AHAD DHUHA PEDULI

Photobucket

Kamis, 20 Januari 2011

Hakekat Do'a dan Tempat mustajab berdo'a

Do’a hakikatnya adalah penuntun kita untuk mengubah diri. Hidup kita tidaklah hitam-putih sebagaimana televise zaman dahulu.Ia tidak pula sestatatis laut mati, namaun senantiasa bergerak, penuh dengan tantangan dan kebutuhan. Melalului kedua hal inilah Allah hendak menguji, mana hamba yang tetap dalam fitrah kesucian dan mana yang tidak. Lewat runtutan musibah ini, Allah SWT, hendak membaguskan pribadi kita. Bagusnya pribadi yang berawal dari perubahandiri, perubahan diri inilah yang menjadi esensi dari do’a yang kita panjatkan. Ibn Atha’illah menuturkan dalam kitabnya yang terkenal Al- Hikam.

“Bagaimana engkau menginginkan sesuatu yang luar biasa padahal engkau sendiri tak mengubah dirimu dari kebiasa-anmu? Kita banyak meminta dan banyak berharap kepada Allah, tetapi sibuknya meminta kadang membuat kita tak sempat menilai diri sendiri. Padahal kalau kita meminta dan berakibat kita mengubah diri, Allah akan memberikan apa yang kita minta karena sebetulnya do’a itu adalah pengiring agar kita bisa mengubah diri kita.. Jika kita tidak pernah mau mengubah diri kita menjadi lebih baik, tentu ada yang salah dalam permintaan kita”

Memang, kekuatan seseorang dalam mengubah dirinya dapat menjadi salah satu factor kunci kesuksesan memburu pertolongan Allah. Jadi, andaikata saat ini hidup terus-menerus sempit, hidup amburadul, utang tak juga berkurang, keluarga berantakan,musibah tak jua berhenti, masalah silih berganti, tidak henti-hentinya semua persoalan hidup ini, jelas ada yang salah dengan diri kita.Itu semua bukan berarti Allah tidak memperhatikan permohonan hamba-hamba-Nya. Namun amat mungkin, sebabnya ialah karena hamba itu tidak mau membenahi dirinya. Enggan lepas dari kebiasaan-kebiasaan buruknya, merasa sungkan untuk meningkatkan ibadah.
Sesungguhnya Allah SWT, benar-benar akan mengabulkan do’a setiap hamba-Nya sebagaimana termaktup dalam Al-Qur’an Surah Al=Baqarah ayat 186:

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya padamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendo’a apabila ia mendo’a kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada di dalam kebenaran.”
Jadi, sekali lagi, intropeksi diri!! Lihat kekurangan-kekurangan kita. Lakukan apa yang mesti kita lakukan agar Allah berkenan mengabulkan do’a kita. Kekuatan do’apada dasarnya akan menjadi efektif apabila kita sanggup mengubah diri kita melalui do’a itu. Ibarat tanaman, kekuatan kita untuk mengubah diri adalah bibitnya. Sementara itu, do’a itu sendiri adalah pupuknya. Pupuk akan membuat bibit tumbuh sedemikian pesat, berbuah banyak dengan bunga dan daun yang lebat. Namun, apabila kita terus-menerus menebar pupuk tanpa sedikitpun bibit kita tanam, lantas apa yang akan tumbuh?

“Dan Tuhanmu berkata ,Berdo’alah kamu kepada-Ku, Pasti akan kuperkenankan permintaanmu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina-dina” (Q.S. Al Mu’min : 60).

Pengertian berdo’a adalah memohon atau meminta pertolongan kepada Allah SWT, tetapi bukan berarti hanya orang yang terkena musibah saja yang layak memanjatkan do’a. Sebagai seorang Muslim kita layak berdo’a walaupun kita dalam keadaan sehat. Do’a merupakan unsur yang palin esensial dalam ibadah.

Sebagaimana Sabda Rasulullah saw “Do’a itu ibadah” (H.R. Abu Daud, Tirmizi, Nasai dan Ibnu Majah). “Tiada sesuatu yang paling mulia dalam pandangan Allah, selain dari berdo’a kepada-Nya, sedang kita dalam keadaan lapang”(H.R. Al Hakim). Didalam berdo’a ada tata cara. waktu dan tempat berdo’a.

1. Tata cara berdo’a

a. Menghadap Kiblat

Hal ini berdasarkan sebuah hadis “Rasulullah datang ketempat wuquf di Arafah dan ia menghadap kiblat lalu terus menerus berdo’a sehingga tenggelam matahari”

b. Membaca Hamdalah atau pujian, Istighfar dan membaca Shalawat

Salah seorang Sahabat Nabi berkata : “Ketika Nabi Muhammad saw duduk dimesjid, tiba-tiba datang seorang laki-laki masuk, lalu ia shalat. Setelah selesai ia membaca doa,’Allahummaghfirlii warhamnii’. Maka waktu itu Rasulullah pun berkata, wahai kawan, engkau terburu-buru. Jika kau shalat, duduklah dahulu kemudian bacalah puji-pujian kepada Allah. Karena dia yang memiliki pujian itu, lalu kau baca shalawat kepadaku kemudian baru berdo’a .Kemudian datang seorang yang lain setelah shalat ia memuji Allah dan membaca shalawat untuk Nabi Muhammad saw. dan setelah itu Nabi bersabda, Berdo’alah akan dipenuhi.”

c. Dengan suara lembut dan rasa takut

Sebagaimana Firman Allah SWT yang berbunyi, “Berserulah (Berdo’a) kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah engkau berbuat kerusakan dibumi sesudah (Allah SWT ) memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak diterima) dan harap (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al A’raf : 55-56)
d. Yakin akan dipenuhi

Di dalam berdoa kita harus yakin dan berprasangka baik kepada Allah, seperti hadis berikut ini : “Sesungguhnya Alla ‘Azza wa Jalla berfirman : Aku akan mengikuti prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku selalu menyertainya apa bila ia berdoa kepada-Ku”.

2. Waktu yang paling baik

a. Antara azan dan Iqamat.
b. Menjelang waktu shalat dan sesudahnya.
c. Waktu sepertiga malam yang terakhir.
d. Sepanjang hari jum’at
e. Antara Dzuhur dan Ashar, serta Ashar dan Maghrib
f. Ketika Khatam membaca Al-Qur’an
g. Ketika Turun hujan.
h. Ketika melakukan Tawaf.
i. Ketika menghadapi musuh dimedan perang.

3. Tempat-tempat yang baik untuk berdo’a

a. Di depan dan di dalam Kabah.
b. Di masjid Rasulullah saw.
c. Di belakang makam Nabi Ibrahim as.
d. Di atas bukit Safa dan Marwah.
e. Di Arafah, di Muzalifah, di Mina dan disisi jamarat yang tiga.
f. Di tempat-tempat yang mulia lainnya seperti Masjid atau Mushalla.


0 komentar:

Posting Komentar