عَن عَبَّاس ابْنِ عَابِس الغِفَّارِى رَضِي اللهُ عَنْهُ قَالَ رَسُولُ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ:"بَادِرُوا بالموت /بِالأَعْمَالِ سِتًّا: إِمَارَةُ السُّفَهَاءِ، وَكَثْرَةُ الشُّرَطِ، وَبَيْعُ الْحُكْمِ، واسْتِخْفَافٌ بِالدَّمِ، وَقَطِيعَةُ الرَّحِمِ، وَنَشْوٌ يَتَّخِذُونَ الْقُرْآنَ مَزَامِيرَ، يُقَدِّمُونَ أَحَدُهُمْ لِيُغَنِّيَهُمْ وَإِنْ كَانَ أَقَلُّهُمْ فِقْهًا
Dari Sayidina Abbas Ibn Abis al Ghifari ra. Berkata; Rasulullah bersabda, “bergegaslah kalian semua dengan (ingat) mati – pada riwayat yang lain - dengan (mengerjakan) amal-amal ibadah terhadap enam perkara; pemimpin yang dungu, jual beli hukum, merajalelanya tindak kriminal, memutus tali silaturahim dan lalai dengan menjadikan Al Quran sebagai lagu-lagu. Mereka mendahulukan seseorang yang melagukan al Quran, walaupun dia paling sedikit pengetahuan (ilmu agamanya) ~ HR Tabrani.
Kiamat merupakan salah satu fase dari perputaran kehidupan, peritiwa besar yang akan dialami oleh alam ini. Rasulullah saw. Sebagai utusan Allah yang membimbing umat manusia agar selamat di dunia dan akhirat telah diberi pengetahuan tentang hal-hal yang akan terjadi di masa mendatang yang selanjutnya beliau tuangkan dalam mutiara hadits2 yang dikenal dengan tanabbu’at.
Hadits yang diriwayatkan oleh sahabat abbas ibn abis di atas, mencerminkan bahwa seorang mukmin bila terlah mendapati enam perkara yang beliau sabdakan, maka hendaknya banyak mengingat kematian dengan diiringi usaha untuk memperbanyak amal ibadah. Karena, bekal yang akan dibawa oelah seorang hamba menuju peristirahatan yang kekal (akhirat), buakanlah harta benda yang selama ini dia kumpulkan, ataupun pangkat yang menjadi kebanggaan, melainkan hanyalah amal semasa dia hidup. Enam perkara yang menjadi tanda-tanda kiamat dalam sabda Nabi saw, ialah:
- Kepemimpinan orang-orang dungu.
Makna bodoh di sini dalam urusan agama, karena yang menjadi prioritas utamanya hanya urusan dunia, bahkan yang sia-sia sekalipun. Hal ini sangat berpengaruh pada keputusan-keputusan yang dia ambil, sehingga urusan-urusan agama akan terbengkalai dan semakin aus.
- Banyak polisi.
Sebagian orang mempunyai statement (anggapan) bahwa dengan banyaknya polisi atau pasukan pengaman di suatu daerah, maka keadaan akan semakin kondusif dan aman. Padahal, justru hal inilah yang menandakan angka kejahatan di derah tersebut relatif tinggi. Sehingga orang yang baik pun gelisah di persimpangan jalan dan yang jahat dengan leluasa melancarkan aksinya. Sedangkan para aparat hanya tidur menunggu tip dari para mafia. Seorang penyair berkata:
Para penjaga kebun Mesir saling tertidur sampai kancil-kancil itu kekenyangan sebelum tandan-tandan kurma habis. Dan termasuk juga kategori polisi, orang-orang yang suka mencari, menyebarkan dan menggosip kesalahan orang lain.
- Jual beli hukum.
Praktek ini sudah berakar di dalam sendi-sendi negara, seperti suap menyuap yang banyak ditemukan di instansi-instansi pemerintahan, mulai dari kehakiman, pertahanan, pendidikan sampai pada penerimaan calon PNS. Nabi saw bersabda, “penyuap dan yang menerima suap (berada) di neraka.” (HR. Turmudzi).
- Merajalelanya tindak kriminal.
Pada dewasa ini, kriminalitas sudah menjadi berita setiap hari yang disajikan di beberapa stasiun TV dan seakan-akan merupakan menu wajib di keseharian kita. Sebut saja pembunuhan, perampokan dan tidak-tindak asusila lainnya. Hingga sampai ke tingkat apa yang terkandung dalam hadits, “Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga paling beruntungnya manusia (pada saat itu) adalan orang biadab bin biadab.” (HR. Bukhori).
- Memutus tali silaturrahmi (persaudaraan)
.
Perbuatan ini sangat tercela, karena sangat bertentangan dengan tuntunan Islam yang menganjurkan untuk saling bertegur sapa, meskipun dengan orang yang tak dikenal. Bahkan dalam Islam sesama muslim adalah saudara. Akan tetapi, qathi’u arrahim (memutus tali persaudaraan) telah membudaya di kalangan masyarakat kita. Hal itu merupakan imbas dari banyaknya orang yang saling memperebutkan warisan, kedudukan dan harta. Kadang seseorang akan mudah sekali memutus hubungan saudara atau kerabat, hanya karena perasaannya tersinggung dengan masalah yang sepele. Nabi saw bersabda, “Tidak masuk surga orang yang memutus (tali silaturrahmi).” (HR. Bukhori).
- Melagukan al Qur’an
Al Qur’an kitab yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat terbesar beliau, yang terjaga keotentikannya dan seharusnya menjadi acuan dan pedoman, sudah banyak dilalaikan. Mari kita amati perkembangan al Quran dalam masyarakat Indonesia dewasa ini, al Quran dijadikan sebagai hiburan, kesenian, dilagukan untuk perlombaan dan pembukaan acara-acara, sehingga lupa akan tujuan untuk apa al Quran itu diturunkan, yaitu agar dipahami, dihayati dan diamalkan. Menjadikan al Quran tidak sesuai dengan tujuan utamanya adalah suatu bid’ah yang jelas kesesatannya, karena hal itu tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah dan orang-orang salaf. Ibnu Abbas berkata; “kesesatan itu manis dirasakan oleh orang-orang sesat Allah berfirman:
وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَذَكِّرْ بِهِ أَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ وَلا شَفِيعٌ وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لا يُؤْخَذْ مِنْهَا أُولَئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ
70. "Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama[485] mereka sebagai main-main dan senda gurau [486], dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at[487] selain daripada Allah. dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. mereka Itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu."
- [485] Yakni agama Islam yang disuruh mereka mematuhinya dengan sungguh-sungguh.
- [486] Arti menjadikan agama sebagai main-main dan senda gurau ialah memperolokkan agama itu mengerjakan perintah-perintah dan menjauhi laranganNya dengan dasar main-main dan tidak sungguh-sungguh.
- [487] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.
Maksud dari menjadikan agama sebagai mainan dan senda gurau ialah memperolok agama dengan mengerjakan perintah-perintah dan menjauhi laranganNya secara main-main dan tidak sungguh-sungguh.
Jika orang-orang Islam mampu menerapkan apa yang terkandung dalam al Quran dalam lingkup keluarga maupun masyarakat, maka di negeri ini Insya Allah akan tercipta stabilitas nasional dan keadilan serta kemakmuran akan semakin merata. Namun hal ini tentunya dengan alasan yang baik, seperti syiar Islam atau mencari barakah.
Dalam haditsnya, Rasulullah menganjurkan kita untuk membaca al Quran dengan dialek dan makhrajnya orang Arab. Disamping itu, beliau juga memberikan peringatan agar kita tidak membacanya dengan menggunakan lagunya orang-orang fasik dan ahli kitab. Karena Nabi juga menyebutkan, bahwa setelah zaman beliau, akan ada suatu kaum yang menelaah al Quran dari segi lagunya, seperti ratapan dan sebagaimana para rahib (pendeta) menelaah. Sedangkan al Quran tidak sampai melewati pangkal tenggorokan mereka (hanya sekedar dibaca, tidak diamalkan) dimana hati mereka dan hari orang-orang yang mengaguminya itu telah terkena fitnah.
Dari: KH. Qoimuddin W.K | Sumber: achmad shampton
0 komentar:
Posting Komentar