-Samt wa Adab al-Lisan, 743.
58/303: Allah berfirman kepada Isa: “Jadikanlah Aku satu-satunya urusanmu. Jadikan Aku bekal harta untuk kehidupanmu sesudah mati. Percayalah padaKu, maka Aku akan mencukupimu. Jangan jadikan sembahan-sembahan selain Aku, atau Aku akan meninggalkanmu.”

Keterangan:

Hadits qudsi di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 468.
59/303: Isa berangkat pergi mengunjungi salah satu saudara laik-lakinya. Dia bertemu dengan seorang laki-laki yang berkata: “Saudaramu sudah meninggal.” Maka Isa berbalik lagi.
Ketika anak-anak perempuan saudaranya itu mendengar bahwa Isa berbalik lagi, pergilah mereka menuju Isa dan berkata: “Nabiyullah, berbaliknya engkau sungguh lebih sulit diterima daripada wafatnya ayah kami.” Isa berkata: “Pergilah tunjuki aku kuburannya.”
Maka mereka pergi memperlihatkan kuburan ayah mereka kepada Isa. Isa berteriak dengan suara keras ke arahnya, dan si almarhum muncul; rambutnya sudah memutih. Isa bertanya: “Apakah kamu si Fulan?” “Ya,” jawab orang itu. “Apakah itu yang kulihat telah menimpa dirimu?” “Aku mendengar suaramu, dan menyangka itu adalah ’saiha’[1],” jawab laki-laki itu.
Isteri dari laki-laki itu terus memperhatikan dan mendengar apa yang telah dilakukan Isa. Wanita itu berkata: “Mulialah badan yang telah mengandungmu, dan dada yang telah memberimu makanan [menyusui].” Isa berkata: “Mulialah orang yang telah diajari Allah dengan Lauhul-Mahfuz, dan meninggal tanpa kesombongan.” [2]

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 470.

Rujukan silang atas kisah di atas:

  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 3:53 [di sini yang keluar dari kubur adalah Sem bin Nuh];
  • (Abu al-Laits Nashr bin Muhammad) Al-Samarqandi (… - 373 H), Tanbih al-Ghafilin [dengan sedikit variasi];
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 80, 160, 161;
  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:328 [sebagian].

Catatan kaki:

[1] Teriakan di hari kiamat.
[2] Bandingkan juga Lukas 11:27-28.
60/303: Isa berkata: “Aku telah membalikkan dunia dan duduk di atas punggungnya. Aku tidak punya anak yang bisa mati, [dan aku tidak punya] rumah yang bisa runtuh.” Mereka berkata kepadanya: “Tidak maukah engkau memiliki sebuah rumah untukmu sendiri?” Isa menjawab: “Bangunlah sebuah rumah untukku di atas aliran air yang deras.” Mereka berkata: “Rumah seperti itu tidak akan bertahan lama.” Mereka juga bertanya kepada Isa: “Tidak maukah engkau menikahi seorang perempuan?” Isa menjawab: “Apa yang harus kulakukan dengan seorang wanita yang bisa mati?”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 471.

Rujukan silang atas pecakapan di atas:

  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 2:26-27;
  • (Ahmad bin Muhammad al-Qurthubi) Ibn ‘Abd Rabbihi (… - 328 H), Al-’Iqd al-Farid, 3:173 [sebagian];
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 136 [variasinya].
61/303: Isa berkata: “Dosa terbesar adalah kecintaan pada dunia. Wanita adalah tali-tali setan. Khamr adalah kunci ke semua keburukan.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 472.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 2:170 [di sini perkataan tsb. diucapkan oleh Malik ibn Dinar, seorang zuhd dari Basra yang wafat sekitar 130 H].
62/303: Isa senantiasa berkata: “Kecintaan pada dunia adalah akar dari semua dosa. Kekayaan duniawi adalah penyakit parah.” Mereka bertanya: “Bagaimana rupa dari penyakit ini?” Isa berkata: “Orang yang terjangkitnya tidak terhindar dari kesombongan dan keangkuhan.” Mereka bertanya: “Bagaimana seandainya orang itu bisa menghindarinya?” Isa menjawab: “Menumpuk kekayaan menjauhkan manusia dari Allah.”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 473.

Rujukan silang atas pecakapan di atas:

  • (Abu ‘Utsman ‘Amr bin Barr) Al-Jahiz (… - 255 H), Al-Bayan wa al-Tabyin, 3:191;
  • (Muhammad bin ‘Ali) Abu Thalib al-Makki (… - 386 H), Qut al-Qulub fi Mu’alamat al-Mahbub, 1:263;
  • (Abu al-Qasim al-Husain bin Muhammad) Al-Raghib al-Isfahani (… - &~~SPECIAL_REMOVE!#~~gt;400 H), Muhadarat al-Udaba’, 1:512;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 146.
63/303: Isa berkata: “Sesungguhnya, kukatakan kepada kalian: di surga tidak ada orang kaya. Lebih mudah bagi seekor unta untuk memasuki lubang jarum daripada seorang kaya memasuki surga.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 474.

Catatan:

  • Lihat juga Matius 19:24.
  • Perumpamaan “unta memasuki lubang jarum” dipakai juga oleh QS Al-A’raf dalam konteks tidak mungkinnya para pendusta ayat-ayat Allah memasuki surga.
64/303: Isa berkata kepada kaum hawariyyun: “Ya hawariyyun, jangan melemparkan mutiara kepada babi, karena babi tidak tahu penggunaannya. Jangan memberikan hikmah kepada seseorang yang tidak menginginkannya, karena hikmah itu lebih berharga daripada mutiara, dan orang yang tidak menginginkannya lebih buruk daripada babi.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 477.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 1:63.

Catatan:

Bandingkan juga Matius 7:6
65/303: Al-Masih berkata: “Kalau kalian ingin berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menjadi cahaya Bani Adam, maka maafkanlah mereka yang menjahili kalian, tengoklah orang sakit yang tidak [pernah] menengok kalian, bersikap ramahlah pada orang yang tidak ramah pada kalian, dan pinjamkanlah [uang] kepada mereka yang tidak mengembalikan apa-apa kepada kalian.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 480.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Ahmad bin ‘Abdallah) Abu Nu’aim al-Isbahani (… - 430 H), Hilyat al-Auliya’ wa Tabaqat al-Asfiya, 5:238-239.
66/303: Isa berjalan bersama seorang muridnya di Celah Afiq [1]. Seorang laki-laki memotong jalan dan menghalangi mereka meneruskan perjalanan dengan berkata: “Aku tidak akan membiarkan kalian pergi sebelum memukul kalian satu per satu.” Mereka berusaha membuat dia mengurungkan maksudnya, tapi dia bersikeras. Isa berkata: “Ini pipiku, pukullah!” Orang itu menampar pipi Isa dan [kemudian] mengizinkan dia pergi. Orang itu kemudian berkata kepada murid Isa: “Aku tidak akan membiarkan kau pergi sebelum aku memukulmu.” Murid Isa menolak. Ketika Isa melihat ini dia menawarkan pipinya yang lain. Orang itu memukul pipi Isa yang satunya lagi dan [kemudian] mengizinkan mereka berdua pergi. Isa kemudian berkata: “Ya Allah, kalau ini kau ridhai, maka cukuplah ridhaMu bagiku. Kalau ini tidak kau ridhai, maka azabMu yang pantas [adalah balasannya].”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 481.

Catatan kaki:

[1] Celah Afiq adalah sebuah celah yang menuju Ghaur di lembah Yordan. Ada yang menyebutkan Afiq sebagai tempat di mana Isa akan membunuh Dajjal menjelang kiamat.
67/303: Isa berkata kepada kaum hawariyyun: “Aku ingin agar kalian makan roti sederhana, dan mengungsi dari dunia ini dengan aman dan dalam damai. Sesungguhnya kukatakan kepada kalian: manisnya dunia ini adalah pahitnya dunia nanti, dan pahitnya dunia ini adalah manisnya dunia nanti. Orang-orang yang benar-benar menyembah Allah bukanlah mereka yang hidup enak. Sesungguhnya kukatakan kepada kalian: orang terburuk di antara kalian adalah ulama yang mencintai dunia ini dan mendahulukannya daripada perilau yang adil. Seandainya dia bisa, dia ingin membuat semua manusia berbuat sebagaimana dia bertingkah laku.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 482.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 2:153;
  • (Muhammad bin ‘Ali) Abu Thalib al-Makki (… - 386 H), Qut al-Qulub fi Mu’alamat al-Mahbub, 1:256 [sebagian];
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 184.
68/303: Isa biasa berkata: “Aku berkhotbah kepadamu agar kamu belajar. Aku tidak berkhotbah kepadamu agar kamu bangga diri.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 483.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu ‘Umar Yusuf) Ibn ‘Abd al-Barr al-Qurthubi (… - 463 H), Mukhtasar Jami’ Bayan al-’Ilm wa Fadlihi [lebih panjang]
69/303: Al-Masih berkata: “Bukan sebagaimana yang kuinginkan, melainkan sebagaimana yang kau inginkan. Bukan sebagaimana yang kuharapkan, melainkan sebagaimana yang kau harapkan.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 484.

Catatan:

Ucapan yang mirip terdapat juga di Matius 26:39 dalam doa Yesus pada Tuhan.
70/303: Tidak ada sebutan untuk Isa yang lebih disukainya selain “si orang miskin itu”.

Keterangan:

Hal di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 485.

Rujukan silang atas hal di atas:

  • (Muhammad bin ‘Ali) Abu Thalib al-Makki (… - 386 H), Qut al-Qulub fi Mu’alamat al-Mahbub, 1:263;
  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4:191-192 [versi lebih panjang].
71/303: Kaum hawariyyun berkata: “Masihullah, lihatlah baitullah ini, betapa indahnya!” Isa menjawab: “Amin, amin. Sesungguhnya, kukatakan kepada kalian, Allah tidak akan membiarkan satu batu dari mesjid ini berada di atas batu yang lainnya, semuanya akan diluluhlantakkan karena dosa-dosa manusia. Allah tidak memerlukan emas, perak, atau batu-batu ini. Daripada semua benda ini Allah lebih menyukai manusia-manusia yang suci hatinya. Bersama mereka Allah membangun dunia ini, atau Allah mengancurkannya jika hati-hati ini tidak suci.”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 486.

Rujukan silang atas percakapan di atas:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:396.
72/303: Isa berkata: “Setan [selalu] mendampingi dunia. Kebohongannya mendampingi kekayaan. Kemampuannya menggoda mendampingi kemurungan. Kekuatan terbesarnya mendampingi hawa nafsu.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 487.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Ahmad bin ‘Abdallah) Abu Nu’aim al-Isbahani (… - 430 H), Hilyat al-Auliya’ wa Tabaqat al-Asfiya, 5:252;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 51.
73/303: Isa senantiasa berkata:”Ya murid-muridku, janganlah kalian mencari dunia dengan jalan merusak diri kalian sendiri; carilah keselamatan dengan jalan merelakan apa yang ada di dunia.Kalian datang ke dunia ini dengan telanjang, dan akan meninggalkannya dengan telanjang pula. Kalian tidak usah mencari rezeki yang [memang] akan diberikan oleh hari esok; berkecukupanlah dengan rezeki yang diberikan oleh setiap hari. Hari esok akan membawa masalahnya sendiri. Mintalah kepada Allah agar Dia memberikan kalian rezeki dari hari ke hari.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 488.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 2:68.

Catatan:

Bandingkan pula Ayub 1:21 tentang telanjangnya manusia, serta Matius 6:34 tentang problematika hari ini dan esok.
74/303: Isa senantiasa berkata: “Ya Rabbi, aku tidak bisa membebaskan diriku dari apa-apa yang aku benci, dan tidak bisa meraih apa yang aku inginkan. Ketentuan tentang ini tidak berada di tanganku, dan aku akan diminta pertanggungjawaban atas apa-apa yang telah aku kerjakan. Tidak ada orang yang lebih miskin daripada aku. Jangan Kau biarkan musuhku mendatangiku. Jangan Kau biarkan temanku menjauhiku. Jangan jadikan keimananku menjadi kehancuranku, dan jangan tempatkan di atasku seseorang yang tidak mempunyai rasa kasihan padaku.”

Keterangan:

Doa Isa di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 490.

Rujukan silang atas doa Isa di atas:

  • (Abu ‘Ali Ahmad bin Muhammad) Miskawaih (… - 421 H), Al-Hikma al-Khalida;
  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 1:324;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 103.
75/303: Bangsa Israel mencela Isa karena kemiskinannya. Isa berkata kepada mereka: “Manusia-manusia yang patut dikasihani, kalian telah disesatkan oleh orang-orang kaya. Apakah kalian penah melihat seseorang yang mencari kemiskinan menentang Allah?”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Wara’, 228.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu ‘Utsman ‘Amr bin Barr) Al-Jahiz (… - 255 H), Al-Bayan wa al-Tabyin, 3:155.
76/303: Ketika Isa mengembara, langit terbuka, dan hujan turun dengan derasnya. Karenanya dia mencari perlindungan di sebuah gua. Di sana dia melihat [sudah] ada seorang gembala. Isa meninggalkan gua itu dan mencari perlindungan di sebuah semak belukar. Di sana Isa melihat [sudah] ada seekor singa yang sedang mendekam. Isa mengangkat kepalanya dan berkata: “Ya Rabbi, Engkau telah memberikan tempat berlindung untuk semua, hanya tidak untukku.” Allah berfirman kepada Isa: “Ya Isa, Akulah tempatmu berlindungmu, di bayang-bayang ‘arsy-Ku, dan di rumah rahmatKu. Aku akan menikahkanmu dengan seribu gadis elok, dan memberi makan seribu tahun kepada para manusia [tamu] di pesta pernikahanmu. Di hari kiamat akan ada seorang penyeru yang berteriak: ‘Datanglah dan hadirilah pernikahan waliyullah ini!’”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Wara’, 318.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 121;
  • (Daud bin ‘Umar al-Darir) Al-Antaki (… - 1008 H), Tazyin al-Aswaq bi-Tafsil Asywaq al-Usysyaq, 1:71;
  • (Muhammad Murtadha bin Muhammad al-Husaini) Al-Zabidi (… - 1205 H), Ihtaf al-Sada al-Muttaqin bi Syarh Asrar Ihya’ ‘Ulum al-Din, 8:87 [variasinya].
77/303: Di hari ketika Isa diangkat ke langit, dia tidak meninggalkan apa-apa selain sebuah baju dari bulu domba, sebuah pelontar batu, dan dua buah sendal.

Keterangan:

Hal di atas diriwayatkan oleh periwayat kisah-kisah zuhud (Hannad) Ibn al-Sariyy (… - 243 H), Kitab al-Zuhd, 553.

Rujukan silang atas hal di atas:

  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 122 [variasinya].
78/303: Isa makan tumbuh-tumbuhan, mengenakan pakaian dari bulu-bulu kasar, dan tidur di mana saja ketika malam tiba. Dia tidak punya anak –yang bisa meninggal, tidak punya rumah– yang bisa runtuh, dan dia tidak menyimpan makan siangnya untuk makan malam, atau menyimpan makan malamnya untuk makan siang. Dia senantiasa berkata: “Tiap hari membawa rezekinya sendiri.”

Keterangan:

Hal di atas diriwayatkan oleh periwayat kisah-kisah zuhud (Hannad) Ibn al-Sariyy (… - 243 H), Kitab al-Zuhd, 559.

Rujukan silang atas hal di atas:

  • (Abu Bakr Muhammad bin Ishaq) Al-Kalabadzi (… - 380 H), Al-Ta’arruf li Madzhab Ahl al-Tasawwuf;
  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4:220 [sebagian];
  • (Syihab al-Din ‘Umar) Al-Suhrawardi (… - 632 H), Awarif al-Ma’arif, 2:249;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 108.

Catatan:

Lihat juga “Jesus’ Sayings and Stories in Islamic Literature” nomer 60 dan 73.
79/303: Isa melihat sekelompok orang yang sedang menangis. Dia bertanya: “Mengapa orang-orang ini menangis?” Orang menjawabnya: “Mereka takut pada dosa-dosa mereka.” Isa berkata: “Lepaskanlah dosa-dosa kalian, maka kalian akan diampuni.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Utsman ‘Amr bin Barr) Al-Jahiz (… - 255 H), Al-Bayan wa al-Tabyin, 1:399 dan 3:167.

Rujukan silang atas kisah di atas:

  • (Ahmad bin Muhammad al-Qurthubi) Ibn ‘Abd Rabbihi (… - 328 H), Al-’Iqd al-Farid, 2:268; - (Abu ‘Ali Ahmad bin Muhammad) Miskawaih (… - 421 H), Al-Hikma al-Khalida.
80/303: Almasih berjalan melewati sekelompok Bani Israil yang mengejeknya. Setiap kali mereka mengeluarkan ucapan buruk, Almasih menjawabnya dengan ucapan baik. Syim’on al-Safi [1] berkata kepadanya: “Akankah kau selalu menjawab mereka dengan ucapan baik jika mereka mengeluarkan ucapan buruk?” Almasih berkata: “Setiap orang [hanya bisa] mengeluarkan apa yang dia miliki.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Utsman ‘Amr bin Barr) Al-Jahiz (… - 255 H), Al-Bayan wa al-Tabyin, 2:177.

Rujukan silang atas kisah di atas:

  • (Abu Muhammad ‘Abdallah bin Muslim) Ibn Qutaiba (… - 271 H), Kitab ‘Uyun al-Akhbar, 2:370;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 169.
81/303: Isa terlihat meninggalkan rumah seorang pelacur. [Orang bertanya:] “Ruhullah, apa yang kau lakukan di rumah perempuan ini?” “Yang sakitlah yang dikunjungi dokter,” jawab Isa.

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Utsman ‘Amr bin Barr) Al-Jahiz (… - 255 H), Al-Bayan wa al-Tabyin, 3:140.

Rujukan silang atas kisah di atas:

  • (Abu Muhammad ‘Abdallah bin Muslim) Ibn Qutaiba (… - 271 H), Kitab ‘Uyun al-Akhbar, 2:370.

Catatan:

Bandingkan juga Matius 9:12.
82/303: Isa berkata: “Dunia adalah hartanya setan, dan manusia adalah para pengolahnya.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Utsman ‘Amr bin Barr) Al-Jahiz (… - 255 H), Al-Bayan wa al-Tabyin, 3:140-141.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Ahmad bin Muhammad al-Qurthubi) Ibn ‘Abd Rabbihi (… - 328 H), Al-’Iqd al-Farid, 3:143.
83/303: Isa berkata: “Celakalah kalian budak dunia ini! Kelakuan kalian sangat bertentangan dengan kaidah kalian, tuntutan kalian [sangat bertentangan] dengan akal kalian. Ucapan kalian adalah ramuan yang mengobati penyakit, tetapi amal kalian adalah penyakit yang tak mungkin terobati. Kalian tidak seperti ranting pohon anggur yang mempunyai daun-daun halus, buah yang lezat, dan mudah didapat; kalian sebenarnya seperti pohon akasia yang mempunyai sedikit daun, banyak duri, dan susah untuk diraih. Celakalah kalian budak dunia ini! Kalian menyepelekan kebaikan, [dengan pertimbangan] kebaikan bisa dicapai oleh setiap orang yang menginginkannya; dan kalian mengagungkan dunia ini, [dengan pertimbangan] dunia tidak dapat diraih. Kalian bukan hamba yang shalih ataupun orang bebas yang terhormat. Celakalah kalian penerima balasan dosa! Kalian mengambil upah dan merusak pekerjaan. Kalian nanti akan menjumpai apa yang paling kalian takuti, karena pengawas kalian akan segera melihat pekerjaan yang kalian rusak dan upah yang telah kalian ambil. Celakalah kalian yang berutang pada kejahatan! Kalian telah mulai membagikan hadiah sebelum kalian melunasi utang kalian; kalian mengerjakan sesuatu yang mubazir dengan suka rela, tapi kalian tidak mengerjakan apa yang diperntahkan kepada kalian. Seorang yang meminjamkan tidak akan mengambil hadiah sebelum piutangnya dilunasi.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Utsman ‘Amr bin Barr) Al-Jahiz (… - 255 H), Al-Bayan wa al-Tabyin, 3:157.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Ahmad bin Muhammad al-Qurthubi) Ibn ‘Abd Rabbihi (… - 328 H), Al-’Iqd al-Farid, 3:173.
84/303: Isa berkata: “Kalian berusaha untuk dunia ini, yang di dalamnya kalian dilayani, tanpa kalian sesungguhnya harus berusaha untuknya; sementara kalian tidak berusaha untuk dunia nanti, yang di dalamnya kalian tidak dilayani, kecuali kalian berusaha untuknya.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Utsman ‘Amr bin Barr) Al-Jahiz (… - 255 H), Al-Bayan wa al-Tabyin, 3:166.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 2:165 [lebih panjang];
  • (Ahmad bin Muhammad al-Qurthubi) Ibn ‘Abd Rabbihi (… - 328 H), Al-’Iqd al-Farid, 3:143;
  • (Abu al-Hasan ‘Ali bin Muhammad al-Basri) Al-Mawardi (… - 450 H), Adab al-Dunya wa al-Din;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 237.
85/303: Al-Masih berkata: “Bagaimana tak berartinya dunia ini di sisi Allah terlihat jelas dari [kenyataan] bahwa hanya di dunia ini Allah tidak dipedulikan dan [bahwa] kasih sayangNya hanya bisa diraih oleh orang yang tidak mempedulikan dunia.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Utsman ‘Amr bin Barr) Al-Jahiz (… - 255 H), Al-Bayan wa al-Tabyin, 3:166.
86/303: Isa berkata kepada kaum hawariyun: “Manusia diciptakan di dunia ini dalah empat tahap. Di dalam tiga tahap manusia merasa tenang, dan di tahap keempat dia merasa gundah dan takut bahwa Allah akan meninggalkan dia. Di dalam tahap pertama manusia dilahirkan ke dalam tiga kegelapan: kegelapan badan, kegelapan rahim, dan kegelapan ari-ari. Allah mengurus dia di dalam kegelapan badan. Bila dia sudah terbebas dari kegelapan badan, dia bertemu dengan makanan yang dia tidak bisa hampiri dengan menggerakkan kaki atau dia raih dengan tangan. Makanan ini disediakan untuknya; dan dia dihadiahi ini hingga dia tumbuh. Bila dia sudah disapih daari air susu, dia mencapai tahap ketiga. Dia mendapat makanan dari orang tuanya yang memperolehnya dengan jalan halal atau haram. Jika orang tuanya meninggal maka orang-orang lain akan merasa kasihan padanya; seseorang memeberinya makan, orang lain memberinya minum, yang lainnya memberi dia tempat untuk tinggal, dan yang lainnya lagi memberi dia pakaian. Jika dia mencapai tahap keempat, bertenaga dan tegak, serta menjadi dewasa, maka takutlah dia bahwa tidak ada lagi yang mengurusi dia, dan [mulailah] dia menyerang manusia lain, mengkhianati amanat mereka, merampoknya, mengambil harta benda mereka, meski dia [sebenarnya] takut bahwa Allah Yang Mahakuasa bisa meninggalkannya.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Utsman ‘Amr bin Barr) Al-Jahiz (… - 255 H), Al-Mahasin wa al-Addad.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Ali bin Muhammad al-Baghdadi) Abu Hayyan al-Tauhidi (… - &~~SPECIAL_REMOVE!#~~gt;400 H), Al-Imta’ wa al-Mu’anasa, 2:127;
  • Al-Baihaqi, Al-Mahasin wal al-Mawasi’ [Traif Khalidi tidak memberi data lebih lanjut tentang kitab ini dan pengarangnya];
  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 1:57;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 193.
87/303: Allah berfirman kepada Isa: “Aku akan mengirimkan satu umat setelahmu, yang jika Aku murah hati pada mereka, mereka bersyukur dan bertahmid, dan jika Aku menahan diri, mereka sabar dan tawakal tanpa [harus] mempunyai hilm dan ‘ilm [1].” Isa bertanya: “Bagaimana mereka bisa seperti itu ya Allah, tanpa hilm dan ‘ilm?” Allah menjawab: “Aku memberikan mereka sebagian dari hilmKu dan ‘ilmKu.”

Keterangan:

Tarif Khalidi tidak memberikan keterangan dari pengarang Muslim mana dialog di atas dinukil. Dia hanya memberikan keterangan bahwa dialog ini terdapat di karya:
  • Miguel Asín y Palacios, “Logia e agrapha domini Jesu apud moslemicos scriptores, asceticos praesertim usitata”, 1919 M, nr. 224
  • Hanna Mansur, “Aqwal al-Sayyid al-Masih ‘ind al-kuttab al-muslimin al-aqdamin”, 1976 M, nr. 238.

Catatan:

[1] “hilm” = kemurahan hati; “‘lm” = ilmu; umat yang dimaksud tentu saja umat Islam.
88/303: Orang bertanya kepada Isa: “Apakah amalmu yang paling utama?” Isa menjawab: “Tidak mengurusi sesuatu yang tidak ada sangkut pautnya denganku.”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Utsman ‘Amr bin Barr) Al-Jahiz (… - 255 H), Kitab Kitman al-Sirr wa Hifz al-Lisan, 1:162.

Rujukan silang atas percakapan di atas:

  • (Ahmad bin ‘Abdallah) Abu Nu’aim al-Isbahani (… - 430 H), Hilyat al-Auliya’ wa Tabaqat al-Asfiya, 1:227.
89/303: Allah mewahyukan kepada Isa untuk mengirimkan pendakwah ke para raja di dunia. Dia mengirimkan para muridnya. Murid-muridnya yang dikirim ke wilayah yang dekat menyanggupinya, tetapi yang dikirim ke tempat yang jauh berkeberatan untuk pergi dan berkata: “Saya tidak bisa berbicara dalam bahasa dari penduduk yang engkau mengirimkan aku kepadanya.” Isa berkata: “Ya Allah, aku telah memerintahkan murid-muridku apa yang Kau perintahkan, tetapi mereka tidak menurut.” Allah berfirman kepada Isa: “Aku akan mengatasi masalahmu ini.” Maka Allah membuat para murid Isa bisa berbicara dalam bahasa tempat tujuan mereka diutus.

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh penulis sejarah tentang Mesir di awal masa Islam (Abd al-Rahman bin ‘Abdallah al-Mishri) Ibn ‘Abd al-Hakam (… - 257 H), Futuh Mishr wa Akhbaruha.

Komentar:

Menurut pendapat saya kisah di atas bagi umat Islam paling tidak problematis dalam 2 hal:
  • Pertama, pengiriman pendakwah ke”para raja di dunia” tampaknya bertentangan dengan pernyataan Al-Quran bahwa Nabi Isa as. diutus untuk Bani Israil.
  • Kedua terkesan bahwa Allah/Tuhan bereaksi atas sesuatu perintah yang dalam prakteknya memerlukan “support” lebih lanjut. Kisah seperti ini tidak sedikit ada di dalam Bibel, tetapi tampaknya tidak selaras dengan konsep “sunnatullah” Al-Quran.
90/303: Isa berkata kepada kaum hawariyyun: “Jika orang mengangkat kalian sebagai kepala, maka bersikaplah seperti ekor.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Muhammad ‘Abdallah bin Muslim) Ibn Qutaiba (… - 271 H), Kitab ‘Uyun al-Akhbar, 1:266.
91/303: Isa melihat seorang laki-laki dan bertanya kepadanya: “Apa yang kau lakukan?” “Aku menyerahkan diri [sepenuhnya] pada Allah,” jawab si laki-laki. Isa bertanya: “Siapa yang mengurusi [hidup-]mu?” “Saudara laki-lakiku,” jawab dia. Isa berkata: “Saudaramu itu lebih berserah diri pada Allah dibandingkan kamu.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Muhammad ‘Abdallah bin Muslim) Ibn Qutaiba (… - 271 H), Kitab ‘Uyun al-Akhbar, 1:327.

Rujukan silang atas kisah di atas:

  • (Ahmad bin Muhammad al-Qurthubi) Ibn ‘Abd Rabbihi (… - 328 H), Al-’Iqd al-Farid, 2:371;
  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 2:64;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 249.
92/303: Almasih berkata: “Hai para musafir di malam hari, sampai kapankah kalian akan memberi petunjuk jalan, sementara kalian sendiri berada di belakang orang yang tersesat? Sebuah ilmu yang sedikit saja sudah cukup [bagi kalian], tetapi amal kalianlah harus berlimpah.”

Keterangan:

Kritik atas kemunafikan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Muhammad ‘Abdallah bin Muslim) Ibn Qutaiba (… - 271 H), Kitab ‘Uyun al-Akhbar, 2:127.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 219.
93/303: Almasih berkata: “Allah paling membenci ulama yang suka memfitnah orang lain, yang senang mendapat tempat kehormatan di sebuah pertemuan, yang senang diundang ke perayaan dan menerima sekarung makanan. Sesungguhnya aku katakan kepada kalian, orang-orang seperti itu telah mendapat pahala mereka di dunia ini, dan Allah di hari kiamat nanti akan melipatgandakan siksaan mereka.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Muhammad ‘Abdallah bin Muslim) Ibn Qutaiba (… - 271 H), Kitab ‘Uyun al-Akhbar, 2:127.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu ‘Ali Ahmad bin Muhammad) Miskawaih (… - 421 H), Al-Hikma al-Khalida.

Catatan:

Terlepas dari sejauh mana keshahihan ucapan di atas, menarik untuk dicatat bahwa temanya masih aktual sampai sekarang. Lihat juga ucapan nomer 94 berikut ini.
94/303: “Di akhir zaman akan ada ulama-ulama: - yang menyeru orang lain untuk zuhud, tapi mereka sendiri tidak zuhud, - yang menyuruh orang lain untuk merindukan akhirat, tetapi mereka sendiri tidak menantikannya, - yang melarang orang untuk mendekati penguasa, tetapi mereka sendiri tidak bisa menahan diri untuk mendekati orang-orang kaya serta berpaling dari kaum miskin, - yang mejauhi rakyat biasa dan menjilati orang-orang berkuasa. Merekalah orang-orang yang zhalim dan musuh Allah Yang Maha Pengasih.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Muhammad ‘Abdallah bin Muslim) Ibn Qutaiba (… - 271 H), Kitab ‘Uyun al-Akhbar, 2:129-130.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Ahmad bin Muhammad al-Qurthubi) Ibn ‘Abd Rabbihi (… - 328 H), Al-’Iqd al-Farid, 2:227.

Catatan:

Ucapan yang temanya masih aktual sampai sekarang ini oleh Ibn Qutaiba disebutkan sebagai ucapan seorang dari penerus generasi salafi –Ibn Qutaiba meiwayakanya dengan “Qala ba’d al-salaf”, sementara menururt Ibn ‘Abd Rabbihi ini adalah ucapan Isa as. Wallahu ‘alam.
95/303: Isa berkata: “Barang siapa berbicara tanpa mengingat Allah, gagaplah dia sebenarnya. Barang siapa berpikir tanpa mengingatkan diri, tak waspadalah dia sebenarnya. Barang siapa diam tanpa berpikir, menghamburkan waktulah dia sebenarnya.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Muhammad ‘Abdallah bin Muslim) Ibn Qutaiba (… - 271 H), Kitab ‘Uyun al-Akhbar, 2:178.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu al-Laits Nashr bin Muhammad) Al-Samarqandi (… - 373 H), Tanbih al-Ghafilin [lebih panjang].
96/303: “Sesungguhnya aku katakan kepada kalian, orang yang mengucapkan hal-hal bijak, dan orang yang mendengarkannya, termasuk satu golongan; dan orang yang mempraktekkan kebijakan, jauh lebih tepat lagi disebut sebagai orang bijak. Sesungguhnya aku katakan kepada kalian, apabila kalian menemukan sebuah lampu minyak di malam hari, kalian akan menggunakan cahayanya, meskipun minyaknya bau. Dan karenanya kalian harus mengambil hal-hal bijak dari setiap orang yang memilikinya.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Muhammad ‘Abdallah bin Muslim) Ibn Qutaiba (… - 271 H), Kitab ‘Uyun al-Akhbar, 2:268.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu ‘Umar Yusuf) Ibn ‘Abd al-Barr al-Qurthubi (… - 463 H), Mukhtasar Jami’ Bayan al-’Ilm wa Fadlihi [sebagian].
97/303: Isa berkata kepada para pengikutnya: “Kalau kalian benar-benar saudara dan sahabatku, terbiasalah pada permusuhan dan kebencian manusia. Karena kalian hanya akan mendapatkan apa yang kalian cari, jika kalian merelakan apa yang kalian inginkan. Kalian hanya akan memiliki apa yang kalian cintai, jika kalian [bisa] menerima apa yang kalian benci.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Muhammad ‘Abdallah bin Muslim) Ibn Qutaiba (… - 271 H), Kitab ‘Uyun al-Akhbar, 2:268.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 2:104;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 207.
98/303: “Berbahagialah orang yang melihat dengan hati, tetapi hatinya tidak berada pada apa yang dia lihat.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Muhammad ‘Abdallah bin Muslim) Ibn Qutaiba (… - 271 H), Kitab ‘Uyun al-Akhbar, 2:268.
99/303: Almasih berkata: “Dunia itu seperti sebuah jembatan: berjalanlah di atasnya, tetapi jangan membangun apa-apa di atasnya.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Muhammad ‘Abdallah bin Muslim) Ibn Qutaiba (… - 271 H), Kitab ‘Uyun al-Akhbar, 2:328.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu al-’Abbas Muhammad bin Yazid) Al-Mubarrad (… - 285 H), Al-Kamil, 1:98;
  • (Ahmad bin Muhammad al-Qurthubi) Ibn ‘Abd Rabbihi (… - 328 H), Al-’Iqd al-Farid, 3:173 [dengan sedikit variasi];
  • (Muhammad bin ‘Ali) Abu Thalib al-Makki (… - 386 H), Qut al-Qulub fi Mu’alamat al-Mahbub, 1:256;
  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4:128;
  • (Muhammad Murtadha bin Muhammad al-Husaini) Al-Zabidi (… - 1205 H), Ithaf al-Sada al-Muttaqin bi Syarh Asrar Ihya’ ‘Ulum al-Din, 9:332 [versi lebih panjang].

Catatan:

  1. Ucapan ini termasuk yang paling terkenal di antara umat Islam; ucapan ini menghiasi sebuah portal di jazirah Hindia.
  2. Al-Mubarrad, yang hidup sezaman dengan Ibn Qutaiba, menyebutkan bahwa perkataan di atas diucapkan oleh Hasan al-Basri, bukan Isa.
100/303: Almasih berjalan melewati sekelompok orang yang mengeluarkan ejekan untuknya, dan ia menjawabnya dengan doa-doa kebaikan. Berikutnya ia pergi melewati sekelompok orang lain yang juga mengejeknya, dan ia menjawabnya seperti sebelumnya. Seorang dari murid-muridnya bertanya: “Bagaimana mungkin engkau makin mendoakan orang-orang yang makin mengejekmu? Ini seperti seolah-olah engkau menantang mereka?” Almasih menjawab: “Seorang manusia hanya bisa mengeluarkan apa yang ada di dalam dirinya.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Muhammad ‘Abdallah bin Muslim) Ibn Qutaiba (… - 271 H), Kitab ‘Uyun al-Akhbar, 2:370.

Rujukan silang atas kisah di atas:

  • (Ahmad bin Muhammad al-Qurthubi) Ibn ‘Abd Rabbihi (… - 328 H), Al-’Iqd al-Farid, 2:276;
  • (Muhammad bin al-Walid bin Abi Randaqa) Al-Turtusyi (… - 520 H), Siraj al-Muluk;
  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:175.

Catatan:

Lihat juga “Jesus’ Sayings and Stories in Islamic Literature” nomer 80.
101/303: Almasih berkata: “Beradalah di tengah-tengah, terarah dengan benar, tetapi tunjukan sikap yang moderat.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Muhammad ‘Abdallah bin Muslim) Ibn Qutaiba (… - 271 H), Kitab ‘Uyun al-Akhbar, 3:21.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu ‘Utsman ‘Amr bin Barr) Al-Jahiz (… - 255 H), Al-Bayan wa al-Tabyin, 1:256 [di sini diriwayatkan sebagai perkataan 'Ali bin Abi Thalib];
  • (Abu al-’Abbas Muhammad bin Yazid) Al-Mubarrad (… - 285 H), Al-Kamil, 1:210 [variasinya];
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 152.
102/303: Almasih berkata: “Kalian tidak berzina selama kalian menundukkan pandangan kalian.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Muhammad ‘Abdallah bin Muslim) Ibn Qutaiba (… - 271 H), Kitab ‘Uyun al-Akhbar, 4:84.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu al-Husain) Warram bin Abi Firas (… - 606 H), Majmu’at Warram: Tanbih al-Khawatir wa Nuzhat al-Nawazir, 1:62 [variasinya].

Catatan:

Bandingkan juga Matius 5:27-28.
103/303: Isa menghampiri seekor sapi yang sedang beranak dengan kesusahan. “Ya Kalamullah,” kata si sapi, “doakanlah agar Allah membebaskan aku [dari derita ini].” Isa berdoa: “Ya Pencipta ruh dari ruh. Engkau yang mengeluarkan ruh dari ruh, bebaskanlah sapi ini.” Sapi itu kemudian melahirkan anaknya.

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Muhammad ‘Abdallah bin Muslim) Ibn Qutaiba (… - 271 H), Kitab ‘Uyun al-Akhbar, 4:123.
104/303: Isa berkata: “Aku memikirkan penciptaan [alam semesta] dan berkesimpulan bahwa yang tidak diciptakan, menurutku lebih berbahagia daripada yang diciptakan.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Kitab al-Asyraf.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 104-105.
105/303: Isa berkata: “Allah adalah saksiku bahwa dunia ini tidak tinggal di dalam hati seorang hamba tanpa membuat sang hati bersentuhan dengan tiga hal: - pekerjaan yang bebannya tidak akan berkurang, - kemiskinan yang tidak bisa dientaskan, - dan harapan yang tidak bisa terpenuhi. Dunia ini mengejar dan dikejar. Dia mengejar orang yang mencari ahirat hingga hidupnya menemui akhirnya, sementara akhirat mengejar orang yang mencari dunia ini, hingga ajal datang dan mencengkram punggungnya.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 162.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 147;
  • (Muhammad Murtadha bin Muhammad al-Husaini) Al-Zabidi (… - 1205 H), Ithaf al-Sada al-Muttaqin bi Syarh Asrar Ihya’ ‘Ulum al-Din, 9:332.
106/303: Dikabarkan bahwa Isa melihat wujud dunia dan bahwa ia melihatnya dalam sosok seorang wanita tua ompong yang dipenuhi oleh segala jenis perhiasan. “Berapa banyak laki-laki yang telah menikahimu?” tanya Isa kepadanya. “Aku tidak bisa menghitungnya,” jawab dunia. “Apakah mereka telah mati mendahuluimu, atau apakah mereka menceraikanmu?” tanya Isa. “Bukan ini dan bukan itu, melainkan aku telah membunuh mereka semuanya,” jawab dunia. Isa berkata: “Alangkah menyedihkannya para suamimu yang masih hidup. Karena mereka tidak belajar dari para suamimu yang terdahulu, dan juga tidak berhati-hati padamu.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 27.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:210;
  • (Abu ‘Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (… - 241 H), Kitab al-Zuhd, 363 [variasi yang tidak menyebut ini sebagai kisah Isa].
107/303: Isa berkata: “Hati seorang yang beriman tidak bisa menyimpan kecintaan kepada dunia ini dan dunia nanti sekaligus, sebagaimana tidak mungkinnya sebuah panci menyimpan air dan api sekaligus.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 76.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:200.
108/303: Suatu hari seorang laki-laki menemani Isa dan berkata kepadanya: “Aku ingin pergi bersamamu dan menjadi teman perjalananmu.” Mereka pergi dan sampai ke tepi sebuah sungai di mana mereka duduk untuk makan. Mereka membawa tiga potong roti. Mereka memakan dua potong, roti ketiga tersisa. Kemudian Isa berdiri dan berjalan ke sungai untuk minum. Ketika kembali dia melihat roti yang ketiga sudah tidak ada, dan karenanya dia bertanya kepada si laki-laki itu: “Siapa yang memakan roti itu?” “Aku tidak tahu,” jawab dia. Isa meneruskan perjalanannya bersama laki-laki itu, dan melihat seekor kambing dengan dua anaknya. Isa memanggil satu dari kedua anak kambing itu, dan anak kambing itu menghampirinya. Isa menyembelihnya, memanggang sebagian [daging-]nya, dan makan bersama teman perjalanannya. Isa lalu berseru kepada hewan muda [= anak kambing yang sudah disembelih] itu: “Bangkitlah, insya Allah!” Anak kambing itu bangkit [= hidup lagi] dan pergi. Isa berbalik ke teman perjalanannya: “Aku bertanya kepadamu, demi Dia yang menunjukkan mukjizat ini kepadamu: Siapa yang mengambil roti tadi?” “Aku tidak tahu,” jawab laki-laki itu. Kemudian keduanya sampai ke sebuah danau besar yang berada di sebuah lembah. Isa memegang tangan laki-laki itu, dan keduanya berjalan di atas air. Ketika keduanya sudah menyeberangi danau itu, Isa berkata kepadanya: “Aku bertanya kepadamu, demi Dia yang menunjukkan mukjizat ini kepadamu: Siapa yang mengambil roti tadi?” “Aku tidak tahu,” jawab laki-laki itu. Mereka kemudian sampai ke sebuah gurun pasir tak berair dan duduk di atas tanah. Isa mulai mengumpulkan sedikit tanah dan pasir, dan lalu berkata: “Jadilah emas, insya Allah!” Campuran tanah dan pasir itu menjadi emas, Isa membagi emas itu dalam tiga bagian: “Sepertiga untukku, sepertiga untukmu, dan sepertiga lainnya untuk orang yang mengambil roti tadi.” Maka menjawablah si laki-laki: “Akulah yang memakan roti itu.” Isa berkata kepadanya: “Semua emas ini milikmu.” Kemudian Isa meninggalkannya. Dua orang lelaki lain mengejutkan si laki-laki yang membawa emas di gurun pasir itu, mereka berniat merampok serta membunuhnya. Si laki-laki berkata kepada mereka: “Marilah kita bagi tiga emas ini, dan seorang di antara kalian harus pergi ke kota untuk membeli makanan.” Seorang dari dua laki-laki itu disuruh pergi ke kota, dan dia [= yang pergi ke kota] berpikir: “Mengapa aku harus berbagi emas dengan mereka? Aku lebih baik meracuni makanan ini, maka aku akan mendapat semua emasnya.” Dia pun berangkat dan menjalankan rencananya. Sementara itu kedua orang yang tertinggal berbicara satu sama lain: “Mengapa kita harus memberinya sepertiga dari emas? Lebih baik kita bunuh saja dia kalau dia kembali, dan jatah emasnya kita bagi dua.” Ketika orang yang pergi ke kota itu datang lagi, mereka berdua membunuhnya, kemudian menyantap makanan beracun yang dibawa orang itu, dan mati. Semua emas tertinggal di gurun pasir, di samping tiga jasad yang mati. Isa datang melewati, melihat mereka dalam keadaan seperti itu, dan berkata kepada para muridnya: “Itulah dunia. Berhati-hatilah padanya!”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 87.

Rujukan silang atas kisah di atas:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:267;
  • (Muhammad bin ‘Ali) Abu Thalib al-Makki (… - 386 H), Qut al-Qulub fi Mu’alamat al-Mahbub, 1:255;
  • (Muhammad bin al-Walid bin Abi Randaqa) Al-Turtusyi (… - 520 H), Siraj al-Muluk;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 82;
  • (Baha’ al-Din Muhammad bin Ahmad) Al-Absyihi (… - 892 H), Al-Mustatraf fi kulli Fannin Mustazraf, 2:263-264 [dengan sedikit variasi].
109/303: Isa berkata: “Sesungguhnya kukatakan kepada kalian, sebagaimana halnya orang yang sakit tidak mempedulikan makanan karena dia merasakan nyeri, maka orang yang mencintai dunia ini tidak senang pada ibadah dan tidak mempedulikan kenikmatan ibadah gara-gara kecintaan pada dunia ini. Sesungguhnya kukatakan kepada kalian, apabila seekor hewan penarik beban tidak diarahkan dan dituntun, dia akan bertingkah semaunya dan mengubah tabiatnya. Dan demikian pula hati akan menjadi keras dan tak berperasaan apabila tidak diperlunak dengan ingatan akan mati und upaya untuk beribadah. Sesungguhnya kukatakan kepada kalian, apabila permukaan air tidak pecah, maka ia bisa menahan madu. Maka demikian juga hati bisa menjadi bejana penuh hikmah apabila ia tidak dikerubuti nafsu, dirusak iri hati, dan diperkeras oleh kemubaziran.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 90.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:222.
110/303: Orang bertanya kepada Isa: “Mengapa engkau tidak mencari sebuah rumah tempat engkau tinggal?” Isa menjawab: “Cukuplah bagi kita reruntuhan orang-orang sebelum kita.”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 129.

Rujukan silang atas percakapan di atas:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:200.

Catatan:

Bandingkan “Jesus’ Sayings and Stories in Islamic Literature” no. 60.
111/303: Isa berkata: “Dunia ini dulu ada, dan aku dulu tidak ada di dalamnya. Dunia ini nanti ada, dan aku tidak akan ada di dalamnya. Semua yang aku punya hanyalah hari-hariku tempat aku hidup. Apabila aku berbuat dosa di hari-hari ini, maka memanglah aku seorang pendosa.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 216.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 213 [variasinya].
112/303: Isa berkata: “Satu sifat dari kaum zuhud dunia ini adalah bahwa mereka menghindari berteman dengan orang yang tidak menginginkan apa yang ia inginkan.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 225.
113/303: Isa berjalan melalui sebuah desa dan melihat para penduduknya mati di halaman rumah mereka serta di jalan-jalan. Isa menatap ke para muridnya dan berkata: “Orang-orang ini mati karena azab Allah, karena kalau tidak mereka pasti menguburkan satu sama lain.” “Ruhullah,” kata para muridnya, “seandainya saja kami bisa mengetahui apa yang telah menimpa mereka.” Isa bermunajat kepada Allah Yang Mahakuasa, dan Allah mewahyukan bahwa Isa harus menyeru mereka jika hari sudah malam dan bahwa mereka akan menjawabnya. Ketika hari sudah malam Isa menaiki sebuah bukit dan berteriak: “Hai penduduk desa!” “Aku menurut seruanmu, Ruhullah,” jawab salah seorang dari yang mati. Isa bertanya: “Bagaimana keadaan kalian, apa yang terjadi pada kalian?” Orang itu menjawab: “Kami tertidur dalam keadaan sehat, dan [ketika terbangun] melihat kami sudah berada di [alam] kubur.” “Bagaimana itu bisa terjadi?” tanya Isa. Orang itu menjawab: “Ini terjadi karena kecintaan kami pada dunia dan penghambaan kami pada kaum yang berdosa.” “Bagaimana kecintaan kalian pada dunia?” tanya Isa. “Laksana anak mencintai ibunya,” jawab orang itu. “Jika dunia menghampiri kami, kami bahagia; jika dia pergi, kami sedih dan menagis.” Isa bertanya: “Mengapa penduduk desa lainnya tidak menjawab seruanku?” “Karena mereka dikekang oleh bebatuan dari api dan diawasi oleh para malaikat yang keras dan tegas,” jawab orang itu. “Dan mengapa kamu bisa menjawab seruanku?” tanya Isa. “Karena waktu itu aku berada di antara mereka, tetapi bukan salah seorang dari mereka,” jawab orang itu. “Ketika bencana itu menimpa mereka, aku juga terkena. Sekarang aku berada di tepian jurang neraka, dan aku tidak tahu apakah aku bisa terbebas atau akan dijatuhkan ke dalamnya.” Isa berkata kepada para pengikutnya: “Sesungguhnya, memakan roti biasa dengan garam kasar, memakai pelindung kepala dari sengatan matahari, dan tidur di atas timbunan sampah, adalah lebih dari cukup jika orang ingin hidup selamat dan tenang di dunia ini.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 282.

Rujukan silang atas kisah di atas:

  • (Abu Ja’far Muhammad bin ‘Ali) Ibn Babuya al-Qummi (… - 381 H), Ilal al-Syara’i’, 2:151-152;
  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:201.

Catatan:

Untuk ucapan di akhir kisah di atas bandingkan juga “Jesus’ Sayings and Stories in Islamic Literature” nomer 42 dan 67.
114/303: Isa berkata: “Kalian bersusah payah untuk dunia yang kecil dan tidak penting, tetapi tidak memikirkan kehidupan besar setelah mati, dan kematian akan menjemput kalian semua.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 286.
115/303: Isa berkata: “Barang siapa cenderung ke harta dunia, maka dia itu seperti orang yang meminum air laut: makin banyak dia minum, makin haus pula dia, hingga air laut itu membuatnya mati.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 342.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:212;- (Abu al-Ma’ali Muhammad bin al-Hasan) Ibn Hamdun (… - 562 H), Al-Tadzkira al-Hamduniyya, 1:249;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 150.
116/303: Isa berkata: “Ya kaum hawariyyun, hiduplah sederhana di dunia ini, maka kalian akan melewatinya tanpa rasa takut.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 344.
117/303: Isa berkata: “Celakalah kalian, para ulama yang buruk! Kalian membuang-buang kerajaan surga demi dunia yang tak terpandang dan nafsu yang tak terhormat, serta melupakan kebengisan hari kiamat.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 377.

Catatan:

Lihat juga kritik lain yang ditujukan kepada para ulama di “Jesus’ Sayings and Stories in Islamic Literature” nomer 92 dan 94.
118/303: Diriwayatkan bahwa Isa memandang setan sambil berkata: “Dialah rukun dunia. Masalah setan adalah dunia, dan dunialah yang diinginkannya. Aku tidak berbagi apapun dari dunia dengan setan; tidak sebuah batupun –yang bisa menjadi sandaran kepalaku. Aku juga tidak akan banyak tertawa di dalam dunia, hingga aku meninggalkannya.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 409.
119/303: Setan sedang lewat ketika Isa menyandarkan kepalanya pada sebuah batu. [Setan berkata:] “Isa, lihatlah, dengan sebuah batu ternyata engkau menemukan kepuasan di dunia ini.” Isa mengambil batu yang berada di belakang kepalanya, melemparkannya ke setan, dan berkata: “Ambillah batu ini dan dunia bersamanya. Aku tidak memerlukan keduanya.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 410.

Rujukan silang atas kisah di atas:

  • (Abu ‘Ali Ahmad bin Muhammad) Miskawaih (… - 421 H), Al-Hikma al-Khalida, 129 [dengan variasi: "seorang yang keluyuran" alih-alih "setan"];
  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4:11 [variasinya];
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 112.

Catatan:

Lihat juga “Jesus’ Sayings and Stories in Islamic Literature” nomer 118.
120/303: Orang meminta Isa: “Ajarkanlah kami sebuah amalan yang membuat Allah mencintai kami.” Isa menjawab: “Bencilah dunia, maka Allah akan mencintai kalian.”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 415.

Rujukan silang atas kisah di atas:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:201.

Catatan:

Bandingkan juga Yoh 15:18-19 yang menyebutkan bahwa dunia membenci “Yesus” dan para pengikutnya.
121/303: Isa berkata: “Hai kaum hawariyyun, merasa puaslah dengan apa yang dianggap buruk di dalam dunia ini sementara keimanan kalian tetap selamat dan tak terganggu, sebagaimana halnya manusia dunia ini merasa puas dengan apa yang dianggap buruk di dalam keimanan sementara [urusan] dunia mereka selamat dan tak terganggu.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 449.
122/303: Isa berkata: “Allah berkehendak bahwa seorang hamba mempelajari sebuah pekerjaan agar dia bisa merdeka dari manusia lain, dan Allah membenci seorang hamba yang mempelajari ilmu agama untuk digunakan sebagai pekerjaan.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 316.
123/303: [Najasi dari Habsyi berkata:] Termasuk dari wahyu Allah kepada Isa ialah: “Sudah sepantasnya dan seharusnya apabila hamba Allah berendah diri di hadapanNya jika Allah memperlihatkan kasih-sayangNya kepada mereka.”

Keterangan:

Hal di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 127.

Rujukan silang atas riwayat di atas:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:332.
124/303: Yahya bin Zakariya bertemu dengan Isa ibn Maryam. Yahya tersenyum dan menyapa Isa, sementara Isa mengerutkan dahinya dan tampak risau. Isa berkata kepada Yahya: “Engkau tersenyum seolah-olah engkau merasa tenang.” Yahya berkata kepada Isa: “Engkau tampak murung seolah-olah engkau dalam keraguan.” Allah mewahyukan: “Apa yang dilakukan Yahya lebih Kami sukai.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Al-Ikhwan, 136.

Rujukan slang atas kisah di atas:

  • (Ahmad bin Muhammad al-Qurthubi) Ibn ‘Abd Rabbihi (… - 328 H), Al-’Iqd al-Farid, 6:380;
  • (Ali bin Muhammad al-Baghdadi) Abu Hayyan al-Tauhidi (… - &~~SPECIAL_REMOVE!#~~gt;400 H), Al-Basa’ir wa al-Dhakha, 7:197;
  • (Ali bin Muhammad al-Baghdadi) Abu Hayyan al-Tauhidi (… - &~~SPECIAL_REMOVE!#~~gt;400 H), Risala fi al-Shadaqa wa al-Shadiq;
  • (Abu al-Wafa’ ‘Ali al-Baghdadi) Ibn ‘Aqil (… - 513 H), Kitab al-Funun, 2:635-636;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 246;
  • (Kamal al-Din Muhammad bin Musa) Al-Damiri (… - 808 H), Hayat al-Hayawan al-Kubra, 2:205.
125/303: Orang-orang bertanya kepada Isa: “Sebutkanlah sebuah amalan yang karenanya kami bisa masuk surga.” Isa menjawab: “Jangan berkata apapun.” Mereka berkata: “Kami tidak bisa memenuhi itu.” Isa menjawab: “Maka katakanlah hal-hal baik saja.”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Kitab al-Samt wa Adab al-Lisan, 46.

Rujukan silang atas percakapan di atas:

  • (Abu ‘Ali Ahmad bin Muhammad) Miskawaih (… - 421 H), Al-Hikma al-Khalida;
  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:107;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 172.
126/303: Isa berkata: “Barang siapa banyak berbohong, dia akan kehilangan kerupawanannya; barangsiapa yang selalu bertengkar, dia akan kehilangan rasa hormatnya; barangsiapa banyak berkeluh kesah, dia akan sakit; dan orang yang bersifat dengki, dia menyiksa dirinya sendiri.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Kitab al-Samt wa Adab al-Lisan, 133.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:114;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 160;
  • (Abu al-Husain) Warram bin Abi Firas (… - 606 H), Majmu’at Warram: Tanbih al-Khawatir wa Nuzhat al-Nawazir, 2:176 [variasinya].
127/303: Isa dan kaum hawariyyun melewati sebuah bangkai anjing. Kaum hawariyyun berkata: “Busuk sekali baunya [bangkai ini]!” Isa berkata: “Putih sekali giginya [anjing ini]!” Isa berkata demikian untuk memberi pelajaran terlarangnya berbicara jelek tentang orang lain.

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Kitab al-Samt wa Adab al-Lisan, 297.

Rujukan silang atas kisah di atas:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:140;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 170;
  • (Abu al-Husain) Warram bin Abi Firas (… - 606 H), Majmu’at Warram: Tanbih al-Khawatir wa Nuzhat al-Nawazir, 1:117.
128/303: Seekor babi melewati Isa. Isa berkata kepadanya: “Pergilah dalam damai.” Orang bertanya: “Ruhullah, bagaimana mungkin engkau berkata begitu kepada seekor babi?” Isa menjawab: “Aku tidak suka membiasakan keburukan kepada lidahku.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Kitab al-Samt wa Adab al-Lisan, 308.

Rujukan silang atas kisah di atas:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:116;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 170.
129/303: Isa berkata kepada para pengikutnya: “Apa yang akan kalian lakukan seandainya kalian menjumpai seorang yang sedang tidur, yang bajunya terbawa angin?” Mereka menjawab: “Kami akan menutupi badannya.” Isa berkata: “Tidak, kalian [sebenarnya] akan menelanjangi sisanya.” Dengan cara ini Isa membuat sebuah perumpamaan tentang manusia yang mendengar kabar buruk tentang seseorang, kemudian menambah-nambahkannya, dan [akhirnya] menyebarkan kabar yang lebih buruk lagi.

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Kitab al-Samt wa Adab al-Lisan, 645.

Rujukan silang atas percakapan di atas:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 2:175;
  • (Syihab al-Din ‘Umar) Al-Suhrawardi (… - 632 H), Awarif al-Ma’arif, 4:48;
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 165.
130/303: Isa berkata: “Termasuk salah satu dosa besar adalah apabila seorang hamba Allah bersumpah dengan berkata ‘Allah mengetahuinya,’ dan Allah mengetahui bahwa itu tidak benar.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Kitab al-Samt wa Adab al-Lisan, 727.

Rujukan silang atas kisah di atas:

  • (Ahmad bin ‘Abdallah) Abu Nu’aim al-Isbahani (… - 430 H), Hilyat al-Auliya’ wa Tabaqat al-Asfiya, 6:125 [dengan sedikit variasi];
  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:138.
131/303: Orang meminta sebuah petunjuk yang utama kepada Isa. Dia menjawab: “Kalau engkau harus berhadapan dengan dua hal, di mana yang satu menyangkut dirimu, dan yang lainnya menyangkut Allah, maka uruslah dahulu hal yang bersangkutan dengan Allah.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu ‘Abdallah Muhammad bin ‘Ali) Al-Hakim al-Tirmidzi (… - 285 H), Al-Shalat wa Maqasidiha.
132/303: Diriwayatkan bahwa Isa berkata: “Ada tiga macam jenis ulama: (i) ulama yang mengenal Allah dan perintah-perintahNya, (ii) ulama yang mengenal Allah tapi tidak mengenal perintah-perintahNya, (iii) dan ulama yang mengenal perintah-perintah Allah, tapi tidak mengenalNya.”

Catatan:

Tarif Khalidi mengutip ucapan di atas dari karya Asín y Palacios “Logia et agrapha domini Jesu apud moslemicos scriptore, asceticos praesertum, usitata”, dan menyebutkan bahwa Asín menukilnya dari tulisan Imam Tirmidzi. Tarif Khalidi tidak menyebut langsung karya Imam Tirmidzi yang menjadi sumber acuan, tapi mempersilakan para pembaca bukunya untuk memeriksanya sendiri di karya Asin.
133/303: Isa berkata: “Sebarkanlah sesuatu yang tidak bisa dimusnahkan api.” “Apakah itu,” orang meminta tahu dari dia. “Amal shalih,” jawab Isa.

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh pakar tata bahasa Arab dan penulis tentang adab (Abu al-’Abbas Muhammad bin Yazid) Al-Mubarrad (… - 285 H), Al-Fadil.

Rujukan silang atas percakapan di atas:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:240.
134/303: Diriwayatkan bahwa Almasih senantiasa berkata: “Jika kalian membutuhkan orang lain, makanlah secukupnya dan bersikaplah tidak berlebih-lebihan.”

Keterangan:

Hal di atas diriwayatkan oleh pakar tata bahasa Arab dan penulis tentang adab (Abu al-’Abbas Muhammad bin Yazid) Al-Mubarrad (… - 285 H), Al-Kamil, 1:210.
135/303: Isa senantiasa berkelana ke mana-mana dan tidak pernah menetap di sebuah rumah ataupun desa. Pakaiannya terdiri dari secarik kain dari bulu-bulu kasar atau bulu unta, dan dua baju yang tidak terbuat dari bulu-bulu. Di tangannya terdapat sebuah tongkat. Jika malam tiba sinar bulan adalah lenteranya, kegelapan malam adalah bayangannya, bumi adalah kasurnya, batu adalah bantalnya, tumbuh-tumbuhan padang adalah makanannya. Terkadang dia tidak makan dan minum berhari-hari. Dalam suasana genting dia senang, dalam suasana tenang dia gundah.

Keterangan:

Penampilan dan kebiasaan Isa as. di atas diriwayatkan oleh penulis kisah para nabi (’Umara bin Watsima al-Farisi) Abu Rifa’a al-Fasawi (… - 289 H), Kitab bad’ al-Khalq.

Rujukan silang atas hal di atas:

  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 120 [variasinya].
136/303: Isa berkata kepada kaum hawariyyun: “Kalian tidak akan memperoleh rahmat Allah sebelum kalian dengan gembira mengenakan suf [1], dengan gembira memakan gandum, dan dengan gembira menjadikan tanah sebagai tempat tidur kalian.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh penulis kisah para nabi (’Umara bin Watsima al-Farisi) Abu Rifa’a al-Fasawi (… - 289 H), Kitab bad’ al-Khalq.

Rujukan silang atas hal di atas:

  • (Ahmad bin ‘Abdallah) Abu Nu’aim al-Isbahani (… - 430 H), Hilyat al-Auliya’ wa Tabaqat al-Asfiya, 5:92.

Catatan kaki:

[1] “Suf” adalah kain wol kasar yang biasa dikenakan kaum “suf”i.
137/303: “Siapakah gurumu?” tanya orang kepada Isa. “Tak seorang pun,” jawab Isa. “Aku [sekedar] melihat bahaya dari ketidaktahuan dan menjauhinya.”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh penulis adab (Ahmad bin Muhammad al-Qurthubi) Ibn ‘Abd Rabbihi (… - 328 H), Al-’Iqd al-Farid, 2:442.

Rujukan silang atas percakapan di atas:

  • (Abu al-Hasan ‘Ali bin Muhammad al-Basri) Al-Mawardi (… - 450 H), Adab al-Dunya wa al-Din, 210;
  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:63.
138/303: Termasuk ke dalam wahyu Allah kepada Isa di Injil adalah hal sbb.: “Kami memenuhi kalian dengan kerinduan, tetapi kalian tidak mempunyai kerinduan. Kami bersedih atas kalian, tetapi kalian tidak menangis. Hai manusia di usia limapuluhan, apa yang telah kau berikan, apa yang kau simpan? Hai manusia di usia enampuluhan, saat panenmu telah dekat! Hai manusia di usia tujuhpuluhan, ayo berangkat ke perhitungan!”

Keterangan:

Hal di atas diriwayatkan oleh penulis adab (Ahmad bin Muhammad al-Qurthubi) Ibn ‘Abd Rabbihi (… - 328 H), Al-’Iqd al-Farid, 3:145.
139/303: Isa berkata tentang air: “Itu adalah ayahku.” Dan ia berkata tentang roti: “Itu adalah ibuku.” Maksud dia, air dan roti memberi makan kepada tubuh laksana yang dilakukan orang tua.

Keterangan:

Hal di atas ditulis oleh penulis adab (Ahmad bin Muhammad al-Qurthubi) Ibn ‘Abd Rabbihi (… - 328 H), Al-’Iqd al-Farid, 6:290.

Rujukan silang atas hal di atas:

  • (Abu al-Hasan ‘Ali bin Isma’il al-Andalusi) Ibn Sida (… - 458 H), Kitab al-Mukhassas, 13-173-174.

Catatan:

Tarif Khalidi memberi komentar bahwa tulisan Ibn ‘Abd Rabbihi di atas mungkin ada hubungannya dengan polemik berkenaan dengan keyakinan umat Kristen akan perwujudan “roti dan anggur” sebagai “daging dan darah Yesus”.
140/303: Isa berkata: “Orang jahat itu menular; barang siapa bersekutu dengan kejahatan, akan terjerat dalam resiko untuk membunuh. Karenanya perhatikanlah dengan siapa kalian bersekutu.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits dan ulama dari kaum Syiah (Abu Ja’far Muhammad bin Ya’qub) Al-Kulaini (… - 329 H), Al-Ushul min al-Kafi, 2:640.
141/303: Diriwayatkan bahwa Almasih berkata: “Barangsiapa diantara penghormat Allah dihormati oleh Allah, maka dia dihormati oleh seluruh makhluq.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar sejarah dari Andalusia yang kemungkinan besar keturunan Gothic Nasrani (Abu Bakr Muhammad bin ‘Umar al-Qurthubi) Ibn al-Qutiyya (… - 367 H), Tarikh Iftitah al-Andalus.
142/303: Di dalam Injil tertulis: “Ya Bani Adam, ingatlah padaKu di saat engkau sedang marah, maka Aku akan ingat padamu di saat Aku marah. Merasa cukuplah dengan rezeki yang Aku berikan kepadamu, karena rezeki itu lebih baik daripada yang kau berikan sendiri kepadamu.”

Keterangan:

Kalimat di atas diriwayatkan oleh ulama fiqh (Abu al-Laits Nashr bin Muhammad) Al-Samarqandi (… - 373 H), Tanbih al-Ghafilin.

Catatan:

  1. Sebenarnya kalimat di atas tidak termasuk kategori “Jesus’ saying” ataupun “story”, melainkan –tanpa melihat aspek keshahihannya– hadits qudsi.
  2. Dalam injil yang empat tidak terdapat kalimat di atas.
143/303: Isa berkata kepada Bani Israil: “Hukumlah seorang penjahat tidak dengan kejahatan, karena ini akan mebuat amal kalian mejadi hilang di dalam pandangan Allah.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh ulama fiqh (Abu al-Laits Nashr bin Muhammad) Al-Samarqandi (… - 373 H), Tanbih al-Ghafilin.
144/303: Di zaman Isa ada seorang lelaki yang karena kekikirannya mendapat julukan Mal’un [=yang terkutuk]. Pada suatu hari datang seorang laki-laki, yang akan pergi berperang, menemui Mal’un dan berkata: “Mal’un, kalau engkau memberiku beberapa senjata yang bisa menolongku dalam pertempuran, kamu akan selamat dari api neraka.” Tetapi Mal’un menolaknya dan tidak mau memberikan apapun. Ketika lelaki itu pergi, Mal’un menyesali keputusannya dan memanggil si lelaki itu kembali untuk diberikannya sebuah pedang. Ketika si lelaki itu pulang ke rumahnya dia bertemu Isa yang didampingi seorang saleh, yang tujuh puluh tahun lamanya mengagungkan Allah. “Dari mana kamu mendapat pedang ini?” tanya Isa. Si lelaki menjawab: “Mal’un memberikannya kepadaku.” Isa senang mendengar kemurahan hati Mal’un. Ketika di kali berikutnya Isa dan si orang saleh lewat, Mal’un yang duduk di depan pintu rumahnya, berkata kepada dirinya sendiri: “Aku akan pergi dan menemui Isa serta si orang saleh ini.” Ketika dia melakukan ini si orang saleh berkata: “Aku akan menghindar dari Mal’un, sebelum dia membakarku dengan apinya.” Maka Allah mewahyukan kepada Isa: “Katakan kepada hambaku yang berdosa ini [Mal'un]: ‘Aku mengampuni engkau karena kemurahan hatimu, yang dengannya engkau memberikan pedang, dan karena kecintaanmu kepada Isa; dan katakan kepada si orang saleh, bahwa Mal’un akan menjadi temannya di surga.” Si orang saleh berkata: “Allah adalah saksiku, aku tidak mau berada di surga bersama Mal’un, dan aku tidak perlu seorang teman seperti dia!” Allah Yang Mahakuasa berfirman melalui Isa: “Engkau tidak puas dengan keputusanKu, dan engkau telah berkata buruk tentang hambaKu. Karenanya Aku akan melihat engkau dihukum di neraka. Aku telah menukar tempat kalian: tempatmu di surga untuk hambaKu [Mal'un] dan tempatnya di neraka untukmu.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh ulama fiqh (Abu al-Laits Nashr bin Muhammad) Al-Samarqandi (… - 373 H), Tanbih al-Ghafilin.

Rujukan silang atas kisah di atas:

  • (Ahmad bin ‘Abdallah) Abu Nu’aim al-Isbahani (… - 430 H), Hilyat al-Auliya’ wa Tabaqat al-Asfiya, 8:147 [variasinya];
  • (Abu al-Qasim) Al-Qusyairi (… - 465 H), Al-Risala al-Qusyairiyya fil ‘Ilm al-Tasawwuf [variasinya];
  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4:150 [variasinya];
  • (Abu Muhammad ‘Abdallah bin Ahmad) Ibn Qudama al-Maqdisi (… - 620 H), Kitab al-Tawwabin.
145/303: Isa memasuki sebuah desa, tempat seorang penghalus kain tinggal. Para penduduk desa berkata kepada Isa: “Tukang penghalus kain ini merusak baju-baju kami dan menutup-nutupinya. Mintakanlah kepada Allah agar dia tidak kembali kepada kami beserta buntelannya.” Isa berdoa: “Ya Allah, jangan biarkan dia kembali bersama buntelannya.” Ketika si penghalus kain –yang membawa tiga potong roti– sedang mengerjakan pekerjaannya, mendekatlah seorang wali yang mengagungkan Allah di gunung-gunung. Si wali menyapa si tukang dan berkata: “Punyakah engkau sepotong roti yang bisa kumakan, atau [paling tidak] tunjukkanlah sepotong roti sehingga aku bisa melihat dan mencium baunya. Aku sudah sejak sekian lama tidak memakan roti.” Si tukang memberikannya sepotong roti. Si wali berkata: “Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu dan membersihkan hatimu.” Si tukang memberikannya roti kedua; si wali pun berkata: “Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang.” Ketika si tukang memberikan roti ketiganya, si wali berkata: “Semoga Allah mendirikan sebuah rumah untukmu di surga.” Malam itu juga si tukang kembali [ke desanya] dengan aman; para penduduk desa berkata: “Ya Isa, si tukang penghalus kain telah kembali.” Maka Isa memanggilnya: “Katakan kepadaku apa yang telah engkau lakukan hari ini!” Si tukang menjawab: “Seorang wali yang berkelana di pegunungan ini mendekatiku. Dia memintaku memberikan makanan, maka aku beri dia tiga potong roti, dan untuk setiap roti yang aku berikan, dia berdoa untukku.” Isa berkata: “Berikan kepadaku buntelanmu, agar aku bisa melihat isinya!” Si tukang memberikan buntelannya kepada Isa yang kemudian membukanya; dan Isaa menemukan di dalamnya seekor ular hitam yang dirantai. Isa berseru: “Ya hitam!” [di sini terjemahannya tidak begitu pasti, mungkin juga seharusnya "Ya ular!"] Sang ular menjawab: “Aku siap ya Nabiyullah!” “Apakah engkau tidak dikirim ke tukang ini [untuk menggodanya?]?” tanya Isa. “Ya,” jawab sang ular, “tetapi seorang wali yang berkelana di pegunungan ini datang kepadanya dan meminta makanan. Untuk setiap roti yang diberikannya dia berdoa untuknya, sementara di sampingnya berdiri satu malaikat yang berkata ‘Amin!’ Maka Allah Yang Mahaperkasa mengutus satu malaikat [lain] untuk merantaiku.” Isa berkata: “Hai tukang, pergilah kembali ke pekerjaanmu. Allah telah memaafkanmu, karena Dia memuji kemurahanmu.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh ulama fiqh (Abu al-Laits Nashr bin Muhammad) Al-Samarqandi (… - 373 H), Tanbih al-Ghafilin.

Catatan:

Menurut Tarif Khalidi pada zaman dahulu di Timur Tengah pekerjaan penghalus kain tidak disukai orang karena sering dicurigai banyak mengandung unsur penipuan.
146/303: Kalau kalian ingin berpuasa seperti Isa, [ketahuilah bahwa] Isa berpuasa setiap hari dan tidak makan apapun selain gandum. Dia senantiasa mengenakan [pakaian dari] bulu kasar; dan apabila malam tiba, berdiamlah dia [di situ juga] untuk berdoa hingga fajar tiba. Dia tidak pernah meninggalkan sebuah tempat tanpa sebelumnya shalat dua rakaat. Jika kalian ingin berpuasa seperti ibunya, [Maryam] sang perawan, [maka ketahuilah bahwa] dia senantiasa berpuasa dua hari dan berbuka dua hari berikutnya.

Keterangan:

Ajaran di atas disampaikan oleh ulama fiqh (Abu al-Laits Nashr bin Muhammad) Al-Samarqandi (… - 373 H), Tanbih al-Ghafilin.
147/303: Di dalam Injil tertulis: “Barang siapa menebar keburukan, dia akan menuainya juga.”

Keterangan:

Hal di atas disampaikan oleh ulama fiqh (Abu al-Laits Nashr bin Muhammad) Al-Samarqandi (… - 373 H), Tanbih al-Ghafilin.

Catatan:

Di dalam injil yang empat tidak terdapat kalimat di atas; tetapi yang bunyinya mirip bisa ditemui di Ayyub 4:8.
148/303: Di dalam kitab-kitab Injil tertulis: “Ya Bani Adam, Allah akan bermurah hati kepadamu sebagaimana engkau bermurah hati. Bagaimana engkau mengharapkan kemurahhatian Allah, sementara engkau tidak bermurah hati kepada hamba-hambamu?”

Keterangan:

Hal di atas disampaikan oleh ulama fiqh (Abu al-Laits Nashr bin Muhammad) Al-Samarqandi (… - 373 H), Tanbih al-Ghafilin.

Catatan:

Bandingkan Lukas 6:36.
149/303: Isa berkata: “Apa gunanya bagi seorang buta sebuah lampu yang dengannya hanya orang lain bisa melihat? Dan apa gunanya bagi sebuah rumah yang gelap sebuah lampu yang dipasang di atas atap? Dan apa gunanya bagimu banyak berbicara indah tetapi kamu tidak mengamalkannya?”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh ulama fiqh (Abu al-Laits Nashr bin Muhammad) Al-Samarqandi (… - 373 H), Tanbih al-Ghafilin.
150/303: Isa melewati sebuah desa di dekat sebuah gunung yang dari sana terdengar suara tangisan dan ratapan. Isa bertanya kepada penduduk desa: “Tangisan dan ratapan apa dari gunung ini?” Mereka menjawab: “Sejak kami tinggal di desa ini kami sudah mendengar tangisan dan ratapan ini.” Isa berkata: “Ya Allah, izinkalah gunung ini berbicara kepadaku.” Allah membuat gunung itu berbicara, dan gunung itu berkata: “Apa yang kau inginkan dariku Isa?” “Katakan kepadaku mengapa kau menangis?,” pinta Isa. Gunung itu menjawab: “Aku adalah gunung yang dulu digunakan orang sebagai bahan pembuat berhala untuk disembah selain Allah. Aku takut Allah akan melemparkanku ke api neraka, karena aku mendengar Allah berfirman: ‘Dan hati-hatilah jangan sampai kalian masuk ke api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu.’” Allah mewahyukan kepada Isa untuk dikatakan kepada gunung itu: “Hiduplah dengan damai, karena Aku telah melindungimu dari neraka.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh ulama fiqh (Abu al-Laits Nashr bin Muhammad) Al-Samarqandi (… - 373 H), Tanbih al-Ghafilin.

Rujukan silang atas kisah di atas:

  • (Muhammad bin al-Walid bin Abi Randaqa) Al-Turtusyi (… - 520 H), Siraj al-Muluk.

Catatan:

Bandingkan pula QS Al-Baqarah 24 “… peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.”
151/303: Isa berkata: “Orang jangan memikirkan mengapa orang yang terkutuk dikutuk, tetapi [pikirkanlah] mengapa orang yang diselamatkan selamat.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh ulama fiqh (Abu al-Laits Nashr bin Muhammad) Al-Samarqandi (… - 373 H), Tanbih al-Ghafilin.
152/303: Isa datang ke sebuah kota ketika seorang laki-laki dan seorang perempuan saling berteriak. “Ada apa dengan kalian?” tanya Isa. “Ya Nabiyullah,” kata si lelaki, “dia adalah isteriku. Dia seorang isteri yang baik dan rajin, tetapi saya ingin bercerai darinya.” “Katakan kepadaku sesungguhnya apa yang terjadi dengan isterimu,” pinta Isa kepadanya. “Muka dia sudah aus meski dia belum tua,” jawab si lelaki. Isa berbalik kepada si perempuan dan berkata kepadanya: “Hey perempuan, inginkah kau mendapatkan kembali wajahmu yang mulus?” “Ya,” jawab si perempuan. “Kalau kau makan,” jawab Isa, “janganlah sampai berlebihan, karena apabila makanan menumpuk berlebihan di perut, maka hilanglah kemulusan di wajahmu.” Perempuan itu melaksanakan apa yang diperintahkan Isa, dan mukanya halus kembali.

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh ulama Syi’ah (Abu Ja’far Muhammad bin ‘Ali) Ibn Babuya al-Qummi (… - 381 H), ‘Ilal al-Syara’i’, 2:184.

Catatan:

Setelah ini masih ada 2 kisah lain tentang Isa as. dari Ibn Babuya al-Qummi yang juga menceritakan peran Isa sebagai ahli pengobatan.
153/303: Isa datang ke sebuah kota yang pepohonan buah-buahannya dilanda hama ulat. Penduduk kota itu mengeluh tentang wabah ini, dan Isa pun berkata: “Obatnya ada di tangan kalian, tetapi kalian tidak mengenalinya. Kalian adalah kaum yang apabila menanam pohon menaburkan dulu tanah, kemudian menyiramnya. Harusnya tidak begitu. Seharusnya kalian menyirami dulu akar pohon-pohon ini baru kemudian menaburkan tanah di atasnya agar ulat tidak memasuki akar.” Penduduk kota kemudian mulai itu melakukan apa yang diajarkan Isa, dan wabah itu kemudian berakhir.

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh ulama Syi’ah (Abu Ja’far Muhammad bin ‘Ali) Ibn Babuya al-Qummi (… - 381 H), ‘Ilal al-Syara’i’, 2:261.
154/303: Isa datang ke sebuah kota yang penduduknya dilanda muka menguning dan mata membiru. Mereka memaggil Isa dan mengeluhkan penyakit ini. Isa pun berkata: “Obatnya ada di tangan kalian. Apabila kalian makan daging, kalian memasaknya tanpa mencucinya terlebih dahulu. Tidak ada sesuatupun yang datang ke dunia ini tanpa kotoran.” Setelah itu penduduk kota itu mencuci daging [sebelum mereka memasaknya], dan penderitaan mereka pun berakhir. Di dalam kesempatan lain Isa datang ke sebuah kota yang penduduknya menderita keompongan dan benjolan-benjolan di muka. Mereka mengeluhkan ini kepada Isa, dan Is apun berkata: “Kalian tidur dengan mulut yang tertutup. Udara di perut kalian naik ke mulut tetapi tidak menemukan jalan keluar, dan karenanya memasuki akar gigi dan merusak muka kalian. Bukalah mulut kalian jika kalina tidur, dan biasakanlah ini.” Mereka mengerjakan ini, dan penderitaan mereka pun berakhir.

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh ulama Syi’ah (Abu Ja’far Muhammad bin ‘Ali) Ibn Babuya al-Qummi (… - 381 H), ‘Ilal al-Syara’i’, 2:262.
155/303: Isa berkata: “Orang yang murah hati di dunia ini akan mendapat ampunan di dunia nanti.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh filsuf (Abu al-Hasan Muhammad bin Yusuf al-Naisaburi) Al-’Amiri (… - 381 H), Al-Sa’ada wa al-Is’ad.
156/303: Isa senantiasa berkata kepada dunia: “Pergilah dariku, babi!”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Muhammad bin ‘Ali) Abu Thalib al-Makki (… - 386 H), Qut al-Qulub fi Mu’alamat al-Mahbub, 1:244.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 2:147 [yang menyebut perkataan di atas sebagai ucapan seorang sufi anonym di masa lampau].
157/303: Isa berkata: “Tidak ada seorang pun di antara kalian yang bisa mencapai keimanan yang sesungguhnya selama kalian berkeinginan untuk dipuji dalam beribadat pada Allah Yang Mahakuasa, dan selama kalian berkeinginan untuk ikut menikmati harta dunia ini.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Muhammad bin ‘Ali) Abu Thalib al-Makki (… - 386 H), Qut al-Qulub fi Mu’alamat al-Mahbub, 1:256.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4:370;
  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Minhaj al-’Abidin.
158/303: Termasuk ke dalam firman Allah kepada Isa adalah sbb.: “Ya Bani Adam, menangislah sepanjang hidupmu seperti menangisnya orang yang telah meninggalkan dunia ini dan keinginannya telah diangkat ke hadhirat Allah. Merasa puaslah dengan hal-hal secukupnya di dunia ini; temukanlah kepuasan dalam hal-hal yang keras dan kasar. Sesungguhnya Aku katakan kepadamu, engkau tidak lebih berharga daripada hari dan saatmu; dan apa yang engkau ambil dari dunia ini, dan apa yang engkau keluarkan, semuanya akan dicatat. Berlakulah dengan benar, karena engkau akan dimintai pertanggungjawaban. Seandainya kamu tahu apa yang Aku janjikan kepada orang yang adil, engkau pasti akan menyerahkan nyawamu kepadaKu.”

Keterangan:

Hadits qudis di atas diriwayatkan oleh (Muhammad bin ‘Ali) Abu Thalib al-Makki (… - 386 H), Qut al-Qulub fi Mu’alamat al-Mahbub, 1:256.
159/303: Isa berkata: “Orang yang mencintai Allah, cinta juga kesusahan.” Dan diriwayatkan dari Isa, bahwa dia berjumpa dengan sekelompok pemuja Allah yang karena pemujaannya menjadi kurus kerontang laksana pembuluh air yang mengering. “Siapakah kalian?” tanya Isa. “Kami pemuja Allah,” jawab mereka. “Mengapa kalian memuja Allah?” tanya Isa. Mereka menjawab: “Allah mengabarkan menakutkannya neraka, dan kami takut.” Isa mengatakan kepada mereka: “Allah berkewajiban untuk menyelamatkan kalian dari apa yang kalian takutkan.” Isa melanjutkan perjalanannya dan bertemu kelompok lain yang lebih giat lagi dalam pemujaan pada Allah. “Mengapa kalian memuja Allah?” tanya Isa. Mereka menjawab: “Allah memberikan kerinduan atas surga dan atas apa yang Ia siapkan untuk sahabat-sahabatNya di sana. Itulah yang kami harapkan.” Isa berkata kepada mereka: “Allah wajib memberikan kepada kalian apa yang kalian harapkan.” Isa pergi lagi dan bertemu dengan kelompok lain yang juga memuja Allah, dan ia bertanya: “Siapakah kalian?” Mereka menjawab: “Kami mencintai Allah. Kami memujaNya bukan karena takut atas neraka atau rindu atas surga, melainkan karena kecintaan kami padaNya dan keagunganNya.” [Isa berkata:] “Kalian benar-benar sahabat Allah, dan aku seharusnya hidup bersama kalian.” Dan Isa pun hidup di antara mereka. Dalam riwayat lain dikabarkan bahwa Isa berkata kepada kedua kelompok pertama: “Apa yang kalian takutkan adalah ciptaan Allah, dan apa yang kalian inginkan adalah ciptaan Allah.” Dan kepada kelompok ketiga Isa berkata: “Kalian benar-benar kaum yang paling dekat dengan Allah.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Muhammad bin ‘Ali) Abu Thalib al-Makki (… - 386 H), Qut al-Qulub fi Mu’alamat al-Mahbub, 2:56.

Rujukan silang atas kisah di atas:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4:288.

Catatan:

Bandingkan pandangan Rabi’a al-’Adawiya (.. - 185 H) tentang surga dan neraka dengan sikap kelompok ketiga di atas.
160/303: Isa memberikan nasihat kepada kaum hawariyyun: “Jika kalian mengamalkan apa yang aku amalkan dan ajarkan, maka kalian esok akan berada di kerajaan surga bersamaku, serta tinggal bersama Bapakku dan bapak-bapak kalian, dan juga menyaksikan malaikat-malaikatNya di sekeliling ‘arsy-Nya memuja dan menyembahNya. Di sana kalian akan bersenang-senang tanpa [harus] makan dan minum.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh Ikhwan al-Safa’ (sebuah kelompok di penghujung abad ke-4 H), Rasa’il Ikhwan al-Safa’ wa Khillan al-Wafa’, 3:91-92.

Catatan:

Ikhwan al-Safa’ adalah nama grup dari sekelompok filsuf dan cendekiawan di penghujung abad ke-4 H, yang mengumpulkan pandangan-pandangan mereka atas persoalan filsafat, agama, etika dan ilmu pengetahuan dalam sebuah ensiklopedia berjudul “Rasa’il Ikhwan al-Safa’ wa Khillan al-Wafa’”.
161/303: Suatu hari Isa bertemu dengan beberapa tukang penghalus kain di pinggiran kota. Isa menghampiri mereka dan berkata: “Bila kalian telah mencuci, membersihkan, dan menghaluskan baju-baju ini, akankah kalian mengizinkan pemiliknya memakainya dengan badan mereka yang terkotori oleh darah, air seni, tinja, dan noda?” “Tidak,” jawab mereka, “karena yang melakukan itu pasti tidak tahu malu.” “Kalian sendiri telah melakukannya,” kata Isa. “Bagaimana?” tanya mereka. “Karena kalian membersihkan jasmani kalian, menghaluskan baju kalian dan memakainya, sementara rohani kalian dikotori oleh ketidakadilan, dan dipenuhi oleh kotoran-kotoran dari kebodohan dan kebutaan, kebisuan dan kejahatan, kedengkian dan kebencian, kelicikan dan penipuan, keirian dan ketamakan, dendam, curiga, dan nafsu yang membawa ke kenistaan. Kalian ini tak berarti dan merupakan hamba-hamba yang memalukan [di sini terjemahannya tidak begitu pasti], dan kalian tidak akan mendapat pertangguhan kecuali di dalam kematian dan di kuburan.” Para tukang itu berkata: “Apa yang harus kami lakukan? Bagaimana kami bisa mencari nafkah hidup kami selain ini?” Isa berkata: “Mengapa kalian tidak mengharapkan kerajaan surga, yang di dalamnya tidak ada kematian dan ketuaan, sakit dan penyakit, lapar dan dahaga, ketakutan dan kesedihan, kemiskinan dan kebutuhan, kelemahan dan kesusahpayahan, duka cita dan dengki di antara penghuninya, kebencian dan kesombongan serta kebohongan. Para penghuninya justru saling bersaudara yang duduk di dipan-dipan berhadap-hadapan, bahagia dan riang, senang dan berkecukupan, menikmati ampunan dan keridhaan serta kesenangan dan kebahagiaan. Mereka juga berjalan-jalan di lapisan-lapisan langit dan alam semesta serta mengamati barisan malaikat di sekeliling ‘arsy-Nya, yang melantunkan puji-pujian untuk Tuhan mereka dalam nada dan irama yang tidak pernah didengar oleh manusia dan jin. Dan kalian akan hidup abadi bersama mereka. Kalian tidak akan pernah tua atau mati, tidak akan sakit, merasa khawatir atau bersedih hati.”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh Ikhwan al-Safa’ (sebuah kelompok di penghujung abad ke-4 H), Rasa’il Ikhwan al-Safa’ wa Khillan al-Wafa’, 4:95-96.

Catatan:

Sebagaimana catatan di “Jesus’ Sayings and Stories in Islamic Literature” nomer 145, perlu diingat di sini bahwa pekerjaan penghalus kain pada zaman dulu tidak begitu dihormati dan disukai di wilayah Timur Tengah karena banyak dicurigai mengandung unsur penipuan.
162/303: Almasih senantiasa berkata kepada para muridnya: “Aku datang kepada kalian dari Bapakku dan bapak-bapak kalian untuk mengangkat kalian dari kematian ketidaktahuan, untuk menyembuhkan kalian dari penyakit dosa, mengobati kalian dari penyakit keyakinan sesat, adab yang buruk, dan amalan yang jahat, agar jiwa kalian dibersihkan dan hidup di dalam ruh hikmah, serta agar kalian diangkat ke Bapakku dan bapak-bapak kalian. Di sana kalian akan menjalani kehidupan yang bahagia dan terbebas dari penjara dunia ini dan sakitnya alam ciptaan serta kesengsaraan, yang merupakan tempat tinggalnya para penjahat, kezhaliman iblis, dan kekuasaan setan.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh Ikhwan al-Safa’ (sebuah kelompok di penghujung abad ke-4 H), Rasa’il Ikhwan al-Safa’ wa Khillan al-Wafa’, 4:172.
163/303: Ketika Isa pada suatu waktu bertemu dengan para muridnya secara mendadak, dia melihat mereka sedang tertawa. Isa berkata: “Barangsiapa yang bertakwa, tidak tertawa.” Para muridnya menjawab: “Ruhullah, kami hanya bercanda.” Isa menukas: “Ruh yang sehat tidak bercanda.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Ali bin Muhammad al-Baghdadi) Abu Hayyan al-Tauhidi (… - &~~SPECIAL_REMOVE!#~~gt;400 H), Al-Basa’ir wa al-Dhakha, 1:21.
164/303: Almasih berkata: “Ya hawariyyun, karena kalianlah aku meletakkan dunia ini mendatar di atas perutnya, dan menempatkan kalian di atas punggungnya. Hanya ada dua kelompok yang berlomba-lomba melawan kalian di dalam mencari kekuasaan dunia: para raja, dan setan. Mengenai setan, carilah bantuan dalam melawannya dengan kesabaran dan doa. Mengenai para raja, berikanlah dunia mereka untuk mereka, maka mereka akan memberikan kalian dunia yang lain.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Ali bin Muhammad al-Baghdadi) Abu Hayyan al-Tauhidi (… - &~~SPECIAL_REMOVE!#~~gt;400 H), Al-Basa’ir wa al-Dhakha, 1:23.

Rujuka silang atas ucapan di atas:

  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 142.
165/303: Isa berkata: “Jika seandainya Allah tidak berkuasa untuk menetapkan bahwa orang-orang yang berdosa kepadaNya harus mendapat siksaan, maka tetap sudah sepantasnya apabila orang tidak melawanNya sebagai rasa syukur atas kasih sayangNya.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Ali bin Muhammad al-Baghdadi) Abu Hayyan al-Tauhidi (… - &~~SPECIAL_REMOVE!#~~gt;400 H), Al-Basa’ir wa al-Dhakha, 2:423.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 3:78 [di sini ucapan diatasnamakan pada "seorang bijak"];
  • (Abu Sa’d Mansur bin al-Husain) Al-Abi (… - 421 H), Natsr al-Durr, 7:28.
166/303: Isa berkata: “Suatu peristiwa mengerikan akan menggulung kalian di suatu saat yang tak terduga. Apa yang menghalangi kalian untuk bersiap-siap sebelum peristiwa ini tiba-tiba datang?”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Ali bin Muhammad al-Baghdadi) Abu Hayyan al-Tauhidi (… - &~~SPECIAL_REMOVE!#~~gt;400 H), Al-Basa’ir wa al-Dhakha, 3/1:181.

Catatan:

Peristiwa yang dimaksud tampaknya adalah datangnya hari kiamat.
167/303: Isa berkata: “Jadilah tamu di dunia ini, dan jadikan mesjid sebagai rumahmu.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Ali bin Muhammad al-Baghdadi) Abu Hayyan al-Tauhidi (… - &~~SPECIAL_REMOVE!#~~gt;400 H), Al-Basa’ir wa al-Dhakha, 3/2:440.
168/303: Isa berkata: “Tiap orang yang teraniaya akan dibalaskan dendamnya di hari akhir, kecuali oramg yang teraniaya dunia, [karena justru] dunia akan membalas dendam padanya.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Ali bin Muhammad al-Baghdadi) Abu Hayyan al-Tauhidi (… - &~~SPECIAL_REMOVE!#~~gt;400 H), Al-Basa’ir wa al-Dhakha, 7:147.

Catatan:

Menurut Tarif Khalidi yang dimaksud dengan “teraniaya dunia” adalah “terjerat oleh godaan dunia”.
169/303: Isa berdakwah kepada Bani Israil. Mereka menangis dan mulai merobek-robek baju mereka [1]. Isa berkata: “Kesalahan apa yang telah dilakukan baju kalian? Lebih baik alihkan perhatian kalian ke hati kalian dan berikan kecaman kalian kepadanya.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Ali bin Muhammad al-Baghdadi) Abu Hayyan al-Tauhidi (… - &~~SPECIAL_REMOVE!#~~gt;400 H), Al-Basa’ir wa al-Dhakha, 7:226.

Catatan kaki:

[1] Merobek-robek baju adalah kebiasaan bangsa Yahudi dulu apabila sedang sedih dan/atau dilanda amarah.
170/303: Isa berkata kepada kaum hawariyyun: “Rasa kasih sayang satu sama lain adalah ciri, yang harus kalian perhatikan, bahwa kalian mengikuti [ajaran-] aku.” Dan Isa berkata kepada kaum hawariyyun: “Kalian harus mencintai Allah dengan segenap hati kalian, dan mencintai sesama seperti kalian mencintai diri sendiri.” Orang bertanya kepada Isa: “Perlihatkanlah kepada kami ya Ruhullah, apa perbedaan dari kedua jenis cinta ini, agar kami bisa dengan terang mempersiapkannya.” Isa menjawab: “Kalian mencintai seorang teman demi kalian sendiri, dan kalian mencintai Allah demi jiwa kalian sendiri. Bila kalian peduli pada teman kalian, maka itu kalian lakukan demi kalian sendiri; tetapi bila kalian menyerahkan jiwa kalian, itu kalian lakukan demi Allah.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Ali bin Muhammad al-Baghdadi) Abu Hayyan al-Tauhidi (… - &~~SPECIAL_REMOVE!#~~gt;400 H), Risala fi al-Shadaqa wa al-Shadiq.
171/303: Isa berkata: “Bersikap sederhanalah di dalam pikiran kalian yang paling dalam dalam menghadapi Allah Yang Mahakuasa, sebagaimana juga di dalam tingkah laku lahiriah kalian.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh tokoh sufi Abu Sa’d al-Kharkusyi (… - 406 H) dalam sebuah manuskrip yang tidak pernah dipublikasikan.
172/303: Isa berkata: “Perbandingan tentang dunia kini dan dunia nanti adalah seperti seorang laki-laki yang beristeri dua: jika yang satu gembira, yang lain menjadi murung.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh tokoh sufi Abu Sa’d al-Kharkusyi (… - 406 H) dalam sebuah manuskrip yang tidak pernah dipublikasikan.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:18;
  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya, 2:65 [di sini ucapan di atas dinisbatkan kepada Wahb ibn Munabbih].
173/303: Isa berkata: “Ada tiga perkara yang bisa menjatuhkan manusia: kurangnya rasa syukur atas rezeki dari Allah Yang Mahakuasa, ketakutan atas [sembahan] yang lain selain Allah, dan menggantungkan harapan pada makhluk.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh tokoh sufi Abu Sa’d al-Kharkusyi (… - 406 H) dalam sebuah manuskrip yang tidak pernah dipublikasikan.
174/303: Isa melihat seorang yang sedang menderita, dan karena dia merasa kasihan pada orang ini Isa berdoa: “Ya Allah, aku memohon kepadaMu, bebaskanlah dia.” Allah berfirman kepada Isa: “Bagaimana Aku bisa membebaskan dia dari sesuatu yang dengannya Aku membebaskannya.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh tokoh sufi Abu Sa’d al-Kharkusyi (… - 406 H) dalam sebuah manuskrip yang tidak pernah dipublikasikan.

Rujukan silang atas kisah di atas:

  • (Abu al-Qasim) Al-Qusyairi (… - 465 H), Al-Risala al-Qusyairiyya fil ‘Ilm al-Tasawwuf [disini dinisbatkan kepada "seorang Nabi"].
175/303: Almasih ditanya: “Mengapa orang tua lebih bergantung pada dunia daripada orang muda?” Dia menjawab: “Karena mereka telah mencicipi dunia ini, sementara yang muda belum.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar adab (Abu al-Qasim al-Husain bin Muhammad) Al-Raghib al-Isfahani (… - &~~SPECIAL_REMOVE!#~~gt;400 H), Muhadarat al-Udaba’, 1:525.
176/303: Almasih berkata: “Daging memakan daging? Sesuatu yang memuakkan!”

Keterangan:

Ucapan pro vegetarianisme di atas diriwayatkan oleh pakar adab (Abu al-Qasim al-Husain bin Muhammad) Al-Raghib al-Isfahani (… - &~~SPECIAL_REMOVE!#~~gt;400 H), Muhadarat al-Udaba’, 1:610.
177/303: Isa berdoa: “Ya Allah, siapakah yang paling mulia di antara manusia?” Allah berfirman: “Dialah orang yang apabila sedang sendiri tahu bahwa Aku bersamanya, dan dia sangat menghormati keagunganKu sehingga dia tidak membuatKu menjadi saksi atas dosa-dosanya.”

Keterangan:

Dialog di atas diriwayatkan oleh pakar adab (Abu al-Qasim al-Husain bin Muhammad) Al-Raghib al-Isfahani (… - &~~SPECIAL_REMOVE!#~~gt;400 H), Muhadarat al-Udaba’, 2:402.
178/303: Diriwayatkan bahwa Isa berkata ke seorang laki-laki yang [sebenarnya] tidak pantas menerima ucapan ini: “Semoga Allah melindungimu.” Orang bertanya kepada Isa: “Mengapa engkau mengatakan itu kepadanya?” Isa menjawab: “Lidah yang terbiasa berkata baik, akan berbicara begitu ke semua manusia.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh filsuf dan pakar tarikh (Abu ‘Ali Ahmad bin Muhammad) Miskawaih (… - 421 H), Al-Hikma al-Khalida.
179/303: Almasih berkata: “Barangsiapa yang menyangka bahwa Allah pelan dalam [pemberian] kasih sayangNya, dia harus berhati-hati! Karena Allah bisa mejadi murka dan membuatnya mudah mendapatkan jalan menuju harta dunia ini.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh filsuf dan pakar tarikh (Abu ‘Ali Ahmad bin Muhammad) Miskawaih (… - 421 H), Al-Hikma al-Khalida.

Catatan:

Tarif Khalidi mencantumkan hadits Rasulullah saw. dari Sunan Ibn Majah (Kitab al-Fitan, 2:1325, nr. 3197) sebagai rujukan. Hadits ini berbunyi: “Bukannya kejatuhan kalian ke dalam kemiskinan yang aku takuti, melainkan tertekannya kalian oleh kelimpahruahan dunia.”
180/303: Isa berkata: “Apakah kalian menginginkan dunia karena [agar bisa melakukan] amal shalih? Kalian akan lebih shalih apabila kalian melepaskan dunia.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh filsuf dan pakar tarikh (Abu ‘Ali Ahmad bin Muhammad) Miskawaih (… - 421 H), Al-Hikma al-Khalida.
181/303: Kaum hawariyyun bertanya kepada Isa: “Bagaimana pendapat engkau atas penguasa?” Isa menjawab: “Penguasa itu menjadi godaan bagi kalian. Jangan biarkan kecintaan kalian pada mereka membuat kalian berbuat kesalahan terhadap Allah; dan jangan biarkan kebencian kalian pada mereka membuat kalian membangkang Allah. Apabila kalian melaksanakan kewajiban kalian pada mereka, kalian akan terhindar dari kesalahan-kesalahan mereka, dan keimanan kalian tidak akan ternodai.”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh wazir Daula Syiah Bujiah (Abu Sa’d Mansur bin al-Husain) Al-Abi (… - 421 H), Natsr al-Durr, 7:33.
182/303: Isa senantiasa berkata: “Kebanyakan makanan bisa membinasakan ruhani seperti halnya kebanyakan air membinasakan tanaman.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh wazir Daula Syiah Bujiah (Abu Sa’d Mansur bin al-Husain) Al-Abi (… - 421 H), Natsr al-Durr, 7:35.
183/303: Isa berkata kepada para pengikutnya: “Serahkanlah diri kalian kepada kelaparan dan kehausan, berjalanlah telanjang, dan lemahkanlah diri kalian sendiri, agar hati kalian bisa mengenal Allah Yang Mahakuasa.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh biograf tentang para wali dan sufi (Ahmad bin ‘Abdallah) Abu Nu’aim al-Isbahani (… - 430 H), Hilyat al-Auliya’ wa Tabaqat al-Asfiya, 2:370.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:79.
184/303: Isa berkata: “Barangsiapa yang merasa tidak perlu nasihat, akan bertindak tanpa keberhasilan.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh biograf tentang para wali dan sufi (Ahmad bin ‘Abdallah) Abu Nu’aim al-Isbahani (… - 430 H), Hilyat al-Auliya’ wa Tabaqat al-Asfiya, 5:237.
185/303: Isa berkata: “Jika kalian mampu, ikhlaslah seperti burung merpati dalam menghadapi Allah.” Orang berkata bahwa tidak ada makhluk yang lebih ikhlas daripada burung merpati. Kalian bisa mencuri anak-anak burung merpati dari bawah badannya, membunuh anak-anaknya, dan si burung merpati akan [tetap] kembali ke tempat itu untuk tidur.

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh biograf tentang para wali dan sufi (Ahmad bin ‘Abdallah) Abu Nu’aim al-Isbahani (… - 430 H), Hilyat al-Auliya’ wa Tabaqat al-Asfiya, 5:239.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu ‘Utsman ‘Amr bin Barr) Al-Jahiz (… - 255 H), Al-Bayan wa al-Tabyin, 2:242.

Catatan:

Bandingkan Matius 10:16.
186/303: Diriwayatkan –wallahu ‘alam– bahwa Isa pada suatu hari melewati sebuah lembah yang bernama Lembah Kebangkitan dan melihat sebuah tengkorak yang sudah memutih dari sebuah badan yang tulang-tulangnya sudah hancur membusuk. Isa mengagumi warna putih tengkorak ini. Orang ini mati tujuh puluh dua tahun sebelumnya. Isa berdoa: “Ya Allah Yang tidak bisa dilihat mata, Yang tidak bisa dijatuhkan oleh kekacauan, Yang tidak bisa digambarkan oleh siapapun, aku memohon kepadaMu agar tengkorak ini mengatakan kepadaku termasuk kaum mana dia.” Allah berfirman: “Ya Isa, berbicaralah kepada tengkorak ini, dan dia akan menjawab berkat kekuasaanKu, karena Aku berkuasa atas segala sesuatu.” Isa mengucapkan lafaz yang diwajibkan, mendekati tengkorak itu dan berkata: “Bismillahirrahmanirrahim.” Tengkorak itu menjawab dengan lugas: “Ya Ruhullah, engkau telah menyebut nama yang terbaik dari semua nama.” Isa berkata: “Aku memohon kepadamu demi Allah Yang Mahakuasa untuk mengatakan kepadaku di mana keindahan dan kebersihanmu, di mana daging dan lemakmu, di mana belulang dan nyawamu.” Tengkorak itu menjawab: “Ya Ruhullah, tanah telah mengubah keindahan dan kebersihanku. Daging dan lemakku telah dimakan cacing. Belulangku hancur membusuk. Jiwaku hari ini berada di dalam api neraka di dalam siksaan yang besar.” Isa berkata: “Aku bertanya kepadamu demi Allah Yang Mahakuasa termasuk kaum mana engkau ini?” Tengkorak itu menjawab: “Aku termasuk kaum yang memperoleh azab Allah di dunia ini.” Isa bertanya: “Mengapa azab Allah menimpa kalian?” Tengkorak itu menjawab: “Ya Ruhullah, Allah mengutus seorang nabi yang menyampaikan kebenaran kepada kami, tetapi kami menyebutnya pendusta. Dia memerintahkan kami untuk mematuhi Allah, tetapi kami tidak mematuhiNya. Maka kemudian Allah mengirimkan hujan dan petir kepada kami selama tujuh tahun tujuh bulan dan tujuh hari. Kemudian pada suatu hari turun kepada kami malaikat-malaikat penyiksa. Tiap malaikat mempunyai dua cambuk, yang satu terbuat dari besi, yang lainnya dari api. Malaikat-malaikat itu tidak berhenti untuk menarik nyawaku dari tiap anggota tubuhku dan dari tiap urat nadiku, hingga nyawaku sampai di tenggorokan. Dan pada saat itu malaikat maut mengulurkan tangannya mencabut nyawaku.” Isa berkata: “Aku mohon demi Allah Yang Mahakuasa, gambarkanlah malaikat maut itu!” Tengkorak itu menjawab: “Ruhullah, malaikat maut mempunyai satu tangan di barat dan satu lagi di timur. Kepalanya mencapai lapisan langit tertinggi, dan kakinya mencapai wilayah ketujuh dan terbawah dari bumi. Bumi sendiri terletak di antara dua lututnya, dan semua makhluk berada di antara matanya.” Tengkorak itu meneruskan: “Ya Nabiyullah, tidak sampai satu jam [kemudian] datang dua malaikat hitam pekat menghampiriku. Mereka berbicara seperti guruh yang menggelegar, dan mata mereka menyambar laksana petir. Mereka berambut ikal, dan merambah bumi dengan gigi-gigi taring mereka. Mereka berkata kepadaku: ‘Siapakah tuhanmu? Siapakah nabimu? Siapakah imammu?’ Ya Ruhullah, aku merasa takut dan berkata: ‘Aku tidak mempunyai tuhan, nabi, dan imam selain Allah.’ ‘Kamu bohong,’ kata mereka, ‘kamu adalah musuh Allah dan musuhmu sendiri.’ Kemudian mereka memukulku dengan sebuah tongkat besi dengan keras sekali hingga aku merasakan bagaimana tulang-tulangku remuk dan daging tubuhku terpental. Lalu mereka melemparkanku ke dasar neraka dan menyiksaku sesuai kehendak Allah. Ketika aku berada di dalam keadaan ini datang dua malaikat pencatat yang menulis semua amal para makhluk dunia ini; dan mereka berkata kepadaku: ‘Hai musuh Allah, ikutlah kami mengunjungi tempat penghuni surga.’ Aku pun mengikuti mereka ke pintu surga yang pertama, dan menyaksikan bahwa surga mempunyai delapan pintu. Surga itu terbuat dari bebatuan yang sebagiannya adalah emas dan perak. Ubinnya terdiri dari muska. Rumputnya adalah za’faran. Kerikilnya adalah mutiara dan rubin. Sungai-sungainya berisi susu, air, dan madu. Penghuninya adalah remaja-remaja muda seumur yang mempesona dan saleh. Ya Ruhullah, aku benar-benar terpesona. Kemudian kedua pencatat itu berkata kepadaku: ‘Hai musuh Allah dan musuhmu sendiri, di kehidupan duniamu kau tidak beramal saleh untuk bisa menikmati semua ini. Sekarang ikutlah kami pergi ke tempat penghuni neraka.’ Akupun pergi bersama malaikat pencatat itu ke pintu neraka pertama, di mana ular-ular dan kalajengking mendesis-desis; dan akupun bertanya: ‘Disediakan untuk siapakah siksaan ini?’ ‘Untukmu,’ jawab mereka, ‘dan untuk orang yang memakan harta anak yatim dengan bathil.’ Aku pergi bersama mereka ke pintu kedua, di mana para lelaki digantung pada janggut mereka, dan anjing-anjing menjilati darah dan nanah dari tangan mereka. Aku berkata ke malaikat pencatat: ‘Disediakan untuk siapakah siksaan ini?’ ‘Untukmu,’ jawab mereka, ‘dan untuk orang yang meminum khamr dan memakan makanan haram di kehidupan dunia.’ Aku pergi bersama mereka ke pintu ketiga dan melihat bagaimana api menyembur masuk ke mulut orang-orang dan keluar dari punggung mereka. ‘Disediakan untuk siapakah siksaan ini?’ ‘Untukmu,’ jawab mereka, ‘dan untuk orang yang memfitnah wanita baik-baik di kehidupan dunianya.’ Akupun pergi bersama mereka ke pintu yang keempat dan melihat wanita-wanita yang digantung pada lidah mereka, dan api keluar dari mulut mereka. ‘Disediakan untuk siapakah siksaan ini?’ ‘Untukmu,’ jawab mereka, ‘dan untuk orang yang tidak mendirikan shalat.’ Aku pergi bersama mereka ke pintu yang kelima dan melihat wanita-wanita yang digantung pada rambut mereka, dan api menyembur ke kepala mereka. ‘Disediakan untuk siapakah siksaan ini?’ ‘Untukmu,’ jawab mereka, ‘dan untuk mereka yang bersolek untuk orang lain selain suaminya.’ Akupun pergi bersama mereka ke pintu yang keenam dan melihat wanita-wanita yang digantung pada rambut dan lidah mereka dan api menyembur ke kepala mereka. ‘Disediakan untuk siapakah siksaan ini?’ ‘Untukmu,’ jawab mereka, ‘dan untuk kaum pendosa yang sesat di dunia.’ Aku pergi bersama mereka ke pintu yang ketujuh dan melihat laki-laki yang di bawahnya terdapat sebuah sumur yang disebut Sumur Falaq. Aku dilemparkan ke sana, ya Ruhullah. Di dalamnya aku mendapat siksaan yang keras dan menjadi saksi atas banyak sekali hal-hal yang mengerikan. Kemudian Isa berkata: “Hai tengkorak, kalau kau mau, mintalah kepadaku sesuatu yang kau inginkan, insya Allah.” Tengkorak itu menjawab: “Ya Ruhullah, mintakanlah agar Allah mengembalikan kehidupan duniaku.” Isa berdoa kepada Allah yang kemudian menghidupkan kembali tengkorak itu. Dengan qadrat Allah Yang Mahakuasa wanita itu hidup kembali dan bertemu dengan Isa. Kemudian dia beribadah bersama Isa dua belas tahun lamanya, sehingga kepastian –artinya: kematian– menemuinya. Dia meninggal sebagai muminah yang sebenarnya, dan Allah dalam kemurahanNya memberikan tempat baginya di antara para penghuni surga.

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh biograf tentang para wali dan sufi (Ahmad bin ‘Abdallah) Abu Nu’aim al-Isbahani (… - 430 H), Hilyat al-Auliya’ wa Tabaqat al-Asfiya, 6:10-12.
187/303: Di dalam kitab-kitab injil tertulis: “Satu saja batu salah [terpasang] akan membuat tembok runtuh.”

Keterangan:

Kalimat di atas diriwayatkan oleh biograf tentang para wali dan sufi (Ahmad bin ‘Abdallah) Abu Nu’aim al-Isbahani (… - 430 H), Hilyat al-Auliya’ wa Tabaqat al-Asfiya, 6:95.
188/303: Isa berkata: “Bicaralah banyak kepada Allah, bicaralah sedikit kepada manusia.” Orang bertanya kepadanya: “Bagaimana kami bisa berbicara banyak kepada Allah?” Isa menjawab: “Bicaralah kepadaNya di dalam kesunyian, berdoalah kepadaNya di dalam kesendirian.”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh biograf tentang para wali dan sufi (Ahmad bin ‘Abdallah) Abu Nu’aim al-Isbahani (… - 430 H), Hilyat al-Auliya’ wa Tabaqat al-Asfiya, 6:195.

Rujukan silang atas ucapan Isa di atas:

  • (Abu al-Qasim) Al-Qusyairi (… - 465 H), Al-Risala al-Qusyairiyya fil ‘Ilm al-Tasawwuf [variasinya, di sini dinisbatkan kepada sahabat Nabi: Mu'adz bin Jabal].
189/303: Jika kalian ingin, kalian bisa mencontoh apa yang senantiasa diucapkan oleh orang yang memiliki “kalima” dan “ruh”, yaitu Isa ibnu Maryam: “Lapar adalah bumbu makananku, takut adalah pakaianku, kulit domba adalah bajuku, cahaya fajar adalah penghangatku di musim dingin, bulan adalah lenteraku, kakiku adalah tungganganku, dan hasil bumi adalah makanan dan buah-buahanku. Aku tidur di malam hari tidak dengan apa-apa kecuali namaku, dan aku terbangun di pagi hari tidak dengan apa-apa kecuali namaku. Dan tidak ada seorang pun di dunia ini yang lebih kaya daripada aku.”

Keterangan:

Hal di atas diriwayatkan oleh biograf tentang para wali dan sufi (Ahmad bin ‘Abdallah) Abu Nu’aim al-Isbahani (… - 430 H), Hilyat al-Auliya’ wa Tabaqat al-Asfiya, 6:314.
190/303: Isa berkata: “Ya Bani Israil, Musa telah melarang kalian untuk berzina, dan memang baguslah larangan dia itu. Aku melarang kalian bahkan untuk membayangkan berzina, karena orang yang membayangkannya [meski] tanpa melakukannya adalah seperti rumah yang terbuat dari tanah lumpur yang di dalamnya dinyalakan api: meski rumahnya tidak terbakar, rumah ini toh akan menghitam oleh asap.” [Isa juga berkata:] “Ya Bani Israil, Musa telah melarang kalian untuk bersumpah palsu dengan nama Allah, dan baguslah larangan dia itu. Aku melarang kalian sama sekali untuk bersumpah dengan nama Allah, tidak peduli apakah sumpah kalian benar atau salah.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh biograf tentang para wali dan sufi (Ahmad bin ‘Abdallah) Abu Nu’aim al-Isbahani (… - 430 H), Hilyat al-Auliya’ wa Tabaqat al-Asfiya, 8:145-146.

Catatan:

Bandingkan Matius 5:27-28 dan 5:33-35.
191/303: Isa berkata: “Ya ulama, ambilah pelajaran dari pengetahuan yang tidak kau ketahui, dan ajarkanlah apa yang telah kau pelajari kepada kaum yang tidak mengetahui.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar adab dan teori kekuasaan (Abu al-Hasan ‘Ali bin Muhammad al-Basri) Al-Mawardi (… - 450 H), Adab al-Dunya wa al-Din.
192/303: Orang bertanya kepada Isa: “Mengapa engkau tidak menikah?” Isa menjawab: “Hanya di tempat tinggal yang abadilah beranak pianak itu terpuji.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar adab dan teori kekuasaan (Abu al-Hasan ‘Ali bin Muhammad al-Basri) Al-Mawardi (… - 450 H), Adab al-Dunya wa al-Din.
193/303: Isa berkata: “Sebagaimana kalian tidur, begitulah kalian [akan] mati. Sebagaimana kalian bangun, begitulah kalian [akan] dibangkitkan.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar adab dan teori kekuasaan (Abu al-Hasan ‘Ali bin Muhammad al-Basri) Al-Mawardi (… - 450 H), Adab al-Dunya wa al-Din.
194/303: Isa berkata: “Hindarilah melihat perempuan terus menerus, karena itu membangkitkan nafsu syahwat di dalam hati; sebuah godaan yang cukup besar bagi yang melakukannya!”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar adab dan teori kekuasaan (Abu al-Hasan ‘Ali bin Muhammad al-Basri) Al-Mawardi (… - 450 H), Adab al-Dunya wa al-Din.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu al-Faraj ‘Abd ar-Rahman bin ‘Ali) Ibn al-Jauzi (… - 597 H), Damm al-Hawa.
195/303: Diriwayatkan bahwa Almasih diberi pertanyaan: “Sampai umur berapakah orang pantas menuntut ilmu?” Dia menjawab: “Selama hidup itu sendiri masih pantas.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh ulama Andalusia (Abu ‘Umar Yusuf) Ibn ‘Abd al-Barr al-Qurthubi (… - 463 H), Jami’ Bayan al-’Ilm wa Fadlihi, 1:96.
196/303: Isa berkata: “Ya qurra’ dan ‘ulama, mengapa kalian menjadi tersesat setelah kalian menimba ilmu? Dan mengapa kalian menjadi buta setelah mata kalian mendapat penerangan? Dan semua ini hanya demi dunia yang hina dan nafsu serakah? Celakalah kalian di dunia ini, dan celakalah dunia ini gara-gara kalian!”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh ulama Andalusia (Abu ‘Umar Yusuf) Ibn ‘Abd al-Barr al-Qurthubi (… - 463 H), Jami’ Bayan al-’Ilm wa Fadlihi, 1:190.
197/303: Almasih berkata: “Janganlah bersedih karena apa yang dikatakan orang tentang kalian. Bila apa yang dikatakan mereka itu salah, maka itu adalah amal shalih tanpa kalian harus menjalankannya. Bila apa yang dikatakan mereka itu benar, maka itu adalah perbuatan dosa yang balasannya telah ditimpakan.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh ulama Andalusia (Abu ‘Umar Yusuf) Ibn ‘Abd al-Barr al-Qurthubi (… - 463 H), Bahjat al-Majalis, 1:405.
198/303: Isa mengunjungi sebuah pekuburan. Ia memanggil seorang yang telah mati, dan Allah pun membangkitkannya. Isa bertanya kepadanya: “Siapakah kamu?” “Aku dulu seorang pengangkut barang,” jawab orang itu, “aku memikul kayu bakar untuk seseorang, dan mematahkan sebuah ranting untuk membersihkan gigiku. Sejak aku meninggal aku terus ditanyai tentang ranting itu.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh tokoh sufi, qadi, dan ‘ulama (Abu al-Qasim) Al-Qusyairi (… - 465 H), Al-Risala al-Qusyairiyya fil ‘Ilm al-Tasawwuf.
199/303: Isa berkata: “Betapa banyak jenis pepohonan, tetapi tidak semuanya mengeluarkan buah-buahan. Betapa banyak jenis buah-buahan, tetapi tidak semuanya enak dimakan. Betapa banyak jenis ilmu pengetahuan, tetapi tidak semuanya bisa berguna.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 1:38.
200/303: Isa berkata: “Memberikan hikmah kepada orang selain dari yang pantas menerimanya adalah hal yang bathil, dan menyembunyikannya dari mereka yang pantas menerimanya sama dengan menzhalimi mereka. Bersikaplah seperti dokter baik hati yang meletakkan obat [tepat] pada bagian tubuh yang sakit.” Menurut riwayat lain Isa berkata: “Barang siapa yang memberikan hikmah kepada orang selain dari yang pantas menerimanya adalah orang yang sombong, dan yang menyembunyikan hikmah dari orang yang pantas menerimanya sama dengan berbuat bathil. Hikmah mempunyai upahnya sendiri yang pantas, dan ada manusia yang pantas menerimanya, maka berikanlah kepada setiap orang upah yang pantas untuk mereka.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 1:43.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu ‘Utsman ‘Amr bin Barr) Al-Jahiz (… - 255 H), Al-Bayan wa al-Tabyin, 2:35;
  • Ikhwan al-Safa’ (nama sebuah kelompok di penghujung abad ke-4 H), Rasa’il Ikhwan al-Safa’ wa Khillan al-Wafa’, 4:215 [sebagian];
  • (Abu al-Hasan ‘Ali bin Muhammad al-Basri) Al-Mawardi (… - 450 H), Adab al-Dunya wa al-Din;
  • (Abu ‘Umar Yusuf) Ibn ‘Abd al-Barr al-Qurthubi (… - 463 H), Jami’ Bayan al-’Ilm wa Fadlihi, 1:109 [sebagian];
  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 225 [variasi].

Catatan:

Biasanya Tarif Khalidi memasukkan di daftar rujukan para peulis yang hidup terkemudian daripada si penulis utama. Dalam “Jesus’ Sayings …” nomer 200 ini dia memasukkan Imam al-Ghazali sebagai penulis utama, dan memasukkan tokoh-tokoh lain yang hidup sebelum al-Ghazali –kecuali Ibn ‘Asakir– sebagai rujukan.
201/303: Isa berkata: “Ulama jahat adalah seperti batu yang jatuh ke muara sebuah sungai: batu ini tidak menyerap air, tetapi juga tidak membiarkan air mencapai buah-buahan di ladang. Ulama jahat adalah seperti saluran pembuangan air: tampak luarnya adalah dinding putih, tetapi di dalamnya bau menyengat. Atau mereka itu seperti pekuburan yang luarnya indah, tetapi di dalamnya penuh dengan belulang mati.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 1:66.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu al-Husain) Warram bin Abi Firas (… - 606 H), Majmu’at Warram: Tanbih al-Khawatir wa Nuzhat al-Nawazir, 1:84.

Catatan:

Untuk kalimat terakhir bandingkan Matius 23:27.
202/303: Isa berkata: “Bagaimana mungkin seseorang bisa dianggap ulama apabila dia dengan sadar berjalan-jalan di dunia ini sementara tempat tujuan dia sebenarnya adalah dunia nanti? Dan bagaimana mungkin seseorang bisa dianggap ulama bila dia senang berkhotbah hanya demi omongannya sendiri sementara dia tidak mengamalkan (isi khotbah-) nya?”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 1:67.
203/303: Isa berkata: “Barangsiapa memperoleh ilmu tetapi tidak mengamalkannya, adalah seperti seorang wanita yang berzina secara diam-diam, kemudian hamil, dan aibnya diketahui oleh semua orang. Dan begitu pula orang yang tidak beramal sesuai dengan ilmunya akan dipermalukan Allah di hari pembalasan di hadapan semua orang.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 1:69.
204/303: Diriwayatkan bahwa Isa pada suatu hari pergi untuk shalat istisqa’. Ketika orang-orang yang bersamanya menjadi tidak tenang, Isa berkata: “Barangsiapa di antara kalian yang pernah berbuat dosa, pulanglah.” Maka mereka pulanglah semuanya, kecuali seorang laki-laki yang tetap diam bersama Isa di padang pasir itu. Isa berkata kepada laki-laki ini: “Pernahkah kamu berbuat dosa?” “Demi Allah yang menjadi saksiku,” jawab laki-laki itu, “sepengetahuanku aku tidak pernah berbuat dosa; selain ketika pada suatu hari saat aku sedang shalat, datang seorang wanita ke dekatku, yang kemudian aku lihat dengan satu mataku ini. Ketika dia kemudian menjauhiku, aku menghujamkan jari-jariku ke mata ini dan mencongkelnya keluar, dan membuangnya.” Maka Isa berkata kepada laki-laki itu: “Berdoalah kepada Allah, agar aku bisa megucapkan ‘Amin’ setelah doamu.” Laki-laki itu berdoa kepada Allah, dan kemudian langit pun dipenuhi awan, dan hujan turun dengan lebat. Begitulah mereka disegarkan.

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 1:316.

Rujukan silang atas kisah di atas:

  • (Abu al-Faraj ‘Abd ar-Rahman bin ‘Ali) Ibn al-Jauzi (… - 597 H), Damm al-Hawa [dengan sedikit variasi].

Catatan:

Di Matius 18:9 dicantumkan perintah untuk mencungkil dan mebuang mata apabila mata itu menyesatkan.
205/303: Ketika Maryam mencari Isa dia melihat beberapa orang tukang tenun dan menanyakan jalan kepada mereka. Ketika mereka menunjukkan jalan yang salah, Maryam berkata: “Ya Allah, cabutlah rahmatMu dari mereka, matikanlah mereka dalam keadaan miskin, dan rendahkanlah pandangan manusia atas mereka.” Doa Maryam kemudian terkabul.

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4:190.
206/303: Diriwayatkan bahwa pada suatu hari setan memperlihatkan diri di hadapan Isa dan berkata: “Katakanlah: ‘Tidak ada tuhan selain Allah!’” Isa menjawab: “[Itu adalah] Perkataan yang benar, yang tidak akan aku ulangi setelahmu.” Isa mengatakan ini karena setan bisa menyembunyikan tipuan bahkan di balik kebaikan.

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:29.
207/303: Ketika Isa dilahirkan, datanglah para iblis kepada Setan dan berkata: “Hari ini semua berhala menundukkan kepalanya.” Setan berkata: “Sesuatu telah terjadi di dunia kalian.” Setan terbang ke sana ke mari di atas dunia, tapi tidak menemukan apa-apa. Akhirnya dia menemukan bayi Isa yang dikelilingi para malaikat. Setan pergi kembali ke para iblis dab berkata: “Kemarin seorang nabi telah dilahirkan. Tidak ada seorang wanita pun kecuali dia [Maryam] yang menjadi hamil dan melahirkan tanpa aku berada di dekatnya. Karenanya lupakanlah setelah malam ini semua harapan akan [masih adanya] penyembahan berhala. Mulai sekarang godailah manusia dengan memanfaatkan ketergesa-gesaan dan ketidak-sungguh-sungguhan mereka.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:32.

Rujukan silang atas kisah di atas:

  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 18.
208/303: Isa berkata: “Bahagialah orang yang merelakan hasrat saat ini demi [sesuatu] yang dijanjikan [saat nanti].”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:64.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

- (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 157.
209/303: Diriwayatkan bahwa Isa berdzikir dengan khusyu enam puluh hari lamanya tanpa memakan apapun. Kemudian muncul di pikirannya ingatan akan roti sehingga dzikirnya terputus. Segera muncul sepotong roti di tangannya. Maka iapun terduduk dan menangis karena kehilangan kedekatannya dengan Allah. Pada saat itu seorang tua [datang] menaungi Isa dengan bayangan tubuhnya; Isa berkata kepadanya: “Semoga Allah memberkatimu ya waliyullah. Berdoalah kepada Allah untukku, karena ketika aku sedang khusyu’ aku teringat akan roti, dan kekhusyuanku terputus.” Orang tua itu berdoa: “Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku pernah membayangkan roti sejak aku mengenalMu, jangan maafkan aku. Justru sebaliknya, jika ada sesuatu dikaruniakan kepadaku, itu aku makan tanpa membuang-buang pikiran tentang itu.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:81.
210/303: Isa berkata: “Keshalihan itu terdiri dari sembilan per sepuluh diam, dan satu per sepuluh mengasingkan diri dari manusia.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:107.
211/303: Di dalam kitab-kitab Injil tertulis: “Barangsiapa yang mendoakan orang yang berlaku buruk kepadanya, maka dia telah mengalahkan setan.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:180.

Catatan:

Bandingkan juga Lukas 6:28.
212/303: Isa berkata: “Celakalah manusia dunia ini! Dia mati ketika dia meninggalkan dunia ini dan semua yang ada di dalamnya. Dunia ini menipunya, padahal dia mempercayainya. Dunia ini meninggalkannya, padahal dia mengikutinya. Celakalah orang yang tertipu! Dunia ini memperlihatkan kepadanya apa yang dia benci. Benda-benda yang dia cintai meninggalkannya. Dia bertemu dengan apa-apa yang diancamkan kepadanya. Celakalah orang yang mengurusi dunia dan mencari dosa. Dosa-dosanya akan segera diperlihatkan.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:200.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Muhammad Murtadha bin Muhammad al-Husaini) Al-Zabidi (… - 1205 H), Ithaf al-Sada al-Muttaqin bi Syarh Asrar Ihya’ ‘Ulum al-Din, 8&~~SPECIAL_REMOVE!#~~gt;87.
213/303: Diriwayatkan bahwa Isa berkata: “Hai para ulama jahat! Kalian berpuasa, shalat, dan berzakat, tetapi kalian tidak melakukan apa yang kalian perintahkan kepada orang lain, dan kalian mengkhotbahkan apa yang tidak kalian kerjakan. Kalian mengeluarkan fatwa yang menjijikan! Kalian bertaubat dengan kata-kata dan harapan kosong, tetapi kalian bertingkah sekehendak hati kalian. Apa gunanya bagi kalian jika kalian menjaga kebersihan kulit kalian, tetapi hati kalian tetap kotor? Sesungguhnya aku katakan kepada kalian, janganlah seperti ayakan yang melalui (lubang-lubang-)nya bubuk terigu jatuh, tetapi sisanya tertahan, karena seperti itulah kalian jika kalian mengeluarkan fatwa dengan mulut kalian, tetapi kejahatan tertahan di hati kalian. Hai hamba dunia, bagaimana mungkin seorang manusia bisa meraih alam nanti sementara nafsunya akan dunia ini tidak berhenti, dan keinginannya akan dunia tidak terpenuhi? Sesungguhnya aku katakan kepada kalian, hati kalian menangis gara-gara perbuatan kalian. Kalian berbicara dengan bahasa dunia dan tidak menghargai amal shalih. Sesungguhnya aku katakan kepada kalian, kalian telah merusak kehidupan kalian setelah mati, karena kebaikan di dunia ini lebih kalian cintai daripada kebaikan di dunia nanti. Siapakah di antara manusia yang lebih tersesat daripada kalian? Seandainya saja kalian mengetahui. Celakalah kalian! Sampai kapan kalian ingin memberi petunjuk kepada musafir di malam hari, dan tetap berada di antara orang-orang yang disesatkan, sebagaimana kalian menyeru kepada manusia untuk memberikan dunia kepada kalian? Berjalanlah dengan pelan! Berjalanlah dengan pelan! Celakalah kalian, apa gunanya untuk rumah yang gelap apabila kalian memasang lampunya di atas atapnya, sementara di dalamnya tetap gelap dan kosong? Begitu juga tak ada gunanya kalian mengeluarkan cahaya hikmah dari mulut kalian, sementara di dalam [hati] kalian semuanya menyedihkan dan kosong. Hai hamba dunia - kalian tidak bisa disandingkan dengan hamba yang shalih dan orang merdeka yang terhormat! Dunia sedang bersiap untuk mencabut kalian sampai ke akar-akarnya, melemparkannya ke muka kalian, dan menghantamkan hidung kalian ke debu. Dunia akan menjenggut rambut kalian gara-gara dosa-dosa kalian, dan menghalau kalian dari belakang, hingga kalian dalam keadaan telanjang dan sendirian dihadapkan kepada Raja dan Hakim yang akan mengumumkan dosa-dosa kalian serta menghukum kalian akibat anal buruk kalian.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:258-259.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 233.

Catatan:

Lihat juga “Jesus’ Sayings … ” nomer 93, 94, 17, dan 201 yang kesemuanya merupakan kritik atas beberapa ulama.
214/303: Almasih berkata: “Benih-benih akan tumbuh lebih baik di padang datar daripada di antara bebatuan. Maka begitu pula hikmah akan bersemi di hati orang yang merendah diri, bukan di hati orang yang membanggakan diri. Tidakkah kalian melihat bagaimana orang yang membenturkan kepalanya ke atap rumah mengalami kesakitan, sementara orang yang menundukkan kepalanya bisa menjaga dan melindungi kepalanya?”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:258-336.
215/303: Isa berkata: “Baju indah, hati suka pujian.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:345-346.
216/303: Isa berkata: “Mengapa kalian datang kepadaku dengan berpakaian seperti ‘ruhban’ [1], padahal hati kalian adalah hati srigala dan binatang buas? Kenakanlah pakaian raja, tetapi kekanglah hati kalian dengan ketakwaan.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 3:346.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu al-Qasim al-Husain bin Muhammad) Al-Raghib al-Isfahani (… - &~~SPECIAL_REMOVE!#~~gt;400 H), Muhadarat al-Udaba’, 2:402.

Catatan kaki:

[1] ‘ruhban’ artinya biarawan.
217/303: Almasih berkata: “Kalian tidak akan meraih apa yang kalian inginkan kecuali apabila kalian menerima dengan sabar apa yang tidak kalian inginkan.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4:61.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu ‘Utsman ‘Amr bin Barr) Al-Jahiz (… - 255 H), Al-Bayan wa al-Tabyin, 3:164 [di sini dinisbatkan kepada al-Hasan al-Basri];
  • (Abu al-Ma’ali Muhammad bin al-Hasan) Ibn Hamdun (… - 562 H), Al-Tadzkira al-Hamduniyya, 1:201.
218/303: Diriwayatkan bahwa Isa berkata: “Kalian kaum hawariyyun takut pada dosa; kami para nabi takut pada kekufuran.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4:169.
219/303: Diriwayatkan bahwa Almasih dalam perjalanannya pada suatu hari melewati seorang yang sedang tertidur dengan diselubungi pakaiannya. Isa membangungkannya dan berkata: “Hai orang tidur, bangunlah dan berdzikirlah pada Allah Yang Mahakuasa!” “Apa yang kau inginkan dariku?” kata orang itu, “aku sudah menyerahkan dunia ini pada para manusianya.” Isa menjawab: “Teruskan tidurmu, karibku.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4:190.
220/303: Almasih berkata: “Dunia ini adalah jembatan. Lewatilah dia, tetapi janganlah membangun apapun di atasnya.” Pada suatu kali orang bertanya kepadanya: “Ya Nabiyullah, bukankah engkau pernah memerintahkan kami untuk membagun sebuah rumah tempat kami bisa beribadah kepada Allah?” Isa menjawab: “Pergilah, dan bangunlah sebuah rumah di atas air.” Mereka bertanya: “Bagaimana mungkin sesuatu yang kokoh bisa dibangun di atas air?” Isa menjawab: “Bagaimana mungkin ada ibadah yang kokoh apabila itu dilakukan bersamaan dengan kecintaan kepada dunia?”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4:218.

Rujukan silang atas percakapan di atas:

  • (Muhammad bin ‘Ali) Abu Thalib al-Makki (… - 386 H), Qut al-Qulub fi Mu’alamat al-Mahbub, 1:256.

Catatan:

Bandingkan juga “Jesus’ Sayings …” nomer 41, 60, dan 99.
221/303: Isa duduk dengan dinaungi bayangan sebuah tembok yang dimiliki seorang laki-laki. Laki-laki itu datang dan menyuruh Isa pergi dari situ. Isa berkata: “Bukan engkau yang membuatku pergi, tetapi Dia yang tidak ingin aku menikmati naungan bayang-bayang.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4:224.

Rujukan silang atas kisah di atas:

  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 118.
222/303: Isa tidak memiliki apa-apa selain sebuah sisir dan sebuah cangkir. Pada suatu hari dia melihat seorang laki-laki yang sedang menyisir janggutnya dengan tangan. Maka Isa membuang sisirnya. Isa melihat laki-laki lain yang melekukkan tangannya seperti cangkir untuk meminum air dari sungai. Maka Isa kemudian membuang cangkirnya.

Keterangan:

Hal di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4:231-232.
223/303: Isa berkata: “Tidaklah arif orang yang tidak gembira bila musibah menimpanya dan penyakit menyerang tubuhnya, karena [dengan adanya musibah itu] dia bisa bergembira atas [kesempatan] taubat atas dosa-dosanya.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4:281.
224/303: Termasuk ke dalam ucapan Isa: “Jika kalian melihat seorang anak muda yang merasa terpanggil untuk beribadah kepada Allah, [maka ketahuilah] bahwa ini membuatnya lupa akan semua perkara lainnya.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4:302.
225/303: Diriwayatkan bahwa Isa bertemu dengan seorang laki-laki yang buta, menderita lepra, cacat, lumpuh kedua kaki, dan badannya rusak oleh kusta dan borok. Orang ini berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah membebaskanku dari penderitaan yang telah menyerang banyak manusia.” Isa berkata: “Hai, memang ada penderitaan apa yang tidak menjangkitimu?” Dia menjawab: “Ya Ruhullah, keadaanku lebih baik daripada mereka yang tidak mendapatkan ma’rifatullah yang Allah berikan kepada hatiku.” Maka Isa berkata: “Engkau berkata benar; berikanlah tanganmu kepadaku!” Dan ketika orang itu memberikan tangannya, dalam sekejap dia menjadi orang tertampan wajah dan sosoknya, dan Allah menyembuhkan dia dari penyakitnya; dia pun kemudian mengikuti Isa dan beribadah kepada Allah bersama-sama Isa.

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4:339.
226/303: Isa bertanya kepada Bani Israil: “Di manakah berkembangnya benih-benih?” “Di tanah,” jawab mereka. Isa berkata: “Sesungguhnya aku katakan kepada kalian, hikmah hanya berkembang di dalam hati yang sama dengan tanah.”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4:347.
227/303: Allah mewahyukan kepada Isa: “Apabila Aku mengamati pikiran tersembunyi dari seorang hamba, dan tidak menemukan kecintaan pada dunia ini maupun dunia nanti, maka Aku isi hatinya dengan kecintaan padaKu dan menjaganya.”

Keterangan:

Hadits qudsi di atas diriwayatkan oleh: (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din 4:349.

Rujukan silang atas hadits qudsi di atas:

  • (Abu al-Qasim) Al-Qusyairi (… - 465 H), Al-Risala al-Qusyairiyya fil ‘Ilm al-Tasawwuf [dengan sedikit variasi].
228/303: Orang meminta Isa untuk menyebut amal terbaik dari yang terbaik. Dia menjawab: “Ridha atas Allah Yang Mahakuasa dan kecintaan padaNya.”

Keterangan:

Hal di atas diriwayatkan oleh: (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din 4:349.
229/303: Isa berkata: “Berbahagialah mata yang pergi tidur tidak dengan niat untuk berdosa, dan bangun tidur dengan niat yang lain daripada berdosa.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din 4:353.
230/303: Kaum hawariyyun bertanya kepada Isa: “Ruhullah, adakah manusia lain di dunia ini yang seperti engkau?” Isa menjawab: “Ya, yaitu orang yang ucapannya adalah berdzikir pada Allah, diamnya adalah merenungkan Allah, dan dari tiap tatapannya ada ilmu yang bisa diambil; itulah orang yang seperti aku.”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din 4:411.
231/303: Dikabarkan bahwa ketika Isa baru saja duduk, seorang lelaki tua tampak menimbun tanah dengan sekop. Isa berdoa: “Ya Allah, ambillah harapan dari dia.” Lelaki tua kemudian meletakkan sekopnya, berbaring, dan dan terdiam selama satu jam. Kemudian Isa berdoa: “Ya Allah, berikanlah kembali harapan kepadanya.” Lelaki tua itu berdiri dan mulai kembali bekerja. Setelah itu Isa bertanya kepadanya, dan orang itu menjawab: “Ketika aku bekerja, jiwaku berkata: ‘Sampai kapan kau harus bekerja, orang tua?’ Maka aku melemparkan sekopku dan berbaring. Kemudian jiwaku berkata: ‘Ini adalah kebenaran dari Allah: Engkau harus mencari nafkah selama engkau hidup,’ maka aku pun kembali ke sekopku.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din 4:438.

Rujukan silang atas kisah di atas:

  • (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 248.
232/303: Isa berkata: “Jangan khawatir atas nafkah hari esok. Seandainya besok adalah hari yang dtakdirkan untuk kalian, maka nafkahnya akan datang sendiri kepada kalian. Jika tidak begitu, maka jangan khawatirkan masa yang ditakdirkan untuk orang lain itu.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din 4:442.
233/303: Isa berkata kepada kaum hawariyyun: “Berdoalah kepada Allah agar Dia memudahkan untukku [dalam menerima] penderitaan ini, yaitu kematian, karena aku begitu sangat belajar menakuti kematian sehingga aku benar-benar mengenalinya.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din 4:446.

Catatan:

Bandingkan Matius 26:39 dan Lukas 22:42 dst.
234/303: Diriwayatkan bahwa Isa berjalan melewati sebuah tengkorak yang ia sentuh dengan kaki dan ia ajak bicara: “Bicaralah, dengan izin Allah!” Tengkorak itu menjawab: “Ruhullah, aku adalah seorang raja dari zaman sekian. Ketika aku duduk di atas tahtaku, dengan mahkota di atas kepalaku, dikelilingi oleh para prajuritku dan para abdi dalemku, muncullah malaikat maut di depanku. Semua bagian tubuhku lepas dariku satu demi satu, dan akhirnya keluarlah nyawaku. Oh seandainya saja semua kerumunan manusia ini diganti oleh kesunyian; oh seandaianya saja semua kegembiraan ini diganti oleh kepiluan.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din 4:448.
235/303: Isa berkata: “Banyak sekali orang dengan badan yang gagah, muka yang rupawan, dan lidah yang lihai bicara merintih di dasar neraka!”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ihya’ ‘Ulum al-Din 4:518.
236/303: Isa berkata kepada Yahya bin Zakaria: “Jika ada orang yang berbicara tentang engkau, dan itu benar, maka berterima kasihlah kepada Allah. Jika dia berbohong, berterima kasihlah lebih banyak, karena Allah akan memperbesar daftar amalanmu, tanpa engkau harus bersusah payah untuk itu.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Al-Tibr al-Masbuk fi Nasihat al-Muluk.

Catatan:

Ada yang memperdebatkan apakah “Al-Tibr al-Masbuk” benar-benar karya Imam Ghazali.
237/303: Isa berkata: “Di antara saat seorang manusia diusung ke penguburannya dengan saat dia diletakkan di pingir kuburannya, Allah Yang Mahakuasa dengan segala kekuasaanNya mengajukan kepadanya 40 pertanyaan. Pertama Allah berkata: ‘HambaKu, engkau telah menjaga kesucian makhluk-makhlukKu selama bertahun-tahun, tetapi engkau tidak pernah menjaga kesucian namaKu hanya sekedar satu jam saja.’ Setiap saat, ketika Allah Yang Mahakuasa memeriksa hatimu, Ia berkata: ‘Mengapa engkau melakukan sesuatu untuk yang selain Aku, sementara engkau berada di bawah naungan kasih sayangKu? Apakah engkau tuli? Apakah engkau tidak bisa mendegar?’”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ayyuha al-Walad.
238/303: Isa berjalan melewati seorang pemuda yang sedang menyirami sebuah kebun. Pemuda itu berkata: “Mintakanlah kepada Allah agar Ia memberikan kepadaku kecintaan kepadaNya seberat sebuah debu.” Isa berkata: “Engkau tidak bisa memikul berat sebuah debu.” Pemuda itu berkata: “Kalau begitu, seberat setengah debu.” Isa berdoa: “Ya Allah, berikanlah kepadanya kecintaan kepadaMu seberat setengah debu.” Setelah itu Isa melanjutkan perjalanannya. Beberapa waktu kemudian Isa mendatangi kembali tempat si pemuda itu biasanya berada. Ketika Isa mencari tahu tentang dia, Isa mendapat jawaban: “Pemuda itu menjadi gila, dan pergi ke pegunungan.” Isa berdoa kepada Allah agar Ia memberitahukan tempat di mana pemuda itu berada, dan Allah pun menunjukkan kepadanya jalan ke daerah tinggi di pegunungan. Isa menemukan pemuda itu sedang berdiri di atas sebuah batu cadas, dengan pandangan mata tak berkedip ke atas. Isa memberinya salam, tetapi si pemuda itu tidak menjawabnya. Maka Isa berkata: “Aku Isa.” Kemudian Allah mewahyukan kepada Isa: “Bagaiana mungkin seorang manusia, yang memiliki kecintaan kepadaKu seberat setengah debu, bisa mendengarkan perkataan manusia? Demi kemulianKu dan kekuasaanKu, seandainya engkau mendampingi dia, dia tidak akan merasakan keberadaanmu.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Mukasyafat al-Qulub al-Muqarrib ila Hadrat ‘Allam al-Ghuyub.
239/303: Diriwayatkan bahwa Yahya dan Isa berjalan-jalan bersama di sebuah pasar. Seorang perempuan bertabrakan dengan mereka, dan Yahya berkata: “Demi Allah yang menjadi saksiku, aku sama sekali tidak menyadarinya.” Isa berkata: “Alhamdulillah! Jasmanimu ada bersamaku, tetapi di mana hatimu?” Yahya menjawab: “Saudara sepupu, seadndainya saja hatiku menyadari adanya sesuatu selain Allah, meski hanya berlangsung sekejap mata saja, maka aku pikir hatiku tidak pernah mengenal Allah.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Mukasyafat al-Qulub al-Muqarrib ila Hadrat ‘Allam al-Ghuyub.
240/303: Diriwayatkan bahwa Isa pada suatu hari pergi dan bertemu Setan yang di satu tangan memegang madu dan di tangan lain memegang abu. Isa berkata: “Ya musuh Allah, apa yang kau lakukan dengan madu dan abu ini?” Setan menjawab: “Madu kuoleskan pada bibir tukang fitnah, agar mereka mencapai tujuan mereka. Abu kutempatkan di muka anak yatim piatu, agar manusia tidak suka melihat mereka.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Mukasyafat al-Qulub al-Muqarrib ila Hadrat ‘Allam al-Ghuyub.
241/303: Isa berkata: “Kehidupan dunia terdiri dari tiga hari: kemarin, yang tidak bisa kalian kuasai lagi; besok, yang kalian tidak tahu apakah bisa kalian capai; dan hari ini, yang seharusnya kalian pergunakan untuk tujuan baik.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Minhaj al-’Abidin.
242/303: Isa berkata: “Dengan bertafakur tentang abadinya yang abadi maka tenanglah hati kaum yang bertakwa.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Minhaj al-’Abidin.
243/303: Isa berkata kepada murid-muridnya: “Banyak lampu mati oleh angin, dan banyak manusia binasa oleh keangkuhan.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Minhaj al-’Abidin.
244/303: Diriwayatkan bahwa Isa berjalan melewati seorang laki-laki yang sedang tidur. Kepalanya teralasi sebongkah bata, muka dan janggutnya tertutupi debu, badannya terselubungi pakaian. Isa berkata: “Ya Allah, hambaMu ini tampak tercampakkan di dunia ini.” Allah kemudian berfirman: “Ya Isa, tahukah engkau bahwa jika Aku menghadapkan mukaKu ke seorang hambaKu, maka aku palingkan semua dunia darinya?”

Keterangan:

Tarif Khalidi menyebutkan bahwa kisah di atas menurut Miguel Asín y Palacios, James Robson (Christ in Islam), dan Hanna Mansur (Aqwal al-Sayyid al-Masih ‘ind al-kuttab al-muslimin al-aqdamin) diriwayatkan oleh Imam Al-Ghazali (… - 505 H), tetapi dia tidak bisa menemukan kutipan aslinya di karya-karya Imam Al-Ghazali.
245/303: Isa berkata: “Aku mempunyai dua cinta –barangsiapa yang mencintainya, maka dia mencintaiku; dan barang siapa membencinya, maka dia membenciku– [yaitu:] kemiskinan dan jihad.”

Keterangan:

Tarif Khalidi menyebutkan bahwa ucapan di atas menurut Miguel Asín y Palacios, James Robson (Christ in Islam), dan Hanna Mansur (Aqwal al-Sayyid al-Masih ‘ind al-kuttab al-muslimin al-aqdamin) diriwayatkan oleh Imam Al-Ghazali (… - 505 H), tetapi dia tidak bisa menemukan kutipan aslinya di karya-karya Imam Al-Ghazali.
246/303: Pada suatu hari Isa bersama murid-muridnya berjalan di alam bebas. Menjelang siang mereka melewati sebuah ladang gandum yang sudah siap dipanen. “Nabiyullah,” kata murid-muridnya, “kami lapar.” Allah mewahyukan kepada Isa untuk mengizinkan mereka makan. Maka murid-murid Isa menyebar di ladang itu, mengolah dan memakan gandum. Ketika mereka makan datanglah pemilik ladang dan dia berseru: “Ini adalah ladangku dan tanahku, yang aku warisi dari ayahku dana kakekku. Dengan izin siapa kalian makan [di sini]?” Isa berdoa kepada Allah agar Dia membangkitkan semua orang yang pernah memiliki ladang ini, dari zaman Adam hingga ke saat itu. Maka muncullah dari tiap batang gandum banyak sekali lelaki dan perempuan. Mereka masing-masing berseru: “Ini adalah ladangku dan tanahku, yang aku warisi dari ayahku dan kakekku!” Lelaki pemilik ladang itu kabur penuh ketakutan. Dia pernah mendengar tentang Isa tetapi tidak pernah berjumpa dengannya. Ketika dia [akhirnya] mengenali Isa, dia berkata: “Aku mohon maaf ya Nabiyullah, aku tidak mengenali engkau. Aku persilakan engkau memakai tanah dan hartaku.” Isa menangis dan berkata: “Celakalah engkau! Semua manusia ini mewarisi tanah ini dan mengolahya dan kemudian mereka mati. Engkau juga akan mengikuti mereka, mati, tanpa tanah dan harta.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar adab dari Andalusia (Muhammad bin al-Walid bin Abi Randaqa) Al-Turtusyi (… - 520 H), Siraj al-Muluk.
247/303: Dua wanita mendatangi Isa dan berkata: “Ya Ruhullah, mintakanlah kepada Allah agar Dia membangkitkan ayah kami karena dia meninggal ketika kami pergi.” Isa bertanya: “Tahukah kalian dimana kuburannya?” Mereka berkata: “Ya.” Maka Isa pergi bersama mereka, dan para wanita itu mendatangi sebuah kuburan dan berkata: “Ini dia.” Isa berdoa, dan orang yang sudah mati itu pun bangkit. Tetapi kemudian diketahui bahwa ia bukan ayah mereka. Isa berdoa lagi dan orang yang sudah meninggal itu kembali ke [dunia] orang mati. Setelah itu kedua wanita itu menunjukkan kepada Isa sebuah kuburan yang lain. Isa berdoa dan orang yang mati itu pun dibangkitkan. Kemudian diketahui bahwa dia memang ayah mereka. Kedua wanita iu mendekati Isa, menyalaminya, dan berkata: “Ya Nabiyullah dan Guru Kebajikan, mintakanlah kepada Allah agar dia bisa pergi bersama kami.” Isa menjawab: “Bagaimana mungkin aku bisa berdoa untuknya, sementara aku lihat dia tidak mungkin lagi mencari nafkah.” Karenanya Isa mengembalikan orang itu ke [dunia] orang mati dan pergi dari sana.

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar adab dari Andalusia (Muhammad bin al-Walid bin Abi Randaqa) Al-Turtusyi (… - 520 H), Siraj al-Muluk.
248/303: Di salah satu perjalanannya Isa menemukan sebuah tengkorak yang sudah termakan waktu. Isa menyuruhnya berbicara. Tengkorak itu berkata: “Ya Ruhullah, namaku adalah Balwan ibn Hafs, Raja Yaman. Aku hidup seribu tahun, mempunyai seribu anak laki-laki, memperawani seribu gadis, memukul mundur seribu pasukan hingga kocar-kacir, membunuh seribu raja lalim, dan merebut seribu kota. Kabarkanlah kepada orang yang mendengar ceritaku agar mereka jangan sampai tergoda oleh dunia, karena dunia ini tidak lain seperti sebuah mimpi orang tidur.” Isa pun menangis.

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar adab dari Andalusia (Muhammad bin al-Walid bin Abi Randaqa) Al-Turtusyi (… - 520 H), Siraj al-Muluk.

Rujukan silang atas kisah di atas:

  • (Baha’ al-Din Muhammad bin Ahmad) Al-Absyihi (… - 892 H), Al-Mustatraf fi kulli Fannin Mustazraf, 2:264.
249/303: Isa berkata: “Allah menyeru kepada dunia dengan ucapan berikut: ‘Menghambalah kepada orang yang menghamba kepadaKu, dan perbudaklah orang yang menghamba kepadamu. Ya dunia, lewatlah dengan cepat dari para auliya’Ku agar mereka tidak tegoda olehmu.’”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar adab dari Andalusia (Muhammad bin al-Walid bin Abi Randaqa) Al-Turtusyi (… - 520 H), Siraj al-Muluk.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu al-Hasan ‘Ali bin Muhammad al-Basri) Al-Mawardi (… - 450 H), Adab al-Dunya wa al-Din;
  • (Baha’ al-Din Muhammad bin Ahmad) Al-Absyihi (… - 892 H), Al-Mustatraf fi kulli Fannin Mustazraf, 2:265.
250/303: Diriwayatkan bahwa Isa datang ke sebuah kota yang tembok bentengnya sudah runtuh, sungai-sungainya mengering, dan pohon-pohonnya mati. Isa berseru: “Hai reruntuhan, di manakah pendudukmu?” Tidak ada yang menjawab. Isa menyeru lagi: “Hai reruntuhan, di mana pendudukmu?” Sebuah suara berkata kepada Isa: “Mereka sudah mati, dan sekarang bumilah yang memiliki mereka. Amal mereka telah menjadi belenggu di leher mereka hingga hari akhir nanti. Ya Isa ibn Maryam, berusahalah untuk dirimu!”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar adab dari Andalusia (Muhammad bin al-Walid bin Abi Randaqa) Al-Turtusyi (… - 520 H), Siraj al-Muluk.

Catatan:

Bandingkan juga dengan QS Ar-Rad 5, Saba’ 33, dan Al Mu’min 71 yang menyebutkan dibelenggunya leher orang-orang kafir di hari akhir.
251/303: Isa berkata: “Seorang penguasa tidak boleh bejad, karena orang mengharapkan dari dia hilm [1]; dan juga tidak boleh lalim, karena orang mengharapkan dari dia keadilan.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar adab dari Andalusia (Muhammad bin al-Walid bin Abi Randaqa) Al-Turtusyi (… - 520 H), Siraj al-Muluk.

Catatan kaki:

[1] ‘hilm’ artinya ‘pengendalian diri’.
252/303: Salah seorang murid Almasih meninggal, dan murid-muridnya yang lain sangat bersedih hati. Mereka menyampaikan kegundahan mereka kepada Almasih yang sedang berdiri di kuburan muridnya dan berdoa. Allah membangkitkan murid yang meninggal ini, dan kakinya [tampak] memakai terompah dari api. Almasih menanyakan penyebab ini kepadanya, dan dia pun berkata: “Aku bersumpah demi Allah, aku tidak pernah berbuat dosa kepada orang lain; tetapi suatu kali aku melihat seseorang yang sedang dizhalimi, dan aku tidak menolongnya; karena inilah aku harus memakai terompah ini.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar adab dari Andalusia (Muhammad bin al-Walid bin Abi Randaqa) Al-Turtusyi (… - 520 H), Siraj al-Muluk.
253/303: Almasih berkata: “Apa artinya kesabaran jika orang tidak sabar atas ‘jahl’ [1]? Apa artinya kekuatan jika orang tidak bisa menahan amarahnya? Apa artinya ibadah jika orang tidak berendah diri di hadapan Allah Yang Mahakuasa? Jika orang-orang dungu mulai beribadah kepada Allah, mereka datang di saat yang tidak tepat, dan menempati tempat yang lebih tinggi daripada yang menjadi hak mereka. Jika masalah datang, nasihat bijak hilang.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar adab dari Andalusia (Muhammad bin al-Walid bin Abi Randaqa) Al-Turtusyi (… - 520 H), Siraj al-Muluk.

Catatan kaki:

[1] ‘jahl’ di sini bisa diartikan ‘ketidaktahuan’ atau juga ‘kekerasan’.
254/303: Dari sebuah tempat yang tinggi Isa memandang ke bawah ke arah Ghouta [1] di Damaskus dan berkata: “Ya Ghouta, orang kaya tidak akan bisa mencari harta di tempatmu, tetapi orang miskin akan memperoleh darimu cukup roti untuk bisa kenyang.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh sejarawan (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Tarikh Madinat Dimasyq 1/1:117.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Mahmud bin ‘Umar) Al-Zamakhsyari (… - 538 H), Rab’ al-Abrar, 1:259.

Catatan kaki:

[1] Ghouta adalah sebuah wilayah subur di sebelah barat Damaskus.
255/303: Isa berkata: “Ambillah kebenaran dari [ucapan] orang yang biasanya mengatakan kedustaan, tetapi jangan ambil kedustaan dari [ucapan] orang yang biasanya mengatakan kebenaran. Berhati-hatilah jika kalian berkata agar perkataan kalian tidak mengandung sesuatu yang bisa dipalsukan.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh sejarawan (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih 176.
256/303: Isa biasa berkata: “Barang siapa yang berdoa dan berpuasa, tetapi tidak bertaubat dari dosa, akan dikategorikan sebagai pendusta di Kerajaan Tuhan.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh sejarawan (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih 196.
257/303: Isa berkata: “Orang tidak akan tahu makna sesungguhnya dari iman hingga dia merasa muak bila dipuji karena ketaatannya kepada Allah.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh sejarawan (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 200.
258/303: Isa berkata: “Biarkan orang yang beramal baik menantikan pahalanya, dan biarkan orang yang meramal buruk tidak terkejut mendapatkan siksaannya. Orang yang mengambil kekuasaan secara tidak sah akan Allah biarkan mewarisi kehinaan, dan orang yang mengumpulkan kekayaan secara tidak sah akan Allah biarkan mewarisi kemiskinan.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh sejarawan (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 203.
259/303: Seorang laki-laki bertanya kepada Isa: “Siapakah di antara manusia yang paling baik?” Isa mengambil 2 genggam debu dan berkata: “Siapakah di antara kedua genggam debu ini yang paling baik? Manusia terbuat dari debu, dan yang paling mulia di antara mereka adalah yang paling bertakwa.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh sejarawan (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 204.

Rujukan silang atas kisah di atas:

  • (Baha’ al-Din Muhammad bin Ahmad) Al-Absyihi (… - 892 H), Al-Mustatraf fi kulli Fannin Mustazraf, 2:12.

Catatan:

Bandingkan juga ayat QS Al-Hujurat 13 “Inna akramakum ‘indallahi atqaakum.”
260/303: Isa biasa berkata: “Tak ada sesuatu yang baik keluar dari sebuah ilmu yang tidak mendampingimu di saat-saat kritis [di dalam hidupmu] atau tidak membuatmu menyumbangkan sesuatu untuk umat manusia.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh sejarawan (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 224
261/303: Allah mewahyukan kepada Isa: “Bila orang malas tertawa, oleskan kilauan tombak kesedihan di mata [-mu].”

Keterangan:

Hadits qudsi di atas diriwayatkan oleh sejarawan (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 73.

Catatan:

“Kilauan tombak” di atas adalah terjemahan dari kata “kuhl”.
262/303: Maryam berkata: “Ketika aku mengandung Isa, aku senantiasa mendengar Isa bertahmid di dalam diriku jika ada orang berbicara denganku di rumahku. Jika aku sendiri dan tak ada orang lain di sekitarku, aku berbicara dengannya dan dia denganku, sementara dia masih berada di dalam rahimku.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh sejarawan (Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hasan) Ibn ‘Asakir (… - 571 H), Sirat al-Sayyid al-Masih, 6.
263/303: Diriwayatkan bahwa Isa berkata: “Ya Allah, bagaimana aku bisa bersyukur kepadaMu sementara rasa syukurku adalah pemberian yang kuterima dariMu yang harus aku syukuri pula?” Allah menjawab: “Kalau kau tahu itu, engkau telah bersyukur kepadaKu.”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh ulama Andalusia (Abu al-Hajjaj Yusuf bin Muhammad) Al-Balawi (… - 604 H), Kitab Alif Ba’, 1:370-371.

Rujukan silang atas percakapan di atas:

  • (Abu Bakr ‘Abdallah bin Muhammad) Ibn ‘Abi al-Dunya (… - 281 H), Mausu’at Rasa’il Ibn Abi al-Dunya 3:11-12 [dengan sedikit variasi; dinisbatkan kepada Nabi Daud dan Musa as.]
264/303: Maryam berada di Baitulmaqdis bersama sepupunya Yusuf, yang melayaninya dan berbicara dengannya di balik sebuah tembok. Yusuf adalah orang pertama yang mengetahui kehamilan Maryam, dan dia menjadi gundah dan sedih karena dia khawatir orang akan menganggap dia bersalah dan telah berbuat sesuatu yang mengotori namanya. Maka berkatalah Yusuf kepada Maryam: “Maryam, bisakah ada tumbuhan tanpa benih?” “Ya,” jawab Maryam. “Bagaimana mungkin?” tanya Yusuf. “Allah,” kata Maryam, “menciptakan tumbuhan pertama tanpa benih. Tapi mungkin engkau akan berkata: ‘Seandainya Allah tidak merekayasa bantuan benih, tentu akan terlalu sulit bagiNya.’” “Na’udzubillah!” kata Yusuf. Kemudian Yusuf berkata kepada Maryam: “Bisakah sebuah pohon tumbuh tanpa air dan hujan?” Maria menjawab: “Tidakkah kau tahu bahwa benih, tumbuhan, air, hujan, dan pepohonan mempunyai satu pencipta?” Maka Yusuf bertanya sekali lagi: “Bisakah ada anak-anak atau kehamilan tanpa seorang laki-laki?” “Ya,” jawab Maryam. “Bagaimana mungkin?” tanya Yusuf. “Tidakkah kau tahu bahwa Allah menciptakan Adam dan isterinya Hawa tanpa kehamilan, tanpa seorang laki-laki dan tanpa seorang ibu?” “Ya,” jawab Yusuf yang kemudian menambahkan: “Katakan kepadaku, apa yang terjadi denganmu?” Maryam berkata: “Allah telah membawakan kepadaku kabar baik tentang kalimatullah yang bernama Almasih Isa bin Maryam.”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh ulama Andalusia (Abu al-Hajjaj Yusuf bin Muhammad) Al-Balawi (… - 604 H), Kitab Alif Ba’, 1:406.
265/303: Isa berkata: “Sabarlah atas omongan orang yang kurang ajar, maka kalian akan mendapatkan ganjaran sepuluh kali lipat.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh ulama Andalusia (Abu al-Hajjaj Yusuf bin Muhammad) Al-Balawi (… - 604 H), Kitab Alif Ba’, 1:464.
266/303: Isa berkata: “Ya Bani Israil, janganlah makan dengan berlebihan, karena barang siapa makan berlebih-lebihan akan tidur dengan berlebih-lebihan pula, dan barangsiapa tidur berlebih-lebihan akan sedikit berdoa, dan barang siapa sedikit berdoa akan termasuk orang-orang yang lalai.”

Keterangan:

  • Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits dari kaum Syi’i (Abu al-Husain) Warram bin Abi Firas (… - 606 H), Majmu’at Warram: Tanbih al-Khawatir wa Nuzhat al-Nawazir.
267/303: Allah mewahyukan kepada Isa: “Bersikap lembutlah terhadap manusia sebagaimana bumi di bawah kaki mereka, bersikap pemurahlah kepada mereka sebagaimana air yang mengalir, bersikap penyayanglah sebagaimana matahari dan bulan yang terbit baik untuk orang baik maupun yang jahat.”

Keterangan:

Hadits qudsi di atas diriwayatkan oleh pakar hadits dari kaum Syi’i (Abu al-Husain) Warram bin Abi Firas (… - 606 H), Majmu’at Warram: Tanbih al-Khawatir wa Nuzhat al-Nawazir.
268/303: Isa berkata: “Bagaimana mungkin seorang jadi ‘ulama sementara dia tahu akan kehidupan setelah matinya tapi upaya hidupnya tetap diarahkan ke dunia ini, dan dia menyukai apa yang merugikannya dan bukan yang menguntungkannya?”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits dari kaum Syi’i (Abu al-Husain) Warram bin Abi Firas (… - 606 H), Majmu’at Warram: Tanbih al-Khawatir wa Nuzhat al-Nawazir.
269/303: Isa menyediakan makanan untuk murid-muridnya. Setelah mereka makan Isa mencuci tangan dan kaki mereka. Mereka berkata: “Ruhullah, itu seharusnya kami lakukan [sendiri].” Isa menukas: “Aku melakukakn ini agar kalian [juga] melakukannya pada orang-orang yang kalian beri pelajaran.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar hadits dari kaum Syi’i (Abu al-Husain) Warram bin Abi Firas (… - 606 H), Majmu’at Warram: Tanbih al-Khawatir wa Nuzhat al-Nawazir, 1:83.

Catatan:

Bandingkan Yoh 13:1-16.
270/303: Isa berkata: “Beban hidup ini dan hidup nanti telah menjadi berat. Mengenai beban hidup ini; janganlah kalian mnegulurkan tangan ke dalamnya tanpa mengetahui bahwa ada orang liar yang telah mendahului kalian melakukannya. Mengenai beban hidup nanti: kalian tidak akan menemukan seorang pun yang akan membantu kalian di dalam mengatasinya.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits dari kaum Syi’i (Abu al-Husain) Warram bin Abi Firas (… - 606 H), Majmu’at Warram: Tanbih al-Khawatir wa Nuzhat al-Nawazir, 2:146.
271/303: Isa berkata: “Ya Rabbi, beritakanlah kepadaku tentang umat yang memperoleh rahmatMu!” Allah berfirman: “Itu adalah umat Muhammad, umat yang penuh dengan para ‘ulama, umat yang bertakwa, beriman, menguasai diri, berhati bersih, serta bijaksana seolah-olah mereka itu para nabi. Mereka sudah cukup puas dengan sedikit rahmat dariKu, dan Aku pun cukup puas dengan beberapa amal shalih mereka. Aku akan mengantarkan mereka ke surga karena mereka berkata: ‘Tidak ada tuhan selain Allah.’ Ya Isa, mereka adalah penghuni surga yang terbanyak karena tidak ada lidah yang lebih merendahkan diri seperti mereka ketika berkata ‘Tidak ada tuhan selain Allah,’ dan tidak ada leher yang lebih merendah diri karena ruku’nya mereka.”

Keterangan:

Dialog di atas diriwayatkan oleh tokoh sufi (Syihab al-Din ‘Umar) Al-Suhrawardi (… - 632 H), Awarif al-Ma’arif, 2:159.
272/303: Diriwayatkan bahwa Isa berkata: “Allah Yang Mahakuasa membenci orang yang banyak tertawa tanpa alasan dan yang banyak mondar-mandir tanpa tujuan, dan Dia juga membenci orang yang menyinggung kitab suci di antara kelakar dan sendau gurau.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh tokoh sufi (Syihab al-Din ‘Umar) Al-Suhrawardi (… - 632 H), Awarif al-Ma’arif, 2:243.
273/303: Diriwayatkan bahwa Isa berkata: “Barangsiapa tidak dilahirkan dua kali, maka tidak akan masuk ke Kerajaan Langit [1].”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh tokoh sufi (Syihab al-Din ‘Umar) Al-Suhrawardi (… - 632 H), Awarif al-Ma’arif, 1:174.

Catatan kaki:

[1] ‘Kerajaan Langit’ artinya surga, tetapi makna ‘dua kali dilahirkan’ bisa ditafsirkan bermacam-macam.
274/303: Beberapa orang bertamu ke Isa. Isa menyuguhkan mereka roti dan cuka, dan berkata: “Seandainya aku mempunyai kebiasan untuk memuliakan setiap tamuku, maka aku akan memuliakan kalian.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh ‘ulama fiqh dari Damaskus (Abu al-Faraj ‘Abd ar-Rahman bin Najm) Ibn al-Hanbali (… - 634 H), Al-Istis’ad biman Laqaituhu min Shalihi al-’Ibad fi al-Bilad.

Catatan:

Tampaknya kisah di atas menekankan bagaimana sederhananya hidup Isa sehingga dia hanya bisa menyuguhkan cuka dan roti kepada para tamunya.
275/303: Isa berkata: “Bersikaplah kepada manusia sedemikian rupa sehingga ketika kalian masih hidup mereka rindu akan kalian, dan ketika kalian sudah meninggal mereka menangisi kalian.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar sufisme paling masyhur (Abu ‘Abdallah Muhyi al-Din Muhammad bin ‘Ali) Ibn ‘Arabi (… - 638 H), Muhadarat al-Abrar wa Musamarat al-Akhbar fi al-Adabiyyat wa al-Nawadir wa al-Akhbar, 2:2.
276/303: Isa berkata kepada para ‘ulama fiqh [1]: “Kalian berada di tengah-tengah jalan menuju hidup yang kekal, tetapi kalian tidak mengukur jalan ini dengan tepat hingga ujungnya, dan juga kalian tidak mengizinkan orang lain untuk melakukannya. Rugilah orang yang tertipu oleh kalian!”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar sufisme paling masyhur (Abu ‘Abdallah Muhyi al-Din Muhammad bin ‘Ali) Ibn ‘Arabi (… - 638 H), Muhadarat al-Abrar wa Musamarat al-Akhbar fi al-Adabiyyat wa al-Nawadir wa al-Akhbar, 2:30.

Catatan kaki:

[1] Dalam konteks zaman Isa barangkali terjemahan yang lebih tepat adalah ‘pakar Taurat’.
277/303: Diriwayatkan bahwa Isa berjalan melewati empat ratus ribu wanita yang menunjukkan penyesalan mereka dan memakai pakaian dari bulu kasar dan bulu domba. Isa bertanya: “Apa yang menyebabkan kalian berubah?” Mereka menjawab: “Mengingat api nerakalah yang membuat kami berubah ya Ibnu Maryam. Barangsiapa yang jatuh ke api neraka tidak akan mendapatkan pendingin ataupun minuman penghilang dahaga.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar sufisme paling masyhur (Abu ‘Abdallah Muhyi al-Din Muhammad bin ‘Ali) Ibn ‘Arabi (… - 638 H), Muhadarat al-Abrar wa Musamarat al-Akhbar fi al-Adabiyyat wa al-Nawadir wa al-Akhbar, 2:253.
278/303: Setan muncul di hadapan Isa dalam sosok seorang lelaki tua. “Ya Ruhullah, katakanlah: ‘Tidak ada tuhan selain Allah,’” pinta setan dengan harapan bahwa Isa bisa mematuhi dia. Isa menjawab: “Aku mengucapkannya –tetapi bukan karena kamu menyuruhnya–: Tidak ada tuhan selain Allah.” Setanpun berlalu dari sana.

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar sufisme paling masyhur (Abu ‘Abdallah Muhyi al-Din Muhammad bin ‘Ali) Ibn ‘Arabi (… - 638 H), Al-Futuhat al-Makiyya, 1:368-369.

Catatan:

Bandingkan ‘Jesus’ Sayings and Stories …” nomer 206.
279/303: Isa berkata kepada Bani Israil: “Ketahuilah bahwa hubungan kehidupan kalian sekarang dengan kehidupan kalian setelah mati adalah laksana terbitnya kalian dengan terbenamnya kalian. Makin mendekat kalian ke timur maka makin menjauh kalian dari barat, dan makin mendekat kalian ke barat maka makin menjauh kalian dari timur.” Dengan perumpamaan ini Isa mengingatkan mereka bahwa mereka bisa mendekatkan diri ke kehidupan setelah mati dengan beramal shalih.

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar sufisme paling masyhur (Abu ‘Abdallah Muhyi al-Din Muhammad bin ‘Ali) Ibn ‘Arabi (… - 638 H), Al-Futuhat al-Makiyya, 4:662.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu al-Ma’ali Muhammad bin al-Hasan) Ibn Hamdun (… - 562 H), Al-Tadzkira al-Hamduniyya; - (Mahmud bin ‘Umar) Al-Zamakhsyari (… - 538 H), Rab’ al-Abrar, 1-45 [dinisbatkan ke 'Ali];
  • (Abu al-Husain) Warram bin Abi Firas (… - 606 H), Majmu’at Warram: Tanbih al-Khawatir wa Nuzhat al-Nawazir, 2:24.
280/303: Isa mengingatkan para pengikutnya dengan cara sebagai berikut: “Larilah dari dunia dengan cara berpuasa, dan bukalah puasa kalian pada saat kematian. Jadilah seperti orang yang merawat luka-lukanya dengan obat agar luka ini tidak menekannya. Sering berpikirlah tentang kematian, karena kematian datang dengan cepat pada kaum yang beriman, dengan membawa kebaikan yang tidak diikuti oleh keburukan; sementara dia membawa kepada kaum yang jahat keburukan yang tidak dikuti oleh kebaikan.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar sufisme paling masyhur (Abu ‘Abdallah Muhyi al-Din Muhammad bin ‘Ali) Ibn ‘Arabi (… - 638 H), Al-Futuhat al-Makiyya, 4:663.
281/303: Isa bertemu setan dan berkata kepadanya: “Aku bertanya kepadamu dengan nama Allah Yang Mahahidup dan Mahakekal, apa yang membuatmu sakit?” Setan menjawab: “Ringkikan kuda di jalan Allah.”

Keterangan:

Dialog di atas diriwayatkan oleh penulis tarikh (Syams al-Din Yusuf bin Quzughli) Sibt Ibn al-Jauzi (… - 654 H), Mir’at al-Zaman, 8:494.
282/303: Al-’Uris melihat di dalam tidurnya Almasih Isa Ibnu Maryam yang menghadapkan mukanya dari langit ke arah Al-’Uris. Al-’Uris bertanya kepada Isa: “Apakah penyaliban benar-benar terjadi?” Isa menjawab: “Ya, penyaliban memang terjadi.” Al-’Uris menceritakan mimpinya kepada penafsir mimpi yang kemudian berkata: “Orang yang memimpikan ini akan disalib. Isa tidak mungkin keliru dan karenanya hanya bisa mengatakan yang haq, maka penyaliban yang dikatakannya tidak menimpa dirinya karena Al-Quran yang agung mengatakan dengan jelas bahwa Isa tidak disalib ataupun dibunuh. Karena itu penyaliban ini berkaitan dengan yang bemimpi, dan dialah yang nanti akan disalib.” Dan memang terjadilah apa yang dikatakan oleh penafsir mimpi ini.

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Jamal al-Din Muhammad bin Salim) Ibn Wasil (… - 697 H), Mufarrij al-Kurub fi Akhbar Bani Ayyub, 1:248 (sebuah kitab tarikh tentang Daula Ayyubi –keluarga Shalahuddin al-Ayyubi– dan perang mereka melawan tentara salib).

Rujukan silang atas kisah di atas:

  • (Baha’ al-Din Muhammad bin Ahmad) Al-Absyihi (… - 892 H), Al-Mustatraf fi kulli Fannin Mustazraf, 2:83 [variasinya].

Catatan:

  • Menurut Tarif Kahlidi, Al-’Uris adalah seseorang yang memang pernah hidup.
283/303: Isa berkata: “Ya kaum hawariyyun, emas adalah penyebab kegembiraan di dunia ini dan penyebab penderitaan di dunia nanti. Sesungguhnya aku katakan kepada kalian: orang kaya tidak akan memasuki Kerajaan Langit.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh penulis tarikh Taj al-Din al-Subki (… - 771 H), Tabaqat al-Syafi’iyya, 4:134.

Catatan:

Lihat juga Matius 19:23-24; ‘kerajaan langit’ artinya ’surga’.
284/303: Ahli tarikh dan para biograf meriwayatkan bahwa di zaman Isa hidup seorang laki-laki dari Bani Israil bernama Ishaq yang beristrikan sepupunya yang merupakan salah satu wanita paling cantik di zamannya. Ishaq sangat mencintai isterinya, tetapi dia kemudian meninggal dan karenanya Ishaq terus menerus berada di kuburan isterinya yang selalu dia kunjungi. Pada suatu hari Isa lewat di sana dan melihat Ishaq sedang menangis di kuburan isterinya. “Mengapa engkau menangis?” tanya Isa. Ishaq menjawab: “Ya Ruhullah, aku mempunyai sepupu yang kemudian menjadi isteriku dan sangat aku cintai. Dia telah meninggal, dan ini kuburannya. Aku tidak bisa menanggung derita harus berpisah dari dia, kematiannya adalah kematianku pula.” Isa bertanya kepadanya: “Maukah engkau aku bangkitkan isterimu untukmu, dengan izin Allah?” “Tentu Ruhullah.” jawab Ishaq. Maka Isa berdiri di dekat kuburan itu dan berkata: “Bangkitlah dengan izin Allah, engkau yang berada di dalam kuburan ini!” Kuburan itu terbuka dan seorang hamba hitam keluar dari dalamnya, dengan hidung, mata, dan lubang-lubang tubuh lainnya mengeluarkan api sembari berkata: “Tidak ada tuhan selain Allah, dan Isa adalah Ruhullah, Kalimatullah, hamba Allah, dan Nabiyullah.” Ishaq berkata: “Ya Ruhullah dan Kalimatullah, ini bukan kuburan isteriku; kuburan isteriku yang ini,” katanya sambil menunjuk ke sebuah kuburan lain. Isa berkata kepada orang hitam itu: “Kembalilah ke tempat asalamu.” Orang itu rebah dan mati, dan Isa menguburkannya kembali di kuburannya. Kemudian Isa pergi ke kuburan yang satu lagi dan berkata: “Bangkitlah dengan izin Allah, engkau yang berada di dalam kuburan ini!” Isteri Ishaq bangkit dan kemudian membersihkan debu dari wajahnya. “Inikah isterimu?” tanya Isa. “Ya, Ruhullah,” jawab Ishaq. “Peganglah tangannya dan bawa dia pergi dari sini,” kata Isa. Maka Ishaq pun membawa isterinya pergi dari sana. Dia kemudian merasakan kantuk dan berkata kepada isterinya: “Menunggui kuburamu telah membuatku letih, aku ingin istirahat sebentar.” “Silakan,” jawab isterinya. Maka dia pun merebahkan diri dan tertidur dengan kepala di atas pangkuan paha isterinya. Ketika dia tertidur lewatlah anak raja. Dia tampan dan elok serta menunggangi seekor kuda yang gagah. Ketika isteri Ishaq melihat anak raja ini, dia segera diliputi oleh rasa cinta buta. Dia pun berdiri dan bergegas ke anak raja. Ketika anak raja melihatnya, dia pun jatuh cinta padanya. Isteri Ishaq mendekatinya sambil berkata: “Bawalah aku!” Sang anak raja pun mengangkat dna mendudukkan dia di atas kuda di belakang dia, dan pergi dari situ. Ketika Ishaq terbangun dia menengok ke sekeliling tetapi tidak melihat isterinya. Maka dia pun pergi mencarinya. Dia mengikuti kuda anak raja hingga dia bisa menyusulnya. Dia menghadap anak raja dan berkata: “Berikan kembali isteri dan sepupuku!” Tetapi isterinya menyangkal mengenalnya, dan berkata: “Aku adalah dayang-dayang anak raja.” “Bukan,” kata Ishaq, “kau adalah isteri dan sepupuku.” “Aku tidak mengenalmu,” kata isterinya, “aku hanya dayang-dayang anak raja.” Sang anak raja pun berkata kepada Ishaq: “Engkau hendak mencelakakan dayang-dayangku?” Ishaq menjawab: “Aku bersumpah demi Alah, dia adalah isteriku dan Isa ibnu Maryam telah membangkitkannya dari kematian dengan izin Allah.” Ketika mereka adu mulut, Isa datang. Ishaq berkata kepada Isa: “Ruhullah, inikah isteriku yang telah engkau bangkitkan dengan izin Allah?” “Ya,” jawab Isa. Wanita itu berkata: “Ya Ruhullah, dia berbohong, aku adalah dayang-dayang anak rajha.” Anak raja menambahkan: “Ini memang dayang-dayangku.” Isa bertanya kepada wanita itu: “Bukankah engkau wanita yang telah aku bangkitkan dengan izin Allah?” “Bukan ya Ruhullah, Allah saksinya,” jawab dia. Isa berkata: “Maka kembalikan kepada kami apa yang telah kami berikan kepadamu.” Wanita itu rebah dan mati. Isa berkata: “Barang siapa yang ingin melihat laki-laki yang diwafatkan Allah dalam keadaan kafir, kemudian dibangkitkan, dan diwafatkan lagi dalam keadaan muslim, maka perhatikanlah si laki-laki hitam. Barang siapa yang ingin melihat wanita yang diwafatkan Allah dalam keadaan beriman, dibangkitkan, dan diwafatkan lagi dalam keadaan kafir, maka lihatlah wanita ini.” Ishaq si laki-laki Israil kemudian bersumpah bahwa dia tidak akan menikah lagi, dan bergelandang di belantara sambil menangis.

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Kamal al-Din Muhammad bin Musa) Al-Damiri (… - 808 H), Hayat al-Hayawan al-Kubra, 1:202-203.
285/303: Isa bertemu dengan setan yang sedang menuntun lima keledai yang membawa beban. Isa bertanya kepada setan beban apa yang dibawa keledai, dan setan menjawab: “Barang yang aku cari pembelinya?” “Barang apa?” tanya Isa. “Yang satu adalah penindasan,” jawab setan. “Siapa yang membeli ini?” tanya Isa. “Penguasa,” jawab setan. “Barang kedua adalah kesombongan.” “Siapa pembelinya?” tanya Isa. “Para pemuka daerah.” “Yang ketiga adalah dengki.” “Siapa yang membeli?” tanya Isa. “Para ulama,” jawab setan. “Yang keempat adalah ketidakjujuran.” “Siapa pembelinya?” “Para pedagang,” jawab setan. “Dan yang kelima adalah penipuan.” “Siapa yang membeli ini?” tanya Isa. “Perempuan,” jawab setan.

Keterangan:

Dialog di atas diriwayatkan oleh (Kamal al-Din Muhammad bin Musa) Al-Damiri (… - 808 H), Hayat al-Hayawan al-Kubra, 1:225.

Rujukan silang atas dialog di atas:

  • (Baha’ al-Din Muhammad bin Ahmad) Al-Absyihi (… - 892 H), Al-Mustatraf fi kulli Fannin Mustazraf, 2:215.
286/303: Isa berjalan melewati seorang pawang ular yang sedang mengejar seekor ular. Si ular berkata: “Ya Ruhullah, katakan kepada orang ini bahwa kalau dia tidak membiarkanku hidup tenang aku akan memotong-motongnya.” Ketika si pawang ular kembali Isa melihat ular tadi sudah berada di keranjang si pawang. “Bukankah engkau telah berkata kepadaku bahwa engkau akan memotong-motong orang ini? Bagaimana mungkin engkau berakhir di tempat ini?” “Ya Ruhullah,” jawab si ular, “dia telah memberikan janji kepadaku, tetapi dia melanggar janjinya. Ganjaran atas khianat janji akan lebih keji daripada bisaku.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh (Kamal al-Din Muhammad bin Musa) Al-Damiri (… - 808 H), Hayat al-Hayawan al-Kubra, 1:252.
287/303: Ketika Isa Ibnu Maryam dan Yahya bin Zakariyya sedang berjalan mereka melihat seeokor kambing liar yang sedang melahirkan anaknya. Isa berkata kepada Yahya: “Ucapakanlah perkataan ini: Hannah melahirkan Yahya, Maryam melahirkan Isa. Bumi memanggil kamu, Nak. Keluarlah, Nak!” [Komentar Al-Damiri:] Tiap wanita yang sedang melahirkan, yang diberikan ucapan ini, dengan izin Allah akan segera mengeluarkan bayinya. Yahya adalah orang pertama yang meyakini dan mempercayai Isa. Mereka adalah saudara sepupu, anak dari bibi dari pihak ibu. Yahya lebih tua enam bulan daripada Isa. Kemudian Yahya terbunuh sebelum Isa naik ke langit.

Keterangan:

Hal di atas diriwayatkan oleh (Kamal al-Din Muhammad bin Musa) Al-Damiri (… - 808 H), Hayat al-Hayawan al-Kubra, 2:40.
288/303: Isa berkata: “Bila seseorang mengusir pengemis dengan tangan hampa maka para malaikat tidak akan mengunjungi rumahnya tujuh hari lamanya.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Baha’ al-Din Muhammad bin Ahmad) Al-Absyihi (… - 892 H), Al-Mustatraf fi kulli Fannin Mustazraf, 1:9.
289/303: Isa berkata: “Aku merawat orang yang berpenyakit kusta serta orang buta dan menyembuhkan keduanya. Aku merawat orang dungu dan dia membuatku putus asa. Menghadapi orang dungu [sebaiknya] dengan diam.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh (Baha’ al-Din Muhammad bin Ahmad) Al-Absyihi (… - 892 H), Al-Mustatraf fi kulli Fannin Mustazraf, 1:16.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Ayyuha al-Walad [versi lebih pendek].
290/303: Seorang laki-laki berkata kepada Isa: “Berikan aku pelajaran!” Isa menjawab: “Perhatikanlah dari mana rotimu datang!”

Keterangan:

Percakapan di atas diriwayatkan oleh pemikir sufisme (Abd al-Wahab bin Ahmad al-Mishri) Al-Sya’rani (… - 973 H), Al-Tabaqat al-Kubra, 1:53.
291/303: Isa melewati seorang lelaki pembuat pelana yang sedang berdoa dan berkata di dalam doanya: “Ya Allah, seandainya aku tahu di mana keledai yang Engkau tunggangi maka aku akan membuatkan untuknya sebuah pelana yang dipenuhi oleh batu permata.” Isa menggoyang-goyangkan badan lelaki itu sambil berkata: “Celakalah engkau, memangnya Allah Yang Mahakuasa mempunyai keledai?” Allah berfirman kepada Isa: “Biarkanlah dia, karena dia telah mengagungkanKu dengan cara yang paling baik menurutnya.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pemikir sufisme (Abd al-Wahab bin Ahmad al-Mishri) Al-Sya’rani (… - 973 H), Lata’if al-Minan wa al-Akhlaq.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Kamal al-Din Muhammad bin Musa) Al-Damiri (… - 808 H), Hayat al-Hayawan al-Kubra, 1:229 [variasi].
292/303: Setan mengajukan pertanyaan kepada Isa: “Bisakah Tuhanmu mengatur sedemikian rupa sehingga alam ini berada di sebuah telur tetapi dunia tidak menjadi kecil dan telur tidak menjadi besar?” Isa menjawab: “Celakalah engkau! Ketidakmampuan tidak bisa disifatkan kepada Allah. Siapakah yang lebih perkasa daripada Dia yang bisa membuat dunia ini indah dan lembut dan membuat telur membesar?”

Keterangan:

Dialog di atas diriwayatkan oleh pakar hadits dari kaum Syi’i (Mulla Muhammad Baqir) Majlisi (… - 1110 H), Bihar al-Anwar, 4:142.
293/303: Isa berkata: “Dinar itu penyakit agama, dan ‘ulama adalah dokternya agama. Bila kalian lihat si dokter terjangkiti penyakit ini, berhatilah-hatilah padanya, dan ketahuilah bahwa dia tidak pantas untuk memberikan nasihat kepada orang lain.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits dari kaum Syi’i (Mulla Muhammad Baqir) Majlisi (… - 1110 H), Bihar al-Anwar, 14:319.
294/303: Isa berkata: “Apa gunanya untuk seorang manusia jika dia menjual jiwanya untuk semua yang ada di dunia dan kemudian dia mewariskan semua ini kepada orang lain sementara dia sendiri menjatuhkan jiwanya ke dalam kehancuran. Bahagialah orang yang menyelamatkan jiwanya dan memprioritaskan jiwanya atas semua yang ada di dunia.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits dari kaum Syi’i (Mulla Muhammad Baqir) Majlisi (… - 1110 H), Bihar al-Anwar, 14:329.
295/303: Isa berdiri untuk menyeru kepada Bani Israil. Dia berkata: “Ya Bani Israil, janganlah makan sebelum kalian lapar; dan bila kalian lapar maka makanlah, tetapi jangan sampai kenyang, karena kalau kalian kenyang maka tengkuk kalian membesar dan pinggul kalian menggemuk, dan kalian akan melupakan Tuhan kalian.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits dari kaum Syi’i (Mulla Muhammad Baqir) Majlisi (… - 1110 H), Bihar al-Anwar, 66:337.

Catatan:

Bandingkan juga ‘Jesus’ Sayings …’ nomer 266.
296/303: Isa berkata: “Tidak ada penyakit hati yang lebih buruk daripada kekejaman, dan bagi ruh tidak ada yang lebih tidak bisa ditanggung daripada hilangnya lapar. Kedua hal ini adalah kendali dari pengasingan dan pengucilan.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh pakar hadits dari kaum Syi’i (Mulla Muhammad Baqir) Majlisi (… - 1110 H), Bihar al-Anwar, 66:337.

Catatan:

Tarif Khalidi menyebut ucapan di atas tidak begitu terang maknanya.
297/303: Isa mengutus dua dari pengikutnya untuk menyampaikan risalahnya. Satu dari dua orang ini ketika kembali tampak seperti pipa air yang mengering, sementara yang satunya lagi gemuk dan gempal. Isa bertanya kepada yang pertama: “Mengapa kamu bisa menjadi seperti ini?” Orang itu menjawab: “Karena takwa.” Kemudian Isa bertanya kepada orang yang kedua: “Mengapa kamu menjadi seperti ini?” Orang itu menjawab: “Karena tawakkal.”

Keterangan:

Kisah di atas diriwayatkan oleh pakar hadits dari kaum Syi’i (Mulla Muhammad Baqir) Majlisi (… - 1110 H), Bihar al-Anwar, 70:400.
298/303: Isa berkata: “Seandainya ini aku katakan, Engkau pasti mengetahuinya, karena Engkaulah yang berbicara dari dalam diriku. Engkaulah lidah yang dengannya aku mengatakan dengan yakin bahwa Engkau berada di dalam bentuk dan wujudku.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh sufi Palestina Abd al-Ghani al-Nabulusi (… - 1143 H).

Catatan:

Tarif Khalidi tidak bisa menemukan naskah Arab yang merupakan asal ucapan di atas. Dia mensarikan ucapan ini dari karya Asín, Mansur, dan Robson.
299/303: Isa berkata: “Celakalah kalian hamba dunia! Apa gunanya terangnya sinar matahari bagi orang buta yang tidak bisa melihat? Begitu pula tidak ada gunanya ‘ulama berilmu tinggi jika dia tidak beramal sesuai dengan ilmunya. Betapa banyaknya jenis buah-buahan, tetapi tidak semuanya bermanfaat dan bisa dimakan! Begitu pula ada betapa banyak ‘ulama, tetapi tidak semuanya mengamalkan ilmunya. Berhati-hatilah pada ‘ulama palsu, yang mengenakan baju sufi, yang merundukkan kepalanya hingga ke tanah, tetapi di balik alisnya dia menatap kalian laksana srigala. Ucapan mereka bertolak belakang dengan amalan mereka. Siapa yang bisa memetik buah anggur dari semak berduri, atau buah ara dari pohon timun pahit? Maka begitulah ucapan palsu dari ‘ulama palsu hanya membawa kepalsuan pula. Bila binatang penarik beban yang ada di alam bebas tidak diikat pemiliknya, maka dia akan lari ke tempat asal dan ke sesamanya. Demikian pula ilmu yang tidak diamalkan oleh pemiliknya akan keluar dari hatinya, meninggalkan dia, dan membuatnya tak berguna. Seperti halnya tumbuhan yang hanya bisa berkembang di air dan di tanah, maka keimananpun hanya bisa berkembang dengan ilmu dan amal. Celakalah kalian hamba dunia! Segala sesuatu mempunyai tanda sebagai pengenal dan saksi yang bisa menguntungkan atau merugikannya. Agama mempunyai tiga tanda sebagai tanda pengenal: iman, ilmu, dan amal.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh ‘ulama besar dari Yaman yang menyusun kamus bahasa Arab klasik terbesar (Muhammad Murtadha bin Muhammad al-Husaini) Al-Zabidi (… - 1205 H), Ithaf al-Sada al-Muttaqin bi Syarh Asrar Ihya’ ‘Ulum al-Din, 1:229-230.

Rujukan silang atas ucapan di atas:

  • (Ali bin Muhammad al-Baghdadi) Abu Hayyan al-Tauhidi (… - &~~SPECIAL_REMOVE!#~~gt;400 H), Al-Imta’ wa al-Mu’anasa, 2:123.
300/303: Diriwayatkan bahwa setan muncul di depan Isa dengan mamakai bandul-bandul bermacam jenis dan warna. Isa bertanya: “Apa artinya bandul-bandul ini?” “Itu adalah nafsu manusia,” jawan setan. “Apa aku ada urusan dengan ini?” tanya Isa. “Mungkin saja engkau makan kekenyangan, maka kami akan membuatmu malas untuk berdoa dan berdikir,” jawab setan. “Ada lagi yang lain?” tanya Isa. “Tidak ada,” jawab setan. “Aku bersumpah demi Allah tidak pernah mengisi perutku dengan makanan sampai penuh,” kata Isa. “Dan aku bersumpah demi Allah, tidak akan lagi mengingatkan seorang muslim tentang ini,” kata setan.

Keterangan:

Dialog di atas diriwayatkan oleh ‘ulama besar dari Yaman yang menyusun kamus bahasa Arab klasik terbesar (Muhammad Murtadha bin Muhammad al-Husaini) Al-Zabidi (… - 1205 H), Ithaf al-Sada al-Muttaqin bi Syarh Asrar Ihya’ ‘Ulum al-Din, 7:445.

Rujukan silang atas dialog di atas:

  • (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (… - 505 H), Minhaj al-’Abidin;
  • (Syihab al-Din ‘Umar) Al-Suhrawardi (… - 632 H), Awarif al-Ma’arif, 3:102 [di kedua karya ini yang berdialog dengan setan adalah Yahya, bukan Isa].
301/303: Isa berkata: “Ya Bani Adam, lahirkanlah ke dunia apa yang akan mati, dan bangunlah [di dunia] apa yang akan hancur. Dengan cara seperti ini jiwa kalian akan jatuh ke dalam kebinasaan, dan rumah-rumah kalian akan hancur.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh ‘ulama besar dari Yaman yang menyusun kamus bahasa Arab klasik terbesar (Muhammad Murtadha bin Muhammad al-Husaini) Al-Zabidi (… - 1205 H), Ithaf al-Sada al-Muttaqin bi Syarh Asrar Ihya’ ‘Ulum al-Din, 8:85.
302/303: Orang bertanya kepada Isa: “Mengapa engkau tidak membangun sebuah rumah?” Isa menjawab: “Aku membangun di jalan bah.”

Keterangan:

Dialog di atas diriwayatkan oleh ‘ulama besar dari Yaman yang menyusun kamus bahasa Arab klasik terbesar (Muhammad Murtadha bin Muhammad al-Husaini) Al-Zabidi (… - 1205 H), Ithaf al-Sada al-Muttaqin bi Syarh Asrar Ihya’ ‘Ulum al-Din, 9:933.

Catatan:

Bandingkan ‘Jesus’ Sayings …’ nomer 60.
303/303: “Betapa banyaknya manusia yang mengingatkan orang lain untuk mengingat Allah, tetapi mereka sendiri lupa akan ini! Betapa banyaknya orang yang menyuruh orang lain takut di hadapan Allah, tetapi mereka sendiri berlagak sombong di depanNya! Betapa banyaknya orang yang menyeru orang lain untuk menghadapkan muka kepada Allah, tetapi mereka sendiri lari menjauh dariNya! Betapa banyaknya orang yang membacakan dari Kitabullah untuk orang lain, tetapi mereka sendiri tidak mempedulikan ayat-ayat ini.”

Keterangan:

Ucapan di atas diriwayatkan oleh ‘ulama besar dari Yaman yang menyusun kamus bahasa Arab klasik terbesar (Muhammad Murtadha bin Muhammad al-Husaini) Al-Zabidi (… - 1205 H).

Catatan:

Tarif Khalidi menambahkan bahwa ucapan di atas ada di karya Imam Al-Ghazali ‘Ihya’ ‘Ulum al-Din’ 1:52 yang dinisbatkan kepada orang zuhud Ibn al-Sammak.