"Bukan karena kaya kita bersedekah, tapi karena bersedekah kita menjadi kaya."
Rasulullah SAW pernah berkata, bahwa setiap masuk pagi, ada dua malaikat mengajukan permohonan mereka kepada Allah SWT. Malaikat pertama berdoa: ”Ya Allah berikanlah ganti bagi orang yang menginfaqkan hartanya.” Yang kedua berdoa, ”Ya, Allah jadikanlah semakin tidak punya orang yang pelit terhadap hartanya.”
Percayakah Anda akan ucapan Rosulullah ini? Hadits ini merupakan bagian dari kabar ghoib yang tidak mungkin kita ketahui kecuali Allah dan Rosul-Nya yang memberitahu. Maka yang berperan agar kita percaya terhadap hadits tersebut adalah iman. Karenanya, di poin inilah iman kita akan diuji. Hendakkah kita percaya terhadap informasi dari Rosulullah tersebut?
Buktikan saja!
Sebagai orang beriman tentu kita wajib percaya atas janji itu. Hanya memang dalam prakteknya, rata-rata manusia lemah. Karenanya jika kita butuh bukti, maka buktikan saja, benar tidaknya janji itu! Bukankah Allah memberi banyak janji pada kita baik untuk dunia dan akhirat.
Hadits diatas adalah salah satunya. Benar, ndak sih, kalau kita berinfaq Allah akan memberi ganti. Dan benar, ndak sih kalau kita pelit Allah juga membuat kita semakin melarat. Tapi saya sarankan jangan membuktikan yang kedua! Bukan apa-apa. Bukankah kita sudah sering melakukannya? Bukankah kita masih susah untuk berinfaq dalam setiap keadaan? Model-model kita ini, masih tampak berat untuk berinfaq saat senang, apalagi saat susah. Berat berinfaq saat kaya, apalagi saat miskin. Kadar iman kita masih sangat jauh dengan kadar iman Umar bin Khottob dan Abu Bakar. Dua sahabat ini saling berlomba untuk berbanyak-banyakan dalam berinfaq. Bukan untuk pamer. Tapi memang semata-mata hatinya telah dipenuhi iman kepada janji Allah. Kadar iman kita juga belum sehebat Utsman bin Affan yang rela membagi 1000 ekor onta beserta seluruh muatannya, justru saat paceklik. Saat orang rela membeli barang dagangannya dengan harga tinggi dan berlipat. Mengapa demikian? Mengapa kadar iman kita jauh? Mengapa kita tidak sepeka dan sehebat mereka dalam berkorban di jalan Allah ini.
Jawabannya tidak lain karena kita takut miskin dan tidak yakin akan janji Allah. Atau belum yakin, katakanlah begitu. Kita lebih yakin akan janji setan. Apa, sih yang dijanjikan setan untuk kita? Allah berfirman: “Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (al baqoroh: 268)
Itulah dia janji setan! Menggiurkan sekali. Sedang janji Allah juga menggiurkan. Namun kita sering berburuk sangka kepada Allah dan justru berbaik sangka kepada setan. Kita lebih percaya keapda janji setan dari pada janji Allah. Mana buktinya? Buktinya tidak lain ada pada diri kita.. Yang paling banyak kita tabung adalah tabungan, deposito, dan reksa dana di dunia. Berjuta-juta, bermilyar-milyar, atau bahkan trilyunan. Sedang yang kita tabung untuk akhirat berapa. Sedikit, sedikit sekali! Sungguh sangat tidak sebanding dengan yang kita tabung di bank-bank.
Padahal Allah sudah mewanti-wanti hal itu. Allah berfirman: “Karena itu janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-raaul-Nya; sesungguhnya Allah Maha Perkasa, lagi mempunyai pembalasan.” (Ibrahim: 47). Allah juga berfirman: “ (Sebagai) janji yang sebenarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janjiNya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (ar-ruum: 6)
Jujur saja!
Akuilah dan jujurlah bahwa kita telah bersikap tidak adil untuk diri kita sendiri. Kita sedang membodohi diri sendiri dan sering meninabobokan kepelitan dan kekikiran diri kita dengan alasan masa depan. Bukankah kita sering mengatakan, “Aku kalau sudah tua tidak ingin merepotkan anak cucu.” Alasan ini menggiring kita menjadi pelit saat muda dan betul-betul berhemat saat masih kuat untuk bekerja.
Apakah rumus kehidupan dan ketentuan Allah memang demikian. Tidak! Sama sekali tidak! Orang akan memanen apa yang ia tanam. Allah tidak akan menelantarkan orang-orang yang telah berbuat baik. Allah tidak akan mengecewakan terhadap orang-orang yang telah menyandarkan nasibnya kepada-Nya. Ia akan dijaga oleh Allah, dipelihara oleh Allah.
Pemegang harta dan jiwa manusia adalah Allah. Allah Maha Kaya. Karenanya buktikan saja janji Allah. Berinfaqlah! Bersedekahlah! Waqafkanlah hartamu! Niscaya kau akan mendapati janji Allah adalah benar. Bersikaplah sebagaimana orang-orang beriman bersikap! Tirulah generasi sahabat yang mereka ridho kepada Allah dan Allah pun ridho kepada mereka! Ikuti jalannya! Berdoalah sebagaimana orang-orang beriman berdoa. "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya." Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.” (Ali Imron: 9) “Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji."(Ali Imron: 194)