PROGRAM AHAD DHUHA PEDULI

PROGRAM AHAD DHUHA PEDULI adalah Sebuah program kepedulian dalam pengembangan wirausaha dan kemandirian dari jama’ah untuk jama’ah ,

BERJAMAAH KITA HEBAT

“Bukan karena hebat kita berjamaah, tapi karena berjamaah kita menjadi HEBAT” Karena yang sedikit (sendirian) tidak berdampak, tapi bila dihimpun (berjama’ah) maka akan menjadi kekuatan besar.

MENGHIDUPKAN SUNNAH DENGAN BERNIAGA

Rasulullah SAW bersabda : Dari Abu Sa'id ra, dari Nabi Muhammad SAW bersabda, Seorang pebisnis yang jujur lagi amanah, maka ia akan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada. (HR. Turmudzi)

MENGHIMPUN DONATUR

Setiap kita bisa menjadi donatur, bukan besaran infaqnya yang terpenting, tapi banyaknya orang yang menjadi donatur menjadikan yang sedikit menjadi berlimpah. Faktor kali, bukan faktor besaran. Rp. 5000 per orang dikali 10.000 orang, maka nilainya menjadi besar.

BERBUAT MELALUI PENGAJIAN AHAD DHUHA

Berjamaah membangun umat, untuk melakukan perubahan secara perlahan, menuju kejayaan Islam. Membekali ruhiyah dengan terus memperdalam pengetahuan untuk memberikan kemanfaatan.

BERBUAT MELALUI PENGAJIAN AHAD DHUHA

Berjamaah membangun umat, untuk melakukan perubahan secara perlahan, menuju kejayaan Islam. Membekali ruhiyah dengan terus memperdalam pengetahuan untuk memberikan kemanfaatan.

BERBUAT MELALUI PENGAJIAN AHAD DHUHA

Berjamaah membangun umat, untuk melakukan perubahan secara perlahan, menuju kejayaan Islam. Membekali ruhiyah dengan terus memperdalam pengetahuan untuk memberikan kemanfaatan.

BERBUAT MELALUI PENGAJIAN AHAD DHUHA

Berjamaah membangun umat, untuk melakukan perubahan secara perlahan, menuju kejayaan Islam. Membekali ruhiyah dengan terus memperdalam pengetahuan untuk memberikan kemanfaatan.

AHAD DHUHA PEDULI

Photobucket

Minggu, 13 September 2009

ANCAMAN MELALAIKAN SHALAT

“Barang siapa melalaikan shalat, Allah SWT akan menyiksanya dengan 15 siksaan. Enam siksaan di dunia, tiga siksaan ketika meninggal dunia, tiga siksaan di alam kubur dan tiga siksaan saat bertemu dengan Allah SWT”.

Ketika Malaikat Jbril turun dan berjumpa dengan Rasulullah SAW, Ia berkata, “ Wahai Muhammad, Allah tidak akan menerima puasa, zakat, haji, sedekah, dan amal shaleh seseorang yang meninggalkan shalat. Ia dilaknat di dalam Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur’an. Demi Allah yang telah mengutusmu sebagai nabi pembawa kebenaran, sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat, setiap hari mendapat 1.000 laknat dan murka. Para Malaikat melaknatnya dari langit pertama hingga ketujuh.

Orang yang meninggalkan shalat tidak akan memperoleh minuman dari telaga surga, tidak mendapat syafaatmu, dan tidak termasuk sebagai ummatmu. Ia tidak berhak dijenguk ketika sakit, diantarkan jenazahnya, diberi salam, diajak makan dan minum. Ia juga tidak berhak memperoleh rahmat Allah. Tempatnya kelak di dasar neraka bersama orang-orang munafik, siksanya akan dilipat gandakan, dan di hari qiamat ketika dipanggil untuk diadili akan datang dengan tangan terikat di lehernya. Para malaikat memukulinya, pintu neraka jahannam akan dibukakan baginya, dan ia melesat bagai anak panah kedalamnya, terjun dengan kepala terlebih dahulu, menukik ketempat Qorun dan Haman di dasar neraka.

Ketika ia menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, makanan itu berkata, “Wahai musuh Allah, semoga Allah melaknatmu, kamu memakan rezeki Allah namun tidak menunaikan kewajiban-kewajiban dari-Nya”
Ketahuilah bahwa sesungguhnya bencana yang paling dahsyat, perbuatan yang paling buruk, dan aib yang paling nista adalah kurangnya perhatian terhadap shalat lima waktu, shalat Jum’at, dan shalat berjemaah. Padahal semua itu ibadah-ibadah yang oleh Allah SWT ditinggikan derajatnya, dan di hapuskan dosa-dosa maksiat bagi siapa saja yang menjalankannya.

Orang yang meninggalkan shalat karena urusan dunia akan celaka nasibnya, berat siksanya, merugi perdagangannya, besar musibahnya, dan panjang penyesalannya. Ia dibenci Allah, dan akan mati dalam keadaan tidak islam, tinggal di neraka Jahim atau kembali ke neraka Hawwiyah.” Lalu Rasullulah SAW bersabda,”Barangsiapa meninggalkan shalat hingga terlewat waktunya, lalu mengqadanya, ia akan disiksa di neraka selama satu huqub (80 tahun). Sedangkan ukuran satu haru di akhirat adalah 1.000 tahun di dunia.” Demikian tertulis dalam kitab Majalisul Akbar.
Sementara dalam kitab Qurratul Uyun, Abu Laits Samarqandi menulis sebuah hadist, “Barangsiapa meninggalkan shalat fardlu dengan sengaja walaupun satu shalat, namanya akan tertulis di pintu neraka yang ia masuki.” Ibnu Abbas berkata,” Suatu ketika Rasulullah SAW bersabda, “Katakanlah, Ya Allah, janganlah salah seorang dari kami menjadi orang-orang yang sengsara.” Kemudian Rasulullah SAW bertanya,”Tahukah kamu siapakah mereka itu?” Para sahabat menjawab, “Mereka adalah orang yang meninggalkan shalat. Dalam Islam, mereka tidak akan mendapat bagian apapun.”

Disebutkan dalam hadist lain,” Barang siapa meninggalkan shalat tanpa alasan yang dibenarkan syariat, pada hari kiamat Allah SWT tidak akan memperdulikannya, bahkan Allah SWT akan menyiksanya dengan azab yang pedih. Diriwayatkan pada suatu hari Rasulullah SWT berkata, “Katakanlah, Ya Allah, janganlah Engkau jadikan seorangpun diantara kami celaka dan diharamkan dari kebaikan.”
“Tahukah kalian siapakah orang yang celaka, dan diharamkan dari kebaikan?” “Siapa, ya, Rasulullah?”
“Orang yang meninggalkan shalat,” jawab Rasulullah.
Dalam hadits yang berhubungan dengan peristiwa Isra’ Mikraj, Rasulullah SAW mendapati suatu kaum yang membenturkan batu ke kepala mereka. Setiap kali kepala mereka pecah, Allah memulihkannya seperti sedia kala. Demikianlah, mereka melakukannya berulang kali. Lalu, baginda Rasulullah SAW bertanya kepada Jibril:
“ Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”
“ Mereka adalah orang-orang yang kepalanya merasa berat untuk mendirikan shalat,” jawab Jibril.
Diriwayatkan pula, di neraka Jahanam ada suatu lembah bernama WAIL”. Andaikan semua gunung di dunia dijatuhkan ke dalamnya, maka ianya akan meleleh karena panasnya yang dahsyat. Wail adalah tempat orang-orang yang meremehkan dan melalaikan shalat, kecuali jika mereka bertaubat.

Bagi mereka yang memelihara shalat secara baik dan benar (kaffah), Allah SWT akan memuliakannya dengan lima hal yaitu: Dihindarkan dari kesempitan hidup; diselamatkan dari siksa kubur; dikaruniai kemampuan untuk menerima kitab catatan amal dengan tangan kanan; dapat melewati shirathal mustaqim secepat kilat dan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab. Sebaliknya, Barang siapa yang meremehkan atau melalaikan shalat, Allah SWT akan menyiksanya dengan 15 siksaan. Enam siksaan di dunia, tiga siksaan ketika meninggal, tiga siksaan di alam kubur , dan tiga siksaan saat bertemu dengan Allah SWT.

Adapun enam siksaan yang ditimpakan di dunia adalah di cabut keberkahan umurnya, di hapus tanda kesalehan dari wajahnya (pancaran kasih sayang terhadap sesama), tidak di beri pahala oleh Allah semua amal yang dilakukannya, do’anya tidak di angkat kelangit, tidak memperoleh bagian do’a kaum salihin, dan tidak ber iman ketika roh dicabut dari tubuhnya.

Adapun tiga siksaan yang ditimpakan saat meninggal dunia ialah: mati secara hina, mati dalam keadaan lapar, dan mati dalam keadaan haus. Andaikata diberi minum sebanyak isi lautan, ia tetap tidak akan terpuaskan.

Sedangkan tiga siksaan yang didapat di alam kubur ialah: kubur menghimpitnya hingga tulang-belulangnya remuk berantakan, kuburnya di bakar, hingga sepanjang siang dan malam tubuhnya berkelojotan menahan panas, tubuhnya di serahkan kepada seekor ular bernama Asy-Syujaul Aqra. Kedua mata ular itu berupa api dan kukunya berupa besi. Panjang kukunya adalah sepanjng satu hari perjalanan.

“Aku diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyiksamu, karena engkau mengundurkan salat Subuh hingga terbit matahari, mengundurkan shalat Zuhur hingga Asar, mengundurkan shalat Asar hingga Magrib, mengundurkan Magrib hingga Isya, dan mengundurkan shalat Isya hingga Subuh,” kata ular itu.

Setiap kali ular itu memukul, tubuh si mayat tersebut melesak 70 hasta (sekitar 3.000 meter) kedalam bumi. Ia disiksa di alam kubur hingga hari qiamat. Di hari qiamat, di wajahnya akan tertulis kalimat berikut: ”Wahai orang yang mengabaikan hak-hak Allah, wahai orang yang di khususkan untuk menerima siksa Allah, di dunia kau telah mengabaikan hak-hak Allah, maka hari ini berputus asalah kamu dari rahmat-Nya.”

Adapun tiga siksaan yang diterimanya ketika bertemu dengan Allah SWT adalah: Pertama, ketika langit terbelah, malaikat menemuinya, membawa rantai sepanjang 70 hasta untuk mengikat lehernya. Kemudian memasukkan rantai itu kedalam mulut dan mengeluarkannya dari duburnya. Kadang kala ia mengeluarkannya dari bagian depan atau belakang tubuhnya. Malaikat itu berkata, “inilah balasan bagi orang yang mengabaikan kewajiban-kewjiban yang telah ditetapkan Allah.”

Ibnu Abbas berkata, “Andaikan satu mata rantai itu jatuh ke dunia, niscaya cukup untuk membakarnya.”
Kedua, Allah tidak memandangnya, Ketiga, Allah SWT tidak menyucikannya, dan ia memperoleh siksaan yang teramat pedih.

Demikianlah ancaman bagi orang-orang yang dengan sengaja melalaikan shalat. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada orang yang bersegera menunaikan segala perintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang oleh-NYA. Amin.


Rasulullah SAW bersabda, “Sembahlah Allah seakan engkau melihat-Nya, Apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, sesungguhnya DIA melihatmu.”

(HR Bukhari dan Muslim)


Dari Hariswan - Blog As Sunnah

Kamis, 13 Agustus 2009

SEPERTI INILAH KITA NANTI

Suatu ketika sahabat Ma'adz bin Jabal bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah, terangkan kepadaku tentang makna firman Allah SWT ini: "Ketika ditiup sangkakala, lalu kamu datang berkelompok-kelompok" (QS:78:18).

Mendengar itu lalu menangislah Rasulullah SAW. Cucuran air matanya membasahi pakaiannya. "Engkau telah menanyakan sesuatu yang dahsyat. Umatku akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam 12 kelompok-kelompok tabiat."
  • Kelompok pertama: Dibangkitkan tanpa kaki dan tangan, seraya terdengar suara dari sisinya, "Mereka adalah orang-orang yang mengganggu tetangganya. Maka inilah ganjarannya dan nerakalah tempatnya".
  • Kelompok kedua: Dibangkitkan dalam bentuk babi, seraya terdengar suara dari sisinya, "Inilah balasan bagi orang-orang yang bermalas-malasan melakukan sholat dan nerakalah tempatnya".
  • Kelompok ketiga: Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan perutnya besar menggunung yang dipenuhi ular dan kalajengking, seraya terdengar suara dari sisinya, "Inilah ganjaran orang-orang yang menahan zakat dan nerakalah tempatnya".
  • Kelompok keempat: Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan darah mengalir dari mulut, seraya terdengar suara dari sisinya, "Inilah ganjaran bagi orang-orang yang berdusta dalam perkara jual beli dan nerakalah tempatnya".
  • Kelompok kelima: Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan bau busuk, lebih busuk dari bau bangkai. seraya terdengar suara dari sisinya, "inilah ganjaran bagi orang-orang yang melakukan maksiat (perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat islam) secara sembunyi karena takut terlihat orang tapi tidak takut dari pengawasan Allah dan nerakalah tempatnya".
  • Kelompok keenam: Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan terputus lehernya, seraya terdengar suara dari sisinya, "Inilah ganjaran bagi orang-orang yang memberikan kesaksian palsu dan nerakalah tempatnya".
  • kelompok ketujuh: Dibangkitkan dari kuburnya tanpa memiliki lidah dan dari mulutnya keluar darah dan nanah. Seraya terdengar suara dari sisinya, "inilah ganjaran bagi orang-orang yang tidak mau memberikan kesaksian dan nerakalah tempatnya".
  • Kelompok kedelapan: Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan tertunduk dan kedua kakinya berada diatas kepala, seraya terdengar suara dari sisinya, "inilah ganjaran bagi orang-orang yang suka melakukan zina dan terlanjur mati sebelum bertobat dan nerakalah tempatnya".
  • Kelompok kesembilan: Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan berwajah hitam dan matanya biru serta perutnya penuh api, seraya terdengar suara dari sisinya, "Inilah ganjaran bagi orang-orang yang memakan harta dan merampas hak anak-anak yatim secara zalim dan nerakalah tempatnya".
  • Kelompok kesepuluh: Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan sakit kusta dan sopak, seraya terdengar suara dari sisinya, "Inilah ganjaran bagi orang-orang yang mendurhakai orang tuanya dan nerakalah tempatnya".
  • Kelompok kesebelas: Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan buta hati, buta mata. Giginya seperti tanduk kerbau. Bibir dan lidahnya bergelantungan mencapai dada, perut, dan paha serta dari perutnya keluar kotoran. Seraya terdengar suara dari sisinya, "Inilah ganjaran bagi orang-orang yang meminum khamr (yang memabukan/alkohol) dan nerakalah tempatnya".
  • Kelompok keduabelas: Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan wajah bercahaya, seperti bulan purnama. Melewati Shirath Al-Mustaqim secepat kilat menyambar angin. Seraya terdengar suara dari sisinya "Mereka adalah orang-orang yang melakukan amal sholeh kebajikan. Menjauhi segala kemaksiatan. Rajin memenuhi panggilan sholat dan mati setelah bertobat. Maka ganjaran mereka adalah Pengampunan, Rahmat, dan Ridho serta Surga dari Allah SWT".
"Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman: "Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami". QS: 7:156


Baca juga: Kematian Dan Hidup Setelah Mati


Selasa, 11 Agustus 2009

PESAN RASULULLAH MENYAMBUT RAMADHAN

Wahai manusia!
Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah (yakni Ramadhan), dengan membawa berkah, rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama.

Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Di bulan Ramadhan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan do’a-do’amu diijabah.

Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membim-bingmu untuk melakukan shaum dan membaca kitabnya.

Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu kini, ketika kelaparan dan kehausan akan menjelang kamu di hari kiamat.

Bersedakahlah kepada kaum fuqoro dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah mereka yang muda, hormatilah orang yang tua-tua, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jagalah lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan jagalah pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya.

Kasihanilah anak-anak yatim, niscaya dikasihani oleh manusia anak-anak yatimmu. Bertaubatlah kepada Allah dari segala dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdo’a pada waktu shalatmu, karena di situlah saat-saat yang paling utama, ketika Allah azza wa jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih.

Di kala Allah Ta'ala menjawab mereka yang menyeru-Nya, di kala Allah menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya, di kala Allah mengabulkan do’a mereka ketika mereka berdo’a kepada-Nya.

Wahai manusia!
Barangsiapa di antaramu memberi perbukaan (ketika datang masanya berbuka) kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia akan diberi keampunan atas dosa-dosanya yang telah lalu.

Sahabat-sahabat lain bertanya: “Ya Rasulullah tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.”
Rasulullah meneruskan: "Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan memberikan perbukaan dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan memberikan seteguk air.

Wahai manusia!
Siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini akan berhasil melewati sirathul mustaqim pada suatu hari ketika kaki-kaki banyak tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dipunyai tangan kanannya yakni pegawai atau pembantu-pembantunya di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat.

Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia bersua dengan-Nya. Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Alllah akan memuliakannya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barangsiapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturrahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barangsiapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia akan berjumpa dengan-Nya.

Barangsiapa melakukan shalat sunnah di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka.

Barangsiapa melakukan shalat fardhu, baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardhu di bulan lain.

Barangsipa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangnnya pada hari ketika timbangan meringan.

Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat al-Qur’an, ganjarannya sama dengan mengkhatamkan al-Qur’an pada bulan-bulan yang lain.

Wahai manusia!
Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagi-mu, maka mintalah kepada Rabbmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tidak lagi pernah menguasaimu.

Amirul Mukminin berkata:
“Aku berdiri dan berkata, Ya, Rasullullah apa amal yang paling utama di bulan ini?
Jawab Nabi, "Ya, Abal Hasan, amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah.”


[Dari Buya Masoed Abidin Za Jabbar]

Baca juga artikel lain tentang Fadhilah Ramadhan



Kamis, 06 Agustus 2009

SEPUTAR BULAN SA'BAN

Dinamakan bulan sya'ban karena bangsa arab pada bulan tersebut berpencar untuk mencari air, atau karena ia muncul diantara bulan rajab dan ramadhan.
Diriwayatkan dari 'Aisyah radhiallahu'anha bahwa: Rasulullah SAW banyak berpuasa (pada bulan sya'ban) sehingga kita mengatakan; beliau tidak pernah berbuka, dan aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW berpuasa sebulan penuh kecuali puasa di bulan ramadhan, dan aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW banyak berpuasa melebihi puasa di bulan sya'ban (muttafaq 'alaih).

Ketika Rasulullah SAW ditanya oleh Usamah bin Zaid kenapa beliau banyak berpuasa di bulan sa'ban beliau menjawab: "Karena bulan ini banyak dilalaikan oleh manusia padahal pada bulan tersebut akan diangkat amalan-amalan seorang hamba kepada Allah, dan saya ingin amalanku diangkat dan saya sedang berbuasa" (HR. Abu Dawud dan An Nasai - lihat shahih targhib wat tarhib 425 dan shahih abu Dawud 2/461)

Ibnu Rajab berkata: "Puasa dibulan sya'ban lebih utama daripada puasa di bulan-bulan haram, dan sebaik-baik amalan sunnah adalah yang dilakukan ketika dekat dengan bulan suci ramadhan baik sebelum maupun sesudahnya, maka puasa pada bulan ini kedudukannya seperti sunnah-sunnah rawatib sebelum atau sesudah fardhu dan berfungsi untuk melengkapi jika ada kekukarang pada amalan fardhu tersebut. Demikian pula puasa sebelum dan sesudah ramadhan memiliki keutamaan lebih dibanding puasa-puasa lain yang bersifat mutlak atau umum. Oleh karena itu puasa yang dilakukan ketika sudah mendekati ramdhan lebih utama disbanding puasa-puasa yang dilakukan jauh dari bulan suci ini".

Sabda rasulullah yang menyebutkan bahwa bulan sya'ban ini banyak dilalaikan oleh manusia menunjukan akan dianjurkannya kita untuk menggunakan waktu untuk ketaatan disaat manusia banyak melalaikannya, sebagaimana kita dianjurkan untuk banyak berdzikir dipasar diamana kebanyakan orang ditempat tesebut lalai akan akhirat dan disibukkan dengan urusan duniawi, diantara faidah yang bisa kita petik dari hal ini, diantaranya:
  • Ibadah pada waktu orang sedang lalai lebih membantu kita untuk berbuat ikhlas karena kita mengamalkan sesuatu yang tidak diketahui oleh banyak orang, apalagi puasa yang merupakan rahasia antara Allah dan hamba-Nya.
  • Demikian juga beramal pada saat manusia lalai terasa lebih berat disbanding jikakita melakukan amalan secara beramai-ramai.
Para ulama berbeda pendapat tentang sebab kenapa Rasulullah r banyak berpuasa di bulan sya'ban, diantara pendapat mereka antara lain:
  • Beliau terkadang meninggalkan puasa tiga hari disetiap bulannya karena safar atau karena hal lain, oleh karena itu beliau menggumpulkannya dan menggantinya dibulan sya'ban, sebab apabila beliau melakukan suatu amalan beliau akan selalu melakukannya dan jika ada yang tertinggal maka beliau mengqadhanya.
  • Disebutkan bahwa beliau banyak puasa pada bulan sya'ban karena manusia banyak melalaikannya, dan barangkali ini adalah yang paling tepat sebagaimana yang diterangkan dalam hadits Usamah bin Zaid diatas.
Rasulullah terbiasa jika beliau belum sempat mengqadha puasa-puasa sunnah maka meliau menggantinya dibulan sya'ban sebelum datangnya bulan ramadhan, demikian pula jika ada shalat-shalat sunnah yang pernah terlewatkan maka beliau mengqadhanya pada waktu yang lain. Disamping itu puasa sunnah dibulan sya'ban juga merupaka latihan agar terbiasa melakukan puasa sehingga puasa ramadhan akan terasa ringan karena ia sudah terbiasa berpuasa sebelumnya.

Dikarenakan puasa sya'ban merupaka mukaddimah untuk memasuki puasa ramadhan, maka dianjurkan pula untuk banyak membaca al quran dan bersedekah serta memperbanyak amalan-amalan shalih lainnya. Hanya saja kita dilarang untuk melakukan puasa ketika sudah mendekati akhir sya'ban kecuali jika kita sudah terbiasa berpuasa sebelumnya, karena Rasulullah r melarang kita untuk mendahului bulan ramadhan dengan puasa sunnah satu atau dua hari sebelumnya hal ini supaya kita tidak menambah ramadhan dengan puasa lain yang bukan termasuk darinya, kita juga dilarang berpuasa pada hari syak (ragu-ragu antara akhir sya'ban atau awal ramadhan), beliau bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa pada hari syak maka ia telah berbuat maksiat terhadap Abu Qashim (Rasulullah)". Itu semua dimaksudkan supaya ada pembatas antara puasa sunnah dan puasa wajib karena kita diperintahkan untuk membedakan antara keduanya, sebagaimana kita juga dilarang untuk berpuasa pada hari raya.

Suatu hari Rasulullah SAW melihat sesorang yang melakukan shalat sunnah fajar setelah iqamat dikumandangkan lalu beliau menegur: "Apakah shalat subuh empat rakaat?" (HR. Bukhari). Hadits ini juga dijadikan dalil sebagai larangan untuk melakukan shalat sunnah setelah iqamat dikumandangkan kecuali jika ia sudah terlanjur melakukannya maka ia boleh memilih antara meneruskan atau membatalkannya.

BEBERAPA BID'AH DI BULAN SYA'BAN

Allah SWT berfirman: "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 5:3)

"Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari'atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah" (QS. 42:21)

Dari 'Aisyah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang membuat hal-hal baru dalam perkara kami (agama islam) yang tidak termasuk darinya maka hal itu pasti tertolak"
(HR. Bukhari dan Muslim).

Ayat dan hadits diatas menunjukan bahwa syariat islam sudah sempurna dan tidaklah Allah mewafatkan nabi-Nya kecuali setelah ia menyampaikan semua syariat agama dengan jelas dan sempurna, maka siapa saja yang menambah sesuatu dalam syari'at islam pasti tertolak dan tidak akan diterima.

Ada beberapa amalan yang sering dilakukan dibulan sya'ban akan tetapi hal itu tidak ada contohnya sama sekali dari Rasulullah r dan juga para shahabatnya serta para ulama yang mu'tabar, diantara amal-amalan tersebut diantaranya:
  • Shalat alfiyah yaitu shalat yang terdiri dari 100 rakaat yang dilakukan pada pertengahan sya'ban dengan berjamaah, pada setiap rakaatnya imam membaca surat al ikhlas 10 kali, shalat ini didasarkan pada sebuah hadits palsu yang tidak ada asalnya dari Rasulullah SAW.
  • Mengkhususkan malam nisfu sa'ban (pertengahan sya'ban) untuk melakukan shalat dan siangnya untuk berpuasa berdasarkan hadits palsu yang berbunyi: "Shalatlah kalian dimalam harinya dan berpuasalah pada siang harinya"
  • Shalat tolak bala dan supaya panjang umur, yaitu shalat 6 rakaat yang dilakukan pada malam nisfu sya'ban, demikian pula membaca surat yasin pada malam tersebut.
Imam Al Ghazali rahimahullah mengatakan: "shalat-shalat ini sangat masyhur di kalangan mutaakhirin penganut aliran sufi yang saya tidak tahu bahwa shalat maupun doa-doanya berdasarkan dalil yang shahih, akan tetapi itu semua tidak lain adalah bid'ah. Sahabatsahabat
kami telah membenci untuk berkumpul-kumpul pada malam nisfu sya'ban baik di masjid maupun ditempat lainnya".

Imam Nawawi rahimahullah berkata: "shalat rajab (raghaib) dan shalat nisfu sya'ban adalah merupakan dua bid'ah yang mungkar serta sangat buruk".

Alangkah indahnya ungkapan yang berbunyi:
"Sebaik-baik perkara adalah yang berdasarkan petunjuk - dan yang paling nuruk adalah bid'ah yang diada-adakan

Wajib bagi kita semua supaya beribadah sesuai dengan dalil dan contoh dari Rasululllah SAW dan para sahabatnya yang mulia serta menjauhi segala bentuk ibadah yang diada-adakan dalam agama, karena semua hal baru dalam agama ini adalah bid'ah dan semua kebid'ahan adalah tempatnya di neraka wal'iyadzu billah.

Semoga Allah SWT selalu membimbing kita semua ke jalan-Nya yang lurus dan dijauhkan dari semua bentuk kesesatan dan dosa, amin ya rabbbal 'alamin.


Oleh Abu Ziyad, website islam soal jawab.
Majmu' fatawa Syekh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah (2/882)

Senin, 13 Juli 2009

KETIKA RUH MENINGGALKAN JASAD

Sejak semalam sampai siang ini saya masih merasakan belasungkawa atas berpulangnya ibunda dan mertua tercinta dari dua adik saya ke Rakhmatullah. Sesuatu yang pasti, apalagi mengingat usia beliau yang telah mencapai 86 tahun. Kepulangan yang disaksikan oleh putra-putrinya sebagai sebuah peristiwa yang tenang dan damai.
Innalilahi wa innailaihi rojiun.

Semalam, dalam keheningan di rumah duka saya sempat berbisik-bisik dengan salah seorang abang saya (sekali lagi) perihal kematian. Sesuatu yang oleh kebanyakan orang (mungkin) masih dianggap sebagai sesuatu yang penuh rahasia, padahal sesungguhnya tidak.

Dari pembicaraan ini saya teringat pada kiriman tulisan dari seorang sahabat yang masih saya simpan baik-baik sejak lebih dari 7 tahun lalu. Dan tanpa bermaksud untuk menggurui siapapun - kecuali sekedar berbagi - berikut ini adalah tulisan dimaksud.

Semoga bermanfaat!

Dalam sebuah hadis dari Aisyah r.a, "Aku sedang duduk bersila di dalam rumah saat Rasulullah S.A.W pulang dan masuk ke dalam rumah sambil memberi salam kepadaku. Aku segera bangkit demi menghormati dan memuliakannya sebagaimana kebiasaanku setiap kali baginda masuk ke dalam rumah.

Rasulullah S.A.W berkata, "Tetaplah duduk di sana, tidak usah berdiri, wahai Ummul Mukminin." Lalu baginda menghampiriku sambil meletakkan kepalanya di pangkuanku, kemudian berbaring dan tak lama kemudian tertidur.

Saat baginda tidur, perlahan aku mencabuti uban janggutnya dan berhasil mendapatkan 19 helai rambut yang sudah memutih. Maka terfikir olehku, "Sesungguhnya baginda akan meninggalkan dunia ini sebelum aku dan ada satu kelompok umat yang akan ditinggalkan oleh Nabinya." Maka aku pun menangis sehingga air mataku jatuh menetes di wajah baginda.

Baginda terbangun dari tidurnya seraya bertanya, "Mengapa engkau menangis wahai Ummul Mukminin?" Maka kusampaikan padanya apa yang baru kupikirkan tadi. Mendengar itu Rasulullah S.A.W bertanya, "Tahukah engkau keadaan bagaimanakah yang hebat bagi mayit?" Aku menggeleng dan berkata, "Tunjukkan padaku, wahai Rasulullah!"

Rasulullah S.A.W berkata, "Coba engkau ceritakan." Aku menjawab, "Tidak ada keadaan lebih hebat bagi mayit ketika ia keluar dari rumahnya di mana semua anak-anaknya bersedih hati di belakangnya. Mereka berkata, "Aduhai ayah, aduhai ibu! Sementara mayit Ayah atau Ibunya pun berkata, "Duhai anak-anakku!"

Rasulullah S.A.W berkata lagi: "Itu juga termasuk hebat. Tapi, adakah lagi yang lebih hebat daripada itu?" Aku menjawab, "Tidak ada hal yang lebih hebat daripada mayit ketika ia diletakkan ke dalam liang lahat kemudian di atasnya ditimbuni tanah. Semua kaum kerabat kembali ke kediamannya masing-masing. Begitu pula dengan anak-anak dan para kekasihnya. Semuanya kembali. Mereka menyerahkannya kepada Allah berikut segala amal perbuatannya."

Rasulullah S.A.W bertanya lagi, "Adakah lagi yang lebih hebat daripada itu?" Jawabku, "Hanya Allah dan RasulNya saja yang lebih tahu."

Maka Rasulullah S.A.W, bersabda: "Wahai Aisyah, sesungguhnya sehebat-hebat keadaan mayit ialah ketika orang yang akan memandikan masuk ke rumah untuk memandikannya. Maka keluarlah cincin di masa remaja dari jari-jarinya dan ia melepaskan pakaian pengantin dari badannya. Bagi para pemimpin dan fuqaha juga sama, melepaskan sorban dari kepalanya. Kala itu ruhnya menyeru - ketika ia melihat mayit dalam keadaan telanjang - dengan suara yang dapat didengar oleh seluruh makhluk hidup kecuali jin dan manusia. Berkatalah ruh itu, "Wahai orang yang memandikan, aku minta kepadamu demi Allah, lepaskanlah pakaianku dengan perlahan-lahan sebab di saat ini aku sedang berisitirahat dari dahsyatnya rasa sakit sakaratul maut." Dan apabila air disiramkan ke tubuhnya maka ia berkata, "Wahai orang yang memandikan ruh Allah, janganlah engkau menyiramkan air dalam keadaan panas dan jangan pula dalam keadaan dingin karena tubuhku baru terbakar oleh lepasnya ruh."

Dan saat mereka memandikan mayit, maka berkata pula ruh itu, "Demi Allah, wahai orang yang memandikan, janganlah engkau gosok tubuhku kuat-kuat sebab sekujur tubuhku penuh luka dari keluarnya ruh."

Bila telah selesai dimandikan dan diletakkan di atas kafan serta tempat kedua telapaknya sudah diikat, maka mayit menyeru, "Wahai orang yang memandikanku, janganlah engkau tutupi wajahku saat mengafani kepalaku agar aku dapat melihat wajah anak-anakku, keluarga, dan semua kerabatku. Ini adalah kali terakhir aku melihat mereka. Pada hari ini aku dipisahkan dari mereka dan aku tidak akan pernah berjumpa lagi dengan mereka hingga hari kiamat."

Ketika mayit dikeluarkan dari rumah, maka ia berseru, "Demi Allah, wahai jemaahku, aku telah meninggalkan isteriku menjadi janda (atau sebaliknya), maka janganlah kamu menyakitinya. Anak-anakku telah menjadi yatim (atau piatu), janganlah menyakiti mereka. Sesungguhnya pada hari ini aku akan dikeluarkan dari rumahku dan meninggalkan segala yang kucintai dan aku tidak akan kembali untuk selama-lamanya."

Saat mayit diletakkan di dalam keranda, maka ia berkata lagi, "Demi Allah, wahai jemaahku, janganlah kalian bergegas membawaku sehingga aku masih dapat mendengar suara ahliku, anak-anakku dan kaum keluargaku. Sesungguhnya hari ini ialah hari perpisahanku dengan mereka sehingga tiba hari kiamat nanti ...."


* Disadur dari tulisan seorang sahabat di tanah rantau, Fajar Ibrahim.


Jumat, 17 April 2009

EGO MANUSIA, RAJA NAMRUD, DAN NYAMUK

Bismillah hirRohman nirRohim.
Allah telah menciptakan manusia dengan segala kelemahannya. Fitrah kita, keaslian kita sebenarnya adalah lemah. Tak ada definisi penamaan ‘akbar’ kecuali hanya pada Allah swt. Memangnya apa jabatan tertinggi di dunia? Presiden? Raja? atau Sultan? Satu penyakit datang kepada mereka, mereka tidak akan berdaya. Apapun yang mereka miliki untuk kesehatannya, itu tidak akan berarti.

Jadi situasi yang harus kita mengerti adalah bahwa sesungguhnya kita lemah. Tak seorang pun yang telah dikaruniai sesuatu seperti yang diberikan Allah swt kepada Sayyidina Muhammad saw. Sayyidina Muhammad saw telah diberikan ilmu mengenai awal dan akhir, akmul awwalun wal aakhiruun. Beliau telah diberi sesuatu yang tidak pernah diberikan kepada orang lain.

Allah berfirman dalam al-Quran yang suci, Bismillaahir rahmaanir rahiim, "Innaa a’thaynaakal kawtsar“ Kami telah memberimu banyak.” Kawtsar tidak hanya berarti sebuah sungai di Surga, tetapi juga merupakan pengetahuan yang tak terhingga (infinitif) yang telah diberikan kepada Rasulullah saw. Dan Allah berfirman, Bismillaahir rahmaanir rahiim, "Alam nasy-rah laka shadrak." Bukankan Kami telah membuat hatimu gembira Wa wadha’naa ‘anka wizrak, Kami ambil semua dosamu, Warafa’naa laka dzikrak, Kami telah meninggikan ingatan terhadapmu, Kami membuat semua orang memujimu, dan mengangkatmu ke derajat yang paling tinggi.

Dengan segala kebesaran yang Allah berikan kepada Sayyidina Muhammad sallallahu alaihi wassalam, beliau masih berkata, “Ya Rabbi, Aku adalah ‘abdun aziiz, Aku adalah hamba yang lemah.” Adakah seseorang yang telah diberikan karunia seperti Rasulullah sallallahu alaihi wasalam? Jika Rasulullah saw berkata bahwa beliau adalah hamba yang lemah, lalu kita harus bilang apa?

Dapatah Saya berkata, “Aku adalah Kaisar?” Dapatkah Saya berkata, “Aku adalah Doktor?” Dapatkah Saya berkata, “Aku seorang Pengusaha?” Itu semua bukan apa-apa. Sebab jika Allah berkeinginan untuk mencabut semuanya, maka dalam satu detik kita sudah bukan siapa-siapa lagi!

Kita adalah lemah. Berdirilah di luar, di tepi jalan dan pandanglah langit. Kita melihat bintang-bintang di sana, bayangkan diri kita, betapa kecilnya kita dibandingkan dengan bintang-bintang itu. Bintang itu bisa lebih besar dari apa yang kita bayangkan dalam pikiran kita, karena ketika kita melihat mereka, jika mereka tidak begitu besar maka kita tidak dapat melihatnya. Mereka berada jutaan tahun cahaya dari kita dan kita dapat melihat mereka. Jadi seberapa lemah diri kita? Tetap saja kita merasa bangga dengan diri kita sendiri, kita begitu arogan.

Tak ada orang yang dapat berbicara dengan kita. Tak ada yang boleh memberi kita nasihat. Kita tidak mau menerima apa pun dari orang lain, kita keras kepala. Kita berpikir bahwa pikiran kita adalah yang terbaik, berapa banyak kita di ruangan ini? Setiap orang berpikir bahwa dirinya memiliki pikiran terbaik. Tidak mau menerima nasihat dari orang lain, bahkan seorang anak kecil pun berpikir bahwa pikiran dia lebih baik daripada orang lain.

Ketika Allah berkata kepada surga dan bumi, langit dan gunung, “Bawalah amanat-Ku!” Mereka menolak, “Ya Rabbi, kami tidak sanggup.” Allah berfirman dalam al-Quran yang suci, Bismillaahir rahmaanir rahiim, "Innaa ‘aradhnaal amaanata ‘alaas samaawaati wal ardhi wal jibaali fa a-bayna ay-yahmilnahaa wa asyfaqna minha wa hamalahaal insaanu innahu kaana zhaluuman jahuulaa." (Q. S. 33:72). “Kami telah mengemukakan amanat Kami kepada langit, bumi dan gunung-gunung, mereka berkata, “Ya Rabbi, kami tidak sanggup, beban ini terlalu berat.” Tetapi manusia yang bodoh ini, dia menzhalimi dirinya sendiri dan berkata, "Tidak, aku dapat membawanya.” Dia begitu gembira dengan amanat itu, “Aku punya pikiran, aku punya akal yang besar, aku Fir’aun, aku Namrud, aku akan membawanya.

Namrud telah diberikan segala sesuatu di duni ini, dia menjadi begitu arogan dan bangga terhadap dirinya sendiri dan dia berkata, “Aku akan membunuh Tuhan yang ada di Surga.” Dia lalu membangun sebuah bangunan yang sangat besar dan dia pergi ke puncaknya lalu mengambil busur dan panah dan menembakkannya ke langit. Allah mengirim malaikat dalam wujud burung dan panah itu mengenainya dan menjadi berdarah. Ketika panah itu turun kembali ke bumi dan Namrud melihat darah itu, dia lalu berkata, “Oh, sekarang Akulah segalanya. Aku telah membunuh Tuhan di Surga.”

Dia menjadi sangat sombong, sangat bangga akan dirinya seperti sekarang di mana banyak terdapat Namrud di antara manusia, baik pria maupun wanita. Mereka berpikir bahwa mereka dapat memperoleh segala kekuasaan yang mereka inginkan. Mereka menghancurkan seluruh negri hanya untuk manfaat dan keuntungan mereka dan mereka tidak peduli. Asalkan mereka tetap duduk di kursi, mereka tidak peduli bila seluruh negri terbakar. Hal ini disebabkan oleh apa? Karena Setan membuat mereka sombong. Mereka mewarisi karakter dan perilaku setan.

Jadi apa yang Allah lakukan? Dia mengirim makhluk yang paling lemah, lemah, lemah, lemah, lemah, yaitu seekor nyamuk kepada Namrud. Untuk menunjukkan kepadanya bahwa makhluk terlemah pun lebih kuat daripada dirinya. Untuk menunjukkan bahwa Namrud lebih lemah daripada yang terlemah. Nyamuk itu memasuki lubang hidungnya dan mulai memakan otaknya, makan, makan, dan makan!

Nyamuk mulai menimbulkan migren dan bengkak di kepalanya sehingga Namrud tidak bisa beristirahat tanpa terlebih dahulu kepalanya dipukuli oleh para pelayannya. Nyeri yang ditimbulkan karena gigitan nyamuk di otaknya itu lebih hebat dari apa pun yang bisa dibayangkannya dan tidak ada jalan baginya untuk memperoleh sedikit ketenangan kecuali dengan cara dipukuli kepalanya. Dan mereka memukulinya agar dia melupakan nyeri yang ditimbulkan oleh nyamuk yang memakan otaknya.

Karena kita Muslim, Allah menyayangi kita. Karena sebenarnya perilaku dan karakter kita pun serupa dengan Namrud. Jika kita bukan Muslim, niscaya Allah pun akan mengirimkan seekor nyamuk untuk memakan otak kita. Jadi ketika nyamuk tadi selesai memakan otaknya, bagian depan kepala Namrud terbuka dan keluarlah seekor binatang yang besar dari dalam kepalanya. Dan dia pun tewas.

Kita berada di akhir zaman dari dunia ini. Karena orang mulai meniru Namrud dan mereka tidak sadar bahwa mereka lemah, maka Allah mengirim mereka binatang yang paling lemah, lemah, dan lemah, makhluk yang sekarang disebut dengan nyamuk Nil (Nile mosquito). Nyamuk Nil ini sekarang tersebar di banyak negara di seluruh dunia, membunuh pria, wanita dan anak-anak. Dan sekarang dia telah mencapai Amerika dan banyak orang yang telah tewas karenanya.

Sebelum kita mengenal nyamuk ini, Maulana Syaikh Nazhim (semoga Allah mensucikan jiwanya) pernah mengatakan bahwa Allah akan segera mengirim sesuatu untuk membersihkan kontaminasi yang terjadi di kalangan ummat manusia. Allah ingin membersihkan mereka dengan penyakit tersebut dan itulah yang kita saksikan sekarang.

Saintis tidak mengetahui darimana nyamuk itu berasal, tetapi Awliya tahu dari mana dia datang. Allah menciptakan nyamuk itu dari perilaku dan karakter buruk manusia. Sebagaimana yang kita bicarakan tadi pagi bahwa di alam kubur Allah menciptakan binatang buas dari bau yang ditimbulkan gunjingan untuk menyerang tubuh yang terbaring di sana, dalam kubur, untuk menyiksa, membersihkan dan memberinya pelajaran agar tidak menggunjing. Allah juga menciptakan nyamuk itu untuk datang dan menyerang. Segera setelah para Awliya menarik tangan mereka, berhenti berdo’a, nyamuk itu yang tercipta dari amal buruk, dalam jumlah jutaan akan menghancurkan banyak manusia di seluruh dunia.

Dari rahmat yang Allah curahkan kepada Sayyidina Muhammad saw, di mana Allah berfirman, "Kami telah mengutusmu sebagai rahmat bagi seluruh manusia.” Dari rahasia tersebut para Awliya mewarisi rahmat itu, dan dengan do’anya mereka akan menghentikan serangan nyamuk di seluruh dunia. Sebagaimana Allah menghancurkan Abraha yang menyerang Ka’abah. Allah menerangkan dalam al-Quran yang suci, Bismillaahir rahmaanir rahiim, "Alam tara kayfa fa’ala rabbuka bi-ash-haabi-l-fiil," Allah mengirim burung yang di mulutnya terdapat - mereka menyebutnya batu yang sangat kecil, sebenarnya itu bukanlah batu, melainkan salah satu unsur dari Surga yang sangat kecil (yang tidak terdapat di bumi). Segera setelah burung itu melemparkan batu-batu tadi, dia menghasilkan ledakan yang dahsyat, menghancurkan sejumlah orang.

Begitu pula sekarang jika para Awliya menarik tangannya, kontaminasi itu akan terjadi di mana-mana, dan orang akan menderita. Tak seorang pun yang bisa membayangkan apa yang dilakukan oleh para Awliya untuk kemanusiaan. Kita melihat Wali duduk bersama kita, makan, minum, karena itu adalah sunnatullah, itu adalah jalan hidup yang harus dilakukannya menyangkut jasmaninya sebagai orang yang normal seperti orang lain, tetapi dalam hal spiritualitasnya, sungguh sangat berbeda. Apa yang dilakukan oleh para Awliya dengan seizin Rasulullah saw terhadap diri kita, tidak dapat kita bayangkan.

Akan datang suatu masa di mana para Awliya akan berhenti memberi dukungan seperti yang mereka lakukan sekarang dan mereka akan membiarkan segalanya berjalan sendiri, dan pada saat yang bersamaan kita akan melihat banyak kebingungan di suluruh dunia karena akan ada suatu pengantar bagi munculnya Sayyidina Mahdi alaihi salam.

Jika kita melihat sesuatu dari Wali yang tidak kita pahami, jangan memprotesnya, karena jika kita memprotesnya kita akan menjadi orang-orang yang kalah. Jangan seimbangkan tindakan para Wali menurut pikiran kita. Seorang Wali tidak seperti para ulama atau pengajar biasa. Jangan katakan, “Mengapa dia melakukan ini atau itu?” Ada hikmah dalam setiap gerakan yang dia lakukan bahkan ketika dia menggerakkan jarinya dari satu sisi ke sisi lain, minimal ada 12.000 hikmah dari peritiwa itu.

Awliya Allah tersembunyi. Apa maksudnya? Maksudnya adalah bahwa mereka menyembunyikan diri mereka agar tidak terlihat berbeda dengan orang-orang normal lainnya, tetapi pada kenyataannya, sebagaimana yang Allah swt gambarkan, mereka berbeda di sisi Allah.

Wa min Allah at Tawfiq

Wassalam, arief hamdani
www.mevlanasufi.blogspot.com
HP. 0816 830 748

Jumat, 03 April 2009

TENTANG BASMALAH

Tafsir Basmalah
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin berkata: “Tafsirnya adalah: Sesungguhnya seorang insan meminta tolong dengan perantara semua Nama Allah. Kami katakan: yang dimaksud adalah setiap nama yang Allah punyai. Kami menyimpulkan hal itu dari ungkapan isim (nama) yang berbentuk mufrad (tunggal) dan mudhaf (disandarkan) maka bermakna umum. Seorang yang membaca basmalah bertawassul kepada Allah ta’ala dengan menyebutkan sifat rahmah. Karena sifat rahmah akan membantu insan untuk melakukan amalnya. Dan orang yang membaca basmalah ingin meminta tolong dengan perantara nama-nama Allah untuk memudahkan amal-amalnya.” (Shifatush Shalah, hal. 64).

Kitabullah Diawali Basmalah
Penulisan Al-Qur’an diawali dengan basmalah. Hal itu telah ditegaskan tidak hanya oleh seorang ulama, di antara mereka adalah Al Qurthuby yarhamuhullah di dalam tafsirnya. Beliau menyebutkan bahwa para sahabat radhiyallahu ‘anhum telah sepakat menjadikan basmalah tertulis sebagai ayat permulaan dalam Al-Qur’an, inilah kesepakatan mereka yang menjadi permanen -semoga Allah meridhai mereka- dan Al Hafizh Ibnu Hajar yarhamuhullah pun menyebutkan pernyataan serupa di dalam Fathul Baari (Ad Dalaa’il Wal Isyaaraat ‘ala Kasyfi Syubuhaat, hal. 9).

Teladan Nabi
Rasulullah SAW apabila menulis surat memulai dengan bismillaahirrahmaanirrahiim (lihat Shahih Bukhari 4/402 Kitabul Jihad Bab Du’a Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ilal Islam wa Nubuwah wa ‘an laa Yattakhidza Ba’dhuhum Ba’dhan Arbaaban min duunillaah wa Qauluhu ta’ala Maa kaana libasyarin ‘an yu’tiyahullaahu ‘ilman ila akhiril ayah, Fathul Bari 6/109 lihatlah perincian tentang hal ini di dalam Zaadul Ma’aad fii Hadyi Khairil ‘Ibaad karya Ibnul Qayyim 3/688-696, beliau menceritakan surat menyurat Nabi kepada para raja dan lain sebagainya (Syarh Kitab Kasyfu Syubuhaat Syaikh Shalih Al-Fauzan, hal. 17). Di dalam Kitab Bad’ul Wahyi Imam Bukhari menyebutkan hadits: “Bismillahirrahmaanirrahiim min Muhammadin ‘Abdillah wa Rasuulihi ila Hiraqla ‘Azhiimir Ruum…” (Shahih Bukhari no. 7, Shahih Muslim no. 1773 dari hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma, lihat Hushuulul Ma’muul, hal. 9, lihat juga Ad Dalaa’il Wal Isyaaraat ‘ala Kasyfi Syubuhaat, hal. 9).

Hadits Tentang Keutamaan Basmalah
Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan berkata: “Adapun hadits-hadits qauliyah tentang masalah basmalah, seperti hadits, ‘Kullu amrin dzii baalin laa yubda’u fiihi bibismillaahi fahuwa abtar.’ hadits-hadits tersebut adalah hadits yang dilemahkan oleh para ulama.” Hadits ini dikeluarkan oleh Al Khathib dalam Al Jami’ (2/69,70), As Subki dalam Thabaqaat Syafi’iyah Al Kubra, muqaddimah hal. 12 dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, tetapi hadits itu adalah hadits dha’ifun jiddan (sangat lemah) karena ia merupakan salah satu riwayat Ahmad bin Muhammad bin Imran yang dikenal dengan panggilan Ibnul Jundi. Al Khathib berkata di dalam Tarikh-nya (5/77): ‘Orang ini dilemahkan riwayat-riwayatnya dan ada celaan pada madzhabnya.’ Maksudnya: karena ia cenderung pada ajaran Syi’ah. Ibnu ‘Iraq berkata di dalam Tanziihusy Syari’ah Al Marfuu’ah (1/33): ‘Dia adalah pengikut Syi’ah. Ibnul Jauzi menuduhnya telah memalsukan hadits.’ Hadits ini pun telah dinyatakan lemah oleh Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah sebagaimana dinukil dalam Futuhaat Rabbaniyah (3/290) silakan periksa Hushuulul Ma’muul, hal. 9).

Adapun hadits:
‘Kullu amrin laa yubda’u fiihi bibismillaahiirahmaanirrahiim fahuwa ajdzam’ adalah hadits dha’if, didha’ifkan Syaikh Al Albani dalam Dha’iful Jaami’ 4217 (lihat catatan kaki Tafsir Al-Qur’an Al ‘Azhim tahqiq Hani Al Hajj, 1/24).

Hikmah Memulai dengan Basmalah

Hikmah yang tersimpan dalam mengawali perbuatan dengan bismillahirrahmaanirraahiim adalah demi mencari barakah dengan membacanya. Karena ucapan ini adalah kalimat yang berbarakah, sehingga apabila disebutkan di permulaan kitab atau di awal risalah maka hal itu akan membuahkan barakah baginya. Selain itu di dalamnya juga terdapat permohonan pertolongan kepada Allah ta’ala (lihat Syarh Kitab Kasyfu Syubuhaat Syaikh Shalih Al-Fauzan, hal. 17). Selain itu basmalah termasuk pujian dan dzikir yang paling mulia (lihat Taudhihaat Al Kasdalamyifaat, hal. 48).

Apakah Basmalah Termasuk Al Fatihah?

Syaikh Al ‘Utsaimin berkata: “Dalam masalah ini terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama. Ada di antara mereka yang berpendapat ia adalah termasuk ayat dari Al Fatihah dan dibaca dengan keras dalam shalat jahriyah (dibaca keras oleh imam) dan mereka berpandangan tidak sah orang yang shalat tanpa membaca basmalah karena ia termasuk surat Al Fatihah. Dan ada pula di antara mereka yang berpendapat bahwa ia bukan bagian dari Al Fatihah namun sebuah ayat tersendiri di dalam Kitabullah. Pendapat inilah yang benar. Dalilnya adalah nash serta konteks isi surat tersebut.” Kemudian beliau merinci alasan beliau (lihat Tafsir Juz ‘Amma, hal. 9 cet Darul Kutub ‘Ilmiyah).

Sahkah Shalat Tanpa Membaca Basmalah?

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar dan Umar mengawali shalat dengan membaca Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamiin (Muttafaqun ‘alaihi). Muslim menambahkan: Mereka semua tidak membaca bismillaahirrahmaanirrahiim di awal bacaan maupun di akhirnya. Sedangkan dalam riwayat Ahmad, Nasa’i dan Ibnu Khuzaimah Anas berkata: Mereka semua tidak mengeraskan bacaan bismillaahirrahmaanirrahiim. Di dalam riwayat lainnya dalam Shahih Ibnu Khuzaimah dengan kata-kata: Mereka semua membacanya dengan sirr (pelan)

Diantara faidah yang bisa dipetik dari hadits di atas adalah:
  1. Tata cara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para khulafa’ur rasyidin membuka bacaan shalat dengan alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin.
  2. Hadits ini menunjukkan bahwa basmalah bukan termasuk bagian awal dari surat Al Fatihah. Oleh sebab itu tidak wajib membacanya beriringan dengan surat ini. Akan tetapi hukum membacanya hanyalah sunnah sebagai pemisah antara surat-surat, meskipun dalam hal ini memang ada perselisihan pendapat ulama.
Para imam yang empat berbeda pendapat tentang hukum membaca basmalah:
  1. Imam Abu Hanifah, Syafi’i dan Ahmad berpendapat bacaan itu disyari’atkan di dalam shalat.
  2. Imam Malik berpendapat bacaan itu tidak disyari’atkan untuk dibaca dalam shalat wajib, baik dengan pelan maupun keras.
Kemudian Imam yang tiga (Abu Hanifah, Syafi’i dan Ahmad) berselisih tentang hukum membacanya:
  1. Imam Abu Hanifah dan Ahmad berpendapat membacanya adalah sunnah bukan wajib karena basmalah bukan bagian dari Al Fatihah.
  2. Imam Syafi’i berpendapat membacanya adalah wajib.
    (lihat Taudhihul Ahkaam, 1/413-414 cet. Dar Ibnul Haitsam)
Menjahrkan Basmalah dalam Shalat Jahriyah
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin ditanya: Apakah hukum menjahrkan (mengeraskan bacaan) basmalah? Beliau menjawab: “Pendapat yang lebih kuat adalah mengeraskan bacaan basmalah itu tidak semestinya dilakukan dan yang sunnah adalah melirihkannya karena ia bukan bagian dari surat Al Fatihah. Akan tetapi jika ada orang yang terkadang membacanya dengan keras maka tidak mengapa. Bahkan sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa hendaknya memang dikeraskan kadang-kadang sebab adanya riwayat yang menceritakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengeraskannya (HR. Nasa’i di dalam Al Iftitah Bab Qiro’atu bismillahirrahmaanirrahiim (904), Ibnu Hibban 1788, Ibnu Khuzaimah 499, Daruquthni 1/305, Baihaqi 2/46,58).

Akan tetapi hadits yang jelas terbukti keabsahannya menerangkan bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa tidak mengeraskannya (berdasarkan hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu: Aku pernah shalat menjadi makmum di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, di belakang Abu Bakar, di belakang Umar dan tidak ada seorang pun di antara mereka yang memperdengarkan bacaan bismillahirrahmanirrahiim (HR. Muslim dalam kitab Shalat Bab Hujjatu man Qoola la yajharu bil basmalah (399)) Akan tetapi apabila seandainya ada seseorang yang menjahrkannya dalam rangka melunakkan hati suatu kaum yang berpendapat jahr saya berharap hal itu tidak mengapa.” (Fatawa Arkanil Islam, hal. 316-317)

Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Bassaam mengatakan: “Syaikhul Islam mengatakan: Terus menerus mengeraskan bacaan (basmalah) adalah bid’ah dan bertentangan dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan hadits-hadits yang menegaskan cara keras dalam membacanya semuanya adalah palsu.” (Taudhihul Ahkaam, 1/414) Imam Ibnu Katsir mengatakan : “…para ulama sepakat menyatakan sah orang yang mengeraskan bacaan basmalah maupun yang melirihkannya…” (Tafsir Al-Qur’an Al ‘Azhim, 1/22).
***
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel www.muslim.or.id